Malam Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama–Mu
Kutipan tersebut merupakan bait pertama puisi berjudul “Doa‒kepada Pemeluk Teguh” karya Chairil Anwar. Puisi ini dipentaskan oleh Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dalam acara Malam Chairil Anwar. Acara yang berlangsung pada Jum’at, (1/5/2015), di hall kampus II UAD ini diadakan untuk memperingati hari meninggalnya salah satu penyair legenda yang dimiliki Indonesia.
Para pembaca puisi dengan apik membawakan puisi-puisi karya Chairil Anwar. Mereka adalah Rachma Nurjanah, Badrun NS, Dita Yulia Paramita, Wuska Umro, Mowone Ihsan, serta perwakilan dari Himpunan Mahasiswa (HMPS) PBSI, Kreativitas Kita (Kreskit), dan Jejak Imaji. Selain pembacaan puisi, dalam acara ini juga menampilkan musik dan perfoming art oleh Teater 42, Teater Pebei, dan Teater JAB.
Puncak acara Malam Chairil Anwar diisi oleh Latief S. Nugraha. Ia berbicara tentang sosok Chairil Anwar yang memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam dunia penulisan puisi di Indonesia.
“Dari Chairil Anwar, kita dapat mempelajari keteguhan. Namun, kita jangan terlalu fanatik dalam mengidolakan sesuatu,” ucapnya.
Latief menambahkan, “Seharusnya kita tidak hanya memperingati hal-hal yang terkait Chairil Anwar, tetapi penyair yang lain pun perlu diapresiasi karya-karyanya.”
Lebih lanjut, ia membacakan sebuah tulisan yang ditulis oleh Asrul Sani yang berisi tentang kenangan Asrul Sani tentang hari kematian Chairil Anwar pada tanggal 28 April 1949. (Rh)