Bedah Buku Kumpulan Puisi Karya Abdul Wachid B.S. : “Mencari Ilmu di Luar Bangku Kuliah”
Menjadi seorang pengajar adalah pekerjaan mulia. Banyak orang pintar di sekitar kita tetapi tidak mampu mentransfer ilmunya kepada orang lain. Menjadi seorang pengajar harus ikhlas mengingat proses pembelajaran adalah proses interaksi lahir dan batin seseorang dengan orang lain. Bisa disimpulkan, seorang pengajar adalah seseorang yang cerdas dan memiliki kepribadian yang tidak biasa.
“Pada kesempatan bazar ini dapat kami jadikan moment dalam proses pembelajaran ekstra kelas. Dalam diskusi yang dilaksanakan, terjadi pertukaran informasi antara penyair dan peserta diskusi. Ini merupakan tujuan utama kami sebagai penyelenggara. Kami beranggapan bahwa ilmu tidak hanya di kelas saja dan kampus bukanlah penjara. Kami harus belajar di luar dan pada orang yang lebih berpengalaman. Kehadiran seorang sastrawan nasional sekaliber pak Abdul Wachid B.S. adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi kami dalam bedah buku yang diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini.” papar Arfan, ketua penyelenggara bazaar buku Kamis (6/10/2011).
Acara yang digelar di kampus II UAD, Jl. Pramuka, Umbulharjo, Yogyakarta ini mendapat sambutan yang sangat antusias oleh mahasiswa. Dalam kesempatan kali ini, buku yang dibedah adalah buku kumpulan puisi karya Dosen STAIN Purwokerto yang juga dosen tamu di UAD, Abdul Wachid B.S.
“Saya sangat bersyukur buku kumpulan puisi Saya ini bisa dibedah di UAD. Ini adalah antologi puisi Saya yang kelima. Saya senang kawan-kawan mahasiswa ada yang mau mengapresiasi karya Saya. Ini suatu penghargaan yang HMPS UAD berikan kepada Saya. Terimakasih buat HMPS.” ujar penyair kelahiran Lamongan.
“Selamat untuk abang sekaligus guru Saya, Abdul Wachid B.S. Semangat dan terimakasih kepada HMPS. Saya sangat senang dengan terselenggaranya acara ini. Kami (mahasiswa PBSI) sangat haus akan acara-acara sastra yang berkualitas seperti ini. Semoga ini bukan yang terakhir.” Amin.” tegas Latief S. Nugraha, penyair UAD yang karyanya sudah menasional. (IHS/Sbwh)
Menjadi seorang pengajar adalah pekerjaan mulia. Banyak orang pintar di sekitar kita tetapi tidak mampu mentransfer ilmunya kepada orang lain. Menjadi seorang pengajar harus ikhlas mengingat proses pembelajaran adalah proses interaksi lahir dan batin seseorang dengan orang lain. Bisa disimpulkan, seorang pengajar adalah seseorang yang cerdas dan memiliki kepribadian yang tidak biasa.
“Pada kesempatan bazar ini dapat kami jadikan moment dalam proses pembelajaran ekstra kelas. Dalam diskusi yang dilaksanakan, terjadi pertukaran informasi antara penyair dan peserta diskusi. Ini merupakan tujuan utama kami sebagai penyelenggara. Kami beranggapan bahwa ilmu tidak hanya di kelas saja dan kampus bukanlah penjara. Kami harus belajar di luar dan pada orang yang lebih berpengalaman. Kehadiran seorang sastrawan nasional sekaliber pak Abdul Wachid B.S. adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi kami dalam bedah buku yang diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini.” papar Arfan, ketua penyelenggara bazaar buku Kamis (6/10/2011).
Acara yang digelar di kampus II UAD, Jl. Pramuka, Umbulharjo, Yogyakarta ini mendapat sambutan yang sangat antusias oleh mahasiswa. Dalam kesempatan kali ini, buku yang dibedah adalah buku kumpulan puisi karya Dosen STAIN Purwokerto yang juga dosen tamu di UAD, Abdul Wachid B.S.
“Saya sangat bersyukur buku kumpulan puisi Saya ini bisa dibedah di UAD. Ini adalah antologi puisi Saya yang kelima. Saya senang kawan-kawan mahasiswa ada yang mau mengapresiasi karya Saya. Ini suatu penghargaan yang HMPS UAD berikan kepada Saya. Terimakasih buat HMPS.” ujar penyair kelahiran Lamongan.
“Selamat untuk abang sekaligus guru Saya, Abdul Wachid B.S. Semangat dan terimakasih kepada HMPS. Saya sangat senang dengan terselenggaranya acara ini. Kami (mahasiswa PBSI) sangat haus akan acara-acara sastra yang berkualitas seperti ini. Semoga ini bukan yang terakhir.” Amin.” tegas Latief S. Nugraha, penyair UAD yang karyanya sudah menasional. (IHS/Sbwh)