dakwah_muhammadiyah_di_tengah_isu_radikalisme_dan_terorisme_1.jpg

Dakwah Muhammadiyah di Tengah Isu Radikalisme dan Terorisme

Menurut Riefqi Muna, Ph.D. persoalan atau isu terkait radikalisme agama akhir-akhir ini menguat dan menjadi tantangan serius bagi semua pihak—baik di tingkat global, nasional, lokal, tidak terkecuali bagi Muhammadiyah. Radikalisme dan terorisme menjadi persoalan serius bagi viktimisasi umat Islam di berbagai negara, terutama di Eropa dan Amerika. Pelaku kekerasan tidak berpikir terlalu panjang bahwa yang dilakukan akan mencelakakan muslim yang tinggal di negara-negara yang mayoritas nonmuslim.

Alhasil, orang-orang yang bernama Islam atau Arab menjadi target bagi sistem surveillance dan pengamanan di berbagai fasilitas internasional, seperti bandara internasional.

“Inilah yang akan menjadi tantangan dakwah bagi Muhammadiyah. Kita harus berdakwah dengan cara yang halus, terbaik, menyenangkan, bersahabat, dan menghargai kebhinekaan,” katanya dalam Pengajian Ramadhan 1436 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (27/6/2015).

Riefqi menambahkan, menghadapi radikalisme dan terorisme tidak bisa dilakukan hanya dengan satu pendekatan. Ada tiga domain dalam menghadapi masalah radikalisme, yaitu dengan domain negara, masyarakat, dan intra-agama. 

“Nah, Tiga hal tersebut perlu terus dipantau,” terang Riefqi yang juga Ketua Lembaga Litbang PP Muhammadiyah tersebut.

Pada acara itu hadir pula Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Drs. Saud Usman Nasution, S.H., M.Hum. dan M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. sebagai pembicara dengan mengusung tema “Mencari Akar Ideologi Radikalisme dan Tanggung Jawab Negara”.