Antara Batu Makkah dan Batu Gunungkidul
(catatan perjalanan Haji ke Mekah)
Oleh Sukardi
(Penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi UAD)
Mendengar kata “Makkah”. Bayangan kita akan dihadapkan dengan sejarah panjang dari riwayat para nabi: dari Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad dan banyak lagi nabi yang diriwayatkan lainnya di sana. Makkah (Kakbah) sebagai kiblat ummat Islam. Tempat mereka yang ingin menjalani ibadah rukun islam. Makkah, menjadi istimewa dan sangat penting bagi ummat Islam di seluruh dunia. Padahal kondisi alam lingkungan Makkah sebelum disulap menjadi hotel yang menjulang tinggi. Struktur tanahnya kering, penuh bebatuan dan terdiri atas berbagai pegnungan. Dari berbagai sudut kota, yang kita dapatkan (saat sekarang) adalah hotel dan gunung batu. Rumah penduduk didirikan di atas pegunungan dan di lereng lereng gunung. Hotel yang lebih mendominasi bangunan di sekitar kota Makkah didirikan di tepi jalan raya dan berada pada areal bekas gempuran bukit pegunungan. Jalan raya di kota Makkah dan sekitarnya banyak yang naik turun. Beberapa jalan lain justru berada pada terowongan buatan menerobos tanah batu pegunungan. Cukup dengan meratakan lahan, dilanjutkan dengan menabur adonan aspal sirtu (Pasir Batu) dan menggilas meratakan saja. Jalanan sudah rata.
Pegunungan di Makkah tidak jauh beda dengan pegunungan batuan di Gunungkidul. Sama-sama terdiri atas pegunungan dan bebatuan. Di sana juga didapatkan pegunungan. Bedanya, pegunungan di Makkah batuan pegunungannya batuan hitam kering tidak ada lapisan tanah. Sedangkan bebatuan pegunungan di Gunungkidul batu kapur putih berlapiskan tanah. Setiap tahun hujan, sehingga pepohonan tumbuh. Di samping pegunungan bebatuan di Gunungkidul masih banyak tumbuh pepohonan tanaman keras dan banyak tanaman bahan pangan seperti singkong, jagung, kedelai bahkan padi banyak tumbuh di musim penghujan.
Makkah kondisi tanah bebatuannya kering sebagian daerah bebatuan dan sebagian lain pasir kering tidak banyak tumbuhan. Udara Makkah kering. Jauh dari laut. Untuk menjadi hijau, harus dipersiapkan lahan buatan dan harus disiram dengan air yang dipersiapkan secara khusus. Disediakan saluran selang penyiram tanaman setiap satu pohon satu kran atau satu saluran air tersendiri. Yang hebat, Makkah dengan gunung dan gurun pasirnya yang kering mampu membuat sejarah dan dapat menghadirkan jutaan orang dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya. Bahkan setiap bulan. Mampu mendatangkan rejeki dan kemakmuran rakyat Makkah.
Gunungkidul dengan perbukitannya yang sebenarnya jauh lebih subur dari Makkah. Justru menjadikan penduduknya pergi meninggalkan kampung halaman yang dibilang tandus. Penduduknya lebih memilih mengadu nasib di luar daerah. Mereka merasa lebih bisa mendapatkan penghasilan lebih besar nilainya dari pada berkutat dengan pertanian singkong dan yang lainnya. Hanya setiap lebaran mereka pulang ke kampung halaman dengan membawa pulang hasil kerjanya di rantauan. Saat kembali ke rantau (tempat kerja) selalu menggeret anak muda potensial yang terus menyedot potensi penggerak pembangunan daerah setempat. Mereka yang tergeret merasa kerja di daerah kelahiran belum bisa menghasilkan pendapatan yang layak.
Mungkinkah Gunungkidul dengan pantainya yang indah. Perbukitannya yang menawan dapat disulap menjadi daerah wisata yang handal. Dipublikasikan secara luas yang dapat menyedot turis asing maupun turis local yang dapat menghasilkan rupiah dan mensejahterakan rakyat setempat?
Kami tidak tahu bagaimana dulu di jaman kerajaan Hindu dan jaman kerajaan Budha. Rakyat mampu membangun tempat peribadatan spektakuler Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang sekarang menjadi obyek wisata internasional. Tentu yang dapat menghasilkan duit. Padahal Prambanan bukan apa-apa. Borobudur bukanlah lingkungannya menarik sebelum ada bangunan candinya. Kami yakin di kala itu kekayaan kerajaan masih terbatas. Teknologi masih tradisional. Alat transportasi sangat tradisional. Mengapa kerajaan bisa mendirikan bangunan monumental sehebat itu?
Prambanan dan Borobudur bisa. Tentu juga tidak sulit membentuk Gunungkidul menjadi sumber duit dan menghias bukit Gunungkidul menjadi sumber dollar. Semoga lahir putra bangsa yang cemerlang …!