UAD Selenggarakan Workshop tentang Nuklir
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) menyelenggarakan workshop tentang “Pengawasan dan Keselamatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir” di Islamic Center kampus 4 UAD, Selasa (5/9/2017).
Workshop menghadirkan tiga pembicara, Yus Rudian Akhmad selaku Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir BAPETEN, Margi Sasono,M.Si. selaku Direktur PT Adi Multi Kalibrasi (Badan Usaha UAD), serta Alexander Agung dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM. Prof. Hariyadi, M.Sc.,Ph.D. dari Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) UAD bertindak sebagai moderator.
Pada sambutannya, Dr. Kasiyarno, M.Hum., Rektor UAD, mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia masih takut dengan bahaya nuklir, sehingga perlu adanya sosialisasi. Ia berharap kegiatan ini akan membuka wawasan mahasiswa dan dosen terhadap teknologi nuklir.
“Dengan workshop ini, semoga menjadi pencerahan bagi kita semua. Akan ada banyak informasi tentang nuklir, terutama terkait Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Indonesa harus memanfaatkan nuklir sebagai tenaga pembangkit listrik, tidak hanya memanfaatkan tenaga air, uap, angin, dan matahari.”
Sementara itu, Ketua Majelis Pedidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Chairil Anwar menegaskan, Muhammadiyah akan selalu mendukung kegiatan yang berkenaan untuk kemaslahatan umat, tidak terkecuali dengan pengembangan teknologi nuklir.
Di sisi lain, Ketua Badan Pengawasan Tenaga Nuklir, Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, Ph.D. menyampaikan bahwa nuklir itu aman karena ada BAPETEN. BAPETEN memiliki tugas memverifikasi dan menilai keselamatan (keamanan) sesuai dengan persyaratan pengawasan ketenaganukliran.
“Nuklir itu menyangkut banyak matakuliah di perguruan tinggi, misalnya fisika, kimia, sejarah, psikologi, hubungan internasional, dan lainnya. Jadi, univesitas harus membantu BAPETEN untuk mengembangkan teknologi nuklir,” tukasnya.
Ia menginginkan kerja sama dari universitas untuk melakukan hal-hal yang terkait kebaikan bersama. Jazi menambahkan, BAPETEN tidak dapat menangani teknologi nuklir sendiri, maka harus ada keterlibatan mahasiswa, dosen, praktisi, dan akademisi. (ard)