Pantau Pascabencana Melalui Mobile Web dan Google Map

 

“Selama ini, proses pendistribusian bantuan ke posko-posko bencana alam dari pemerintah, instansi, dan masyarakat sekitar, sering kali kurang merata. Sementara itu, masih banyak korban lain yang belum mendapatkan bantuan. Penyebabnya, penyaluran bantuan hanya terpusat di beberapa titik posko saja sehingga bantuan menumpuk, sedangkan posko lain yang letaknya jauh dari masyarakat belum mendapatkan bantuan,” ucap Dosen Program Studi Teknik Informatika, Fiftin Noviyanto, dalam acara “Langkah Pakar” di ADiTV Sabtu (7/02/2015).

Menurutnya, salah satu penyebab bantuan yang kurang merata adalah terbatasnya informasi lokasi korban. Selain itu, belum ada sistem pendataan kebutuhan untuk para korban dan lokasi masing-masing posko bencana alam. Jika itu ada, tentu akan mempermudah petugas bencana alam, instansi, ataupun masyarakat untuk menyalurkan bantuan secara merata.

Lebih lanjut Fiftin mengatakan, pendistribusian bantuan bencana alam ini tentunya memerlukan pengelolaan yang baik dan efektif. Pertimbangan tingkat pemenuhan barang yang dibutuhkan akan menjadi variabel terpenting dalam pemenuhan kebutuhan di lokasi posko bencana. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu sistem yang mampu memberikan informasi mengenai kebutuhan korban bencana alam di tiap-tiap posko, dan yang tidak kalah penting adalah informasi letak lokasi posko pengungsian.

“Untuk memenuhi kebutuhan pencarian lokasi posko tersebut, kami membuat sistem berbasis web mobile. Ini bisa diakses melalui perangkat mobile smart phone yang telah dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System) sehingga dapat mengetahui koordinat letak posko, yaitu berupa data latitude dan longitude,” terang Fiftin.

Salah satu sistem itu dibuat karena Indonesia termasuk rawan bencana alam. Berdasarkan data yang berhasil dikelola oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, diperoleh data statistik mengenai rekapitulasi bencana di Indonesia yang terjadi dari tahun 1815−2012. Dari gambar berikut, dapat dilihat bahwa bencana yang paling sering terjadi adalah banjir sejumlah 38%, tanah longsor dan puting beliung masing-masing sejumlah 18%, serta kekeringan sejumlah 13%. Sementara itu, bencana lain mempunyai porsi hampir sama.

Gambar 1.1. Perbandingan jumlah kejadian bencana per jenis bencana tahun 1815–2012 (Sumber: http://dibi.bnpb.go.id).

 

“Kami telah melakukan uji coba untuk mengimplementasikan sistem memanfaatkan CodeIgniter Framework, Google Maps API, dan JavaScript. Sistem yang dihasilkan ini diuji dengan dua metode, yaitu Black Box Test dan Alpha Test. Dalam proses penelitian, telah dilakukan analisis, rancangan sistem, implementasi, dan pengujian distribusi bantuan bencana yang terapkan dengan teknologi web mobile yang diupload di alamat http://www.simlogistik.net,” kata Fiftin.

Dosen yang mengajar Pemograman Web ini menambahkan, sistem sudah dicoba ke BPBD, relawan, dan masyarakat. “Sistem tersebut telah dapat digunakan. Namun untuk peningkatan fungsional, maka perlu pengembangan pada penanganan kondisi tanpa sinyal dan akan dilaksanakan pada tahun kedua,” tutupnya.