Gerhana Bulan Total yang Dirindukan
Gerhana bulan total yang akan terjadi (31/1/2018) dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, diawali dari gerhana bulan penumbra dan diakhiri gerhana bulan sebagian. Gerhana bulan penumbra mulai terjadi pukul 17.51 WIB. Pada saat tersebut, tidak tampak banyak perubahan pada warna bulan yang terlihat. Bulan akan mulai tampak ada perubahan warna pada saat memasuki fase gerhana bulan sebagian pada pukul 18.48 WIB.
Perlahan, warna merah akan mendominasi piringan bulan sampai pukul 19.52 WIB. Pada saat tersebut, bulan memasuki fase gerhana bulan total. Keadaan ini berlangsung sekitar 1 jam dan berakhir pada pukul 21.08 WIB. Setelah fase gerhana bulan total berakhir, warna kemerahan berangsur hilang. Fase ini adalah gerhana bulan sebagian. Bulan akan kembali memasuki fase gerhana bulan penumbra pada pukul 22.11 WIB. Dan fase gerhana berakhir pada pukul 23.08 WIB. Sehingga secara keseluruhan, gerhana bulan bisa dinikmati selama lebih dari 5 jam.
Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan bahwa yang disunnahkan untuk salat sunah gerhana adalah selama fase gerhana bulan parsial dan gerhana bulan total, tidak mencakup pada fase gerhana bulan penumbra. Salat sunah gerhana dapat dilakukan pada rentang pukul 18.48-22.11 WIB.
MTT PP Muhammadiyah bekerja sama dengan Takmir Masjid Islamic Center dan Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan salat sunah gerhana mulai pukul 19.40-20.15 WIB. Salat gerhana diimami oleh H. Nur Kholis, S.Ag.,M.Ag., dan ceramah oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA. Sebelum salat gerhana dimulai, Rektor UAD, Dr. H. Kasiyarno, M.Hum., memberikan sambuatan sebagai bentuk dukungan UAD dalam kegiatan keilmuan dan keagamaan ini.
Selain itu, dilangsungkan juga kajian ilmiah tentang gerhana. Kajian yang dilaksanakan sebelum salat gerhana dan salat Isya ini akan disampaikan oleh pakar falak Drs. H. Oman Fathurrahman SW., M.Ag. Setelahnya peserta dapat mengobservasi gerhana bulan total di sekitar masjid.
Observasi dapat dilakukan baik dengan mata maupun bantuan teleskop. Sejumlah teleskop telah dipersiapkan oleh Pusat Studi Astronomi. Teleskop-teleskop tersebut dioperasikan oleh mahasiswa-mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Fisika UAD. Selain itu, disiapkan juga teleskop untuk keperluan pengambilan data dan streaming.
Warna kemerahan pada permukaan bulan saat gerhana bisa berubah-ubah, hal ini dipengaruhi kualitas atmosfer. Salah satu penyebab perubahan kondisi atmosfer adalah letusan gunung berapi. Sehingga, menarik untuk diamati seberapa merah penampakan gerhana bulan total di akhir Januari 2018.
Selain itu, gerhana bulan total terjadi tidak lama setelah posisi bulan berada pada paling dekat dengan bumi atau disebut dengan perigee. Mengacu pada perhitungan oleh fourmilab, perigee terjadi pada (30/1/2018) pukul 16.55 WIB. Posisi atau jarak bulan dengan bumi tidak tetap, karena orbitnya berbentuk elips atau lonjong.
Pada saat perigee, piringan bulan akan nampak lebih besar daripada rata-ratanya. Namun, perubahannya hanya sekitar 14% sehingga tidak akan nampak jauh lebih besar. Peristiwa terkahir yang menarik adalah pada gerhana bulan total kali ini adalah terjadi pada fase bulan purnama kedua pada bulan Januari. Hal ini karena siklus hitungan kalender masehi dan siklus bulan berbeda. Memang dimungkinkan terjadinya peristiwa 2 kali purnama dalam 1 bulan kalender contohnya bulan Januari ini.
Yudhiakto Pramudya, Ph.D., Kepala Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan mengungkapkan, dengan rangkaian fenomena yang terjadi tadi, pantaslah bila gerhana bulan total dirindukan. Anggota Divisi Hisab dan IPTEK Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah 2015-2020 ini mengimbau untuk selalu mensyukuri keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu wujudnya dengan menumbuhkan kesadaran mencintai astronomi melalui pengurangan polusi cahaya. (doc)