tingkatkan_kepedulian_lingkungan_dengan_karya_dan_aksi_nyata.jpg

Tingkatkan Kepedulian Lingkungan dengan Karya dan Aksi Nyata

Delapan orang sukarelawan Orangufriends kunjungi kampus 2 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam acara Campus Visit, Selasa (11/10). Orangufriends adalah lembaga nonprofit yang bergerak dalam kegiatan edukasi dan fundraising untuk mendukung aktivitas Center for Orang Utan Protection (COP).  Campus Visit tersebut berisi penyuluhan tentang pentingnya habitat liar di Indonesia khususnya habitat Orang Utan dan permasalahan yang membayanginya.

“Masyarakat sering salah beranggapan. Ketika mendapati perkebunan sawit mereka dirusak oleh orang utan, masyarakat menyebut orang utan tersebut adalah hama yang harus diberantas. Padahal sejak awal, lahan yang dibabat habis untuk perkebunan kelapa sawit itu adalah habitat milik orang utan,” jelas Bukhori, salah satu relawan Orangufriends.

Dalam penyuluhan ia menjelaskan bagaimana rantai kerusakan yang berjalan terus-menerus, mulai dari pembalakan hutan yang berakibat pada kerusakan habitat orang utan, menurunnya lahan hijau di Indonesia dan hilangnya ekosistem satwa liar. Orangufriends bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya kehidupan satwa liar.

Acara yang terselenggara atas kerjasama Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) dan media partner Dare to Care tersebut digelar dalam rangka menyambut hari hak asasi hewan internasional yang jatuh pada tanggal 15 Oktober dan sebagai pra acara Pentas Produksi 2016 yang akan dilaksanakan pada 18 Oktober mendatang.

Pentas Produksi Teater JAB 2016 yang mengusung tajuk ’Yang Maha Binatang : Kemanusiaan adalah apa yang harus ditertawakan’, bertujuan untuk meningkatkan kepedulian sosial tentang esensi menjadi seorang manusia. Dalam rangkaian acaranya, JAB menunjukkan urgensi dalam meningkatkan kepedulian baik dalam bidang sosial dan lingkungan. Fatur Rahman Ramadhan, Pimpinan Produksi menyatakan, “Pentas ini adalah sindiran, karena manusia era modern tidak bisa lagi digerakkan hanya dengan himbauan. Pentas ini mengambil sudut pandang para binatang yang beranggapan bahwa manusia adalah makhluk yang maha binatang –di atas binatang, memiliki sifat yang inkonsisten dalam berkehidupan, yang peradaban modernnya adalah kebiadaban di masa lalu yang dengan itu ‘harus ditertawakan’.” (dev)