mudahnya_doktrin_menjadi_teroris.jpg

Mudahnya Doktrin Menjadi Teroris

“Karena mereka merasa ada ketidakadilan, ketidakpuasan, rasa dendam, kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ideologi atau paham radikalisme.”

Demikian jawaban Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Drs. Saud Usman Nasution, S.H.,M.Hum. saat mendapat pertanyaan tentang alasan beberapa orang memilih menjadi teroris.

Menurutnya, Komisaris Jenderal Polisi dan keterlibatan masyarakat sangat penting untuk menumpas teroris dari hilir ke hulu. Maka dari itu, kita perlu pendekatan dengan masyarakat.

“Untuk menanggulanginya, kami harus mengenal mereka (teroris) dengan pendekatan budaya dan pendekatan dengan masyarakat agar mengetahui betapa bahayanya teroris. Nanti jika masyarakat paham, mereka akan mempunyai upaya ikut serta membatu untuk menemukan terorisme dan melaporkannya kepada kami,” terang Nasution saat menjadi narasumber dalam Pengajian Ramadhan 1436 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (27/6/ 2015).

Acara yang mengangkat subtema “Dakwah Muhammadiyah di Tengah Isu Radikalisme dan Terorisme” ini di hadiri oleh civitas UAD dan para anggota Muhammadiyah. Selain itu, juga turut hadir M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. dan Riefqi Muna, Ph.D. serta mantan teroris Jamaah Islamiyah, Abdurahman.

Menurut Abdurahman, radikalisme dan terorisme sangat dekat dengan kita. Maka jaga anak generasi kita. “Pada saat saya menjadi teroris, waktu itu umur saya 17 tahun, dengan mudah mereka mendoktrin dan mencuci otak saya. Itu tahun 90-an, dan teknologi tidak secanggih seperti sekarang ini. Sekarang, orang tidak perlu keluar rumah untuk melakukan aktivitas.”

“Media sosial dalam kehidupan kita adalah hal yang paling gampang untuk mendoktrin. Oleh karena itu, generasi sekarang lebih gampang untuk didoktrin. Para teroris lebih leluasa. Mereka tidak perlu datang menemui, cukup duduk di komputer dan melancarkan aksinya,” tambah Adurahman.

Abdurahman mengaku, hingga saat ini ia masih merasa takut anaknya dan generasi muda Indonesia seperti dirinya dulu.