Perjalanan Meraih Guru Besar Prof Hariyadi
Prof. Hariyadi, Ph. D menuturkan, untuk mendapatkan SK Guru Besar membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang tidak mudah (berliku-liku dan cukup panjang). “Apalagi bidang yang saya tekuni adalah Fisika Material lebih spesifik pada nanometerial dan nanotechnology. Nano merupakan ukuran benda sepermilyar meter (sangat kecil)” terang Hariyadi, dalam jumpa pers Kamis (19/06/14) di ruang sidang Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Lebih lanjut Hariyadi menyampaikan, ukuran nano sama dengan ukuran virus. Untuk membuat nanotechnology ada macam-macam tekhniknya. Tekhnik yang saya kuasai adalah dengan Polarisasi cahaya. Nanotechnology ini di luar negeri sangat di apresiasi dan dikembangkan dengan baik untuk industri-industri besar yang ada di sana, sedangkan di Indonesia belum begitu diperhatikan.
“Di luar negeri saya pernah di minta untuk menyelesaikan beberapa kasus terkait nanotechnology, diantaranya kasus mesin-mesin pencetak kertas disebuah Industri kertas di Finlandia, kemudian ada lagi di Inggris berkenaan dengan DNA dan lain sebagainya. Dari pengalaman-pengalaman saya di luar Negeri, saya berinisiatif untuk mengembangkan di Indonesia. Di mulai dari Fakultas MIPA UAD.” Ungkap Dosen Fakultas MIPA UAD yang juga kepala Cirnov (Center for Integrated Research and Innovation) UAD.
Dr. Kasiyarno, M.Hum menambahkan Prof. Hariyadi, adalah dosen pertama dari Yayasan UAD yang mendapat gelar Guru Besar dan merupakan dosen yang sangat setia dari awal berdiri UAD. Hingga saat ini, dia masih tetap di UAD meskipun sudah melalangbuana ke berbagai Negara.” (MCH)