Atribut P2K UAD Melatih Maba Menjadi Pribadi yang Tangguh
“Kami selesaikan semalaman. Bertiga. Mengerjakannya memang sebentar, tidak lebih dari 2 jam. Tapi pencarian bahan bakunya itu yang bikin sedikit pusing. Mulai dari warung kecil, pasar tradisional sampai mini market. Tapi seru, namanya juga berjuang. Tidak sia-sia, akhirnya kami bisa menyelesaikan topi dan perlengkapan lainnya tepat setengah dua subuh.” papar Hertiko B yang diiyakan oleh kedua temannya, Adityo dan Fajar Bagaskara M, calon mahasiswa Fakultas Sastra saat diwawacarai sesaat setelah ketiganya mendapatkan hukuman karena terambat.
Meski semalaman mengerjakan tugas, mereka tetap semangat mengikuti rangkaian acara P2K (Program Pengenalan Kampus) periode 2012/2013 yang digelar di Bima Hall A, JEC (Jogja Expo Center), Jl. Janti, Yogyakarta.
“Apapun yang terjadi, harus tetap semangat. Setelah dipaksa tidur pagi (setengah dua pagi), kami pun bergegas bangun jam setengah 4 subuh. Maklum, WC hanya ada satu. Jadi harus bergantian. Tapi apa daya, namanya juga nasib. Gara-gara tidak ada kendaraan, kami memilih jalan kaki sejauh 2 kilo. Kebetulan kos saya dekat sini, di Blok O. Dan semalam Hertiko dan Bagas tidur tempat Saya. Sampai di JEC, ternyata sudah pada baris. Nasib-nasib, ternyata perjuangan tadi malam belum usai. Dan kami pun harus berhadapan lagi dengan aktifitas baru, menjalani hukuman. Pokoknya wajib semangat.” terang Adityo menggebu-gebu.
Selain perlengkapan tas, identitas, dan pita serta kaus kaki warna-warni, tercatat ada beberapa fakultas yang menggunakan atribut tambahan berupa topi, yaitu Fakultas Sastra, Ekonomi, Farmasi, Psikologi, Hukum, dan FTI.
“Saat mendengar kalau disuruh membuat topi, Saya membayangkan hal yang aneh. Pasalnya bentuk topinya itu tidak lazim. Tapi mau bagaimana lagi, ini bagian dari proses. Meskipun sulit, Saya senang. Karena proses ini menuntut Saya lebih kreatif, bekerja keras, dan mebuat otak saya terasah dengan sungguh.” sebut Ahmad Fiqi Efendi, calon mahasiswa Teknik Informatika asal lamongan. (IHS)
“Kami selesaikan semalaman. Bertiga. Mengerjakannya memang sebentar, tidak lebih dari 2 jam. Tapi pencarian bahan bakunya itu yang bikin sedikit pusing. Mulai dari warung kecil, pasar tradisional sampai mini market. Tapi seru, namanya juga berjuang. Tidak sia-sia, akhirnya kami bisa menyelesaikan topi dan perlengkapan lainnya tepat setengah dua subuh.” papar Hertiko B yang diiyakan oleh kedua temannya, Adityo dan Fajar Bagaskara M, calon mahasiswa Fakultas Sastra saat diwawacarai sesaat setelah ketiganya mendapatkan hukuman karena terambat.
Meski semalaman mengerjakan tugas, mereka tetap semangat mengikuti rangkaian acara P2K (Program Pengenalan Kampus) periode 2012/2013 yang digelar di Bima Hall A, JEC (Jogja Expo Center), Jl. Janti, Yogyakarta.
“Apapun yang terjadi, harus tetap semangat. Setelah dipaksa tidur pagi (setengah dua pagi), kami pun bergegas bangun jam setengah 4 subuh. Maklum, WC hanya ada satu. Jadi harus bergantian. Tapi apa daya, namanya juga nasib. Gara-gara tidak ada kendaraan, kami memilih jalan kaki sejauh 2 kilo. Kebetulan kos saya dekat sini, di Blok O. Dan semalam Hertiko dan Bagas tidur tempat Saya. Sampai di JEC, ternyata sudah pada baris. Nasib-nasib, ternyata perjuangan tadi malam belum usai. Dan kami pun harus berhadapan lagi dengan aktifitas baru, menjalani hukuman. Pokoknya wajib semangat.” terang Adityo menggebu-gebu.
Selain perlengkapan tas, identitas, dan pita serta kaus kaki warna-warni, tercatat ada beberapa fakultas yang menggunakan atribut tambahan berupa topi, yaitu Fakultas Sastra, Ekonomi, Farmasi, Psikologi, Hukum, dan FTI.
“Saat mendengar kalau disuruh membuat topi, Saya membayangkan hal yang aneh. Pasalnya bentuk topinya itu tidak lazim. Tapi mau bagaimana lagi, ini bagian dari proses. Meskipun sulit, Saya senang. Karena proses ini menuntut Saya lebih kreatif, bekerja keras, dan mebuat otak saya terasah dengan sungguh.” sebut Ahmad Fiqi Efendi, calon mahasiswa Teknik Informatika asal lamongan. (IHS)