HMPS PBSI UAD MEMPERINGATI KEBANGKITAN NASIONAL

Kamis (20/05) bertempat di Kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jln. Pramuka No. 42 Sidikan Yogyakarta, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) khususnya program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mencoba merefleksikan kembali hari Kebangkitan Nasional dengan kegiatan berupa apresiasi seni dengan tema “Memaknai Kebangkitan Nasional dengan Bahasa Kami”.

Kata bangkit yang selama ini beredar di masyarakat terkadang tidak lebih dari sekedar kata biasa saja. Namun sesungguhnya, bagi bangsa Indonesia kata itu memiliki makna yang mendalam. Tanggal 20 Mei merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tanggal tersebut diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional untuk mengingat dan merenungkan kembali jasa pahlawan yang telah gugur.

Acara ini menampilkan berbagai bentuk pertunjukan yang berkaitan dengan seni dan mengandung nilai Nasional, seperti: pembacaan puisi, musikalisasi puisi, tari daerah, pembacaan cerpen (cerita pendek), teaterikal dan lain sebagainya. Para mahasiswa begitu antusias dan turut mendukung acara tersebut, tidak terkecuali Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBSI, UKM Teater, dan pecinta sastra serta organisasi mahasiswa yang ada di UAD khususnya Kampus II UAD. Apresiasi tersebut menunjukkan bahwa jiwa Nasionalisme mahasiswa UAD telah tertanam begitu dalam sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang ikut unjuk kebolehan dan mengikuti jalannya acara dengan penuh semangat dalam memperingati hari Kebangkitan Nasional tersebut.

Fitri Merawati menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dalam menjadikan mahasiswa berjiwa sosial dan mengasah kreatifitasnya dalam berkarya. Semoga kegiatan ini bisa menjadi tonggak untuk acara-acara yang lebih bermanfaat lagi selanjutnya. Sebagai mahasiswa kita jangan hanya sekedar memiliki moral, intelektual, dan integritas tetapi sudah seharusnya juga memiliki jiwa Nasional. Terlebih lagi bagi para pemuda, jangan sampai dikatakan sebagai ‘generasi hilang’, seperti judul lagu yang dinyanyikan oleh salah satu pengisi acara tadi.” tegasnya ketika di temui pada acara tersebut. (F3/Sbwh)

 

 

Kamis (20/05) bertempat di Kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jln. Pramuka No. 42 Sidikan Yogyakarta, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) khususnya program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mencoba merefleksikan kembali hari Kebangkitan Nasional dengan kegiatan berupa apresiasi seni dengan tema “Memaknai Kebangkitan Nasional dengan Bahasa Kami”.

Kata bangkit yang selama ini beredar di masyarakat terkadang tidak lebih dari sekedar kata biasa saja. Namun sesungguhnya, bagi bangsa Indonesia kata itu memiliki makna yang mendalam. Tanggal 20 Mei merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tanggal tersebut diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional untuk mengingat dan merenungkan kembali jasa pahlawan yang telah gugur.

Acara ini menampilkan berbagai bentuk pertunjukan yang berkaitan dengan seni dan mengandung nilai Nasional, seperti: pembacaan puisi, musikalisasi puisi, tari daerah, pembacaan cerpen (cerita pendek), teaterikal dan lain sebagainya. Para mahasiswa begitu antusias dan turut mendukung acara tersebut, tidak terkecuali Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBSI, UKM Teater, dan pecinta sastra serta organisasi mahasiswa yang ada di UAD khususnya Kampus II UAD. Apresiasi tersebut menunjukkan bahwa jiwa Nasionalisme mahasiswa UAD telah tertanam begitu dalam sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang ikut unjuk kebolehan dan mengikuti jalannya acara dengan penuh semangat dalam memperingati hari Kebangkitan Nasional tersebut.

Fitri Merawati menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dalam menjadikan mahasiswa berjiwa sosial dan mengasah kreatifitasnya dalam berkarya. Semoga kegiatan ini bisa menjadi tonggak untuk acara-acara yang lebih bermanfaat lagi selanjutnya. Sebagai mahasiswa kita jangan hanya sekedar memiliki moral, intelektual, dan integritas tetapi sudah seharusnya juga memiliki jiwa Nasional. Terlebih lagi bagi para pemuda, jangan sampai dikatakan sebagai ‘generasi hilang’, seperti judul lagu yang dinyanyikan oleh salah satu pengisi acara tadi.” tegasnya ketika di temui pada acara tersebut. (F3/Sbwh)