PUASA ITU MENYEHATKAN
Oleh: Sudaryanto, M.Pd.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Ada kisah menarik tentang dialog antara dokter pribadi Raja Harun Rasyid dan Ali bin Husein. Dengan nada mengejek, sang dokter berkata bahwa Alquran tidak membahas ilmu kesehatan. Mendengar hal itu, Ali pun menjawab, “Sesungguhnya Allah swt mengumpulkan ilmu kesehatan hanya dalam separuh ayat dalam Quran.” “Apa itu?” tanyanya. Ali menjawab lagi, “Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan (Qs al-A’raaf: 31).”
Sang dokter bertanya lagi, “Tapi Nabimu, Muhammad Saw tidak mengajarkan soal kesehatan?” Ali pun menjawab, “Nabiku membahas lengkap kesehatan hanya dalam satu haditsnya.” “Apa bunyinya?” tanyanya. “Manusia tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek daripada perut (lambung). Cukuplah baginya beberapa suap makanan sekadar bisa menegakkan tulang punggung. Sepertiga untuk makanan, minuman, dan pernapasan.”
Sang dokter pun terkagum-kagum dan berkata, “Ternyata Hipokrates tidak ada apa-apanya dibandingkan kitab suci dan nabimu.” Apa yang disampaikan oleh Ali bin Husein dalam kisah tersebut sesungguhnya terkait erat dengan puasa. Selain sebagai perintah bagi orang-orang yang beriman (lihat Qs Al-Baqarah: 183), puasa ternyata berdampak bagi kesehatan fisik. Adapun kesehatan fisik yang dimaksud mencakup seluruh anggota pencernaan dalam tubuh kita.
Dalam bukunya Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis (2003), Syarifuddin menjelaskan, puasa sebagai upaya pelatihan diet dari pola makan yang melampaui batas dan berlebih-lebihan. Apalagi pada tubuh manusia terdapat sampah berbahaya, seperti feses (tinja), urine, dan keringat. Melalui puasa, baik puasa wajib maupun sunnah, kita justru dapat membatasi suplai makanan yang masuk ke dalam tubuh, dan mengurangi penumpukan racun di dalam tubuh.
Bahkan, seperti disampaikan oleh seorang dokter dalam acara Chatting dengan YM (Yusuf Mansur) beberapa waktu silam, puasa menjadi terapi kesehatan bagi orang yang menderita penyakit maag. Dengan berpuasa, produksi asam lambung justru mudah dikendalikan, dan insya Allah tidak akan lagi menyebabkan penyakit maag. Justru, dengan banyaknya makanan yang masuk ke perut secara berlebihan, penyakit maag akan mengganggu kerja lambung.
Sekali lagi, puasa ternyata berdampak bagi kesehatan fisik kita. Merujuk pendapat Dr. Alexis Karl, seorang doktor ahli bedah dan psikiater asal Amerika, “Puasa memiliki dampak yang jauh lebih berfaedah daripada kelemahan fisik, yaitu menormalkan denyut jantung, membakar lemak yang ada di bawah kulit, memfungsikan cadangan protein, mengurangi intensitas kerja hati, dan melestarikan keseimbangan organ-organ dalam dan kesehatan jantung.”
Akhirnya, dengan mengetahui hikmah kesehatan fisik dari berpuasa di atas, kelak kita dapat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan dengan penuh keikhlasan. Hanya dengan keikhlasan yang tinggi, seluruh amalan kita di bulan Ramadan (juga kehidupan kita) dapat diterima oleh-Nya. Karena itu, sia-sialah jika kita berpuasa hanya merasakan lapar dan dahaga semata. Apalagi, jika itu semata-mata dianggap sekadar menggugurkan kewajiban belaka. Semoga tidak![]