FAS Kenalkan Mahasiswa pada Realisme Magis

          Beberapa bulan belakangan, Forum Apresiasi Sastra (FAS) mengangkat tema-tema besar. Setelah pada Oktober lalu menghadirkan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dalam diskusi sastra, kali ini FAS memperkenalkan mahasiswa pada basis paradigma teori realisme magis. Adalah Dharma Satrya HD, M.A., alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) menjadi nara sumber diskusi dihadapan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Rabu (09/11/2016).

Dharma Satrya dalam diskusi itu memperkenalkan realisme magis sebagai cara memandang dunia kepada mahasiswa. Baginya, perlu memandang lebih luas ketika menempatkan realisme magis dalam konteks-konteks yang tersedia.

            Bagi mahasiswa secara khusus mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) merupakan sesuatu hal yang menarik. Hal ini karena teori realisme magis masih dipandang sebagai teori yang asing.

            "Tidak semua teori dapat dipelajari di kelas. Terkadang mahasiswa harus keluar menuju ruang-ruang diskusi lain, seperti FAS ini untuk dapat mempelajari dan menemukan wacana teori-teori baru," jelas Fitri Merawati, M.A., Dosen PBSI UAD ketika disinggung perihal tujuan FAS mengangkat teori-teori besar.

            Bagi peserta forum diskusi, Dita Yulia Paramitha berharap dengan diperkenalkannya teori-teori besar melalui FAS dapat membawa pembaruan pada skripsi atau karya-karya ilmiah mahasiswa, khususnya mahasiswa PBSI. (dev)

Wisudawan UAD Punya Prestasi Mendunia

Peraih peringkat ketiga wisudawan dengan IPK tertinggi adalah anak muda mempunyai prestasi mendunia. Anak muda itu adalah Muhammad Iqwan Sanjani.  Wisudawan asal Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) ini memiliki prestasi menarik.

Pemuda yang gemar menulis karya ilmiah ini tulisannya pernah diterbitkan di People: Internasional Journal of Social Science. Topik utama yang diangkat sehingga menembus jurnal internasional adalah  Critical Discourse Analysis. Dalam jurnal tersebut ia menganalisa muatan agama dalam buku pelajaran (textbook) bahasa Inggris yang diterbitkan oleh pemerintah. Selain dalam bentuk jurnal, karyanya juga dipublikasikan dalam konferensi internasional yang digelar di Malaysia.

Prestasi lain yang ditorehkan adalah pada tanggal 20 Juni 2016,  nama Muhammad Iqwan Sanjani berhasil menjadi salah satu dari 16 Mahasiswa Berprestasi Perwakilan dari Universitas-Universitas Se-Indonesia. Ia berhasil menjadi mahasiswa berprestasi nasional  dengan mengusung karya tulis berjudul “TRETODA (Treasure To Fight Drugs) Permainan Edukatif Berbasis Potensi Lokal Sebagai Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Studi Kasus Anak-Anak Desa Ngestirejo Kabupaten Gunungkidul”.

Sederet prestasi lain yang diraih Iqwan di antaranya : 1). Juara 1 Global Youth Entrepreneurship Summit Case Competition (GYES 2015) NUS Singapore 2015, 2). Research Paper Presenter dalam Presenter dalam International Conference on Education Teaching and Learning Malaysia 2016, 3). Research Paper Presenter dalam Presenter dalam Osaka 1st International Conference on Business Economics Social Science and Humanity 2016, 4). Session Chair  dalam Session Chair Osaka 1st International Conference on Business Economics Social Science and Humanity 2016 , 5). Publikasi Jurnal Internasional dalam Publikasi Jurnal Internasional PEOPLE: International Journal of Social Sciences, 6). Menjadi Duta Budaya di Perwakilan Mahasiswa dalam Pertukaran Budaya di Indonesian Day and Charity Bazaar KBRI Hungaria 2015, 7).Pendaan Dikti PKM GT Didanai Dikti, 8). Juri Tamu dalam Politics and Governance Debate Universitas Gadjah Mada, 9). Juri Terakreditasi dalam Gadjah Mada Debating Tournament, 10).Juara 4 Grandfinalist of National University Debating Championship Kopertis V 2014.

Prestasi yang diraih tidak hanya berhenti sampai di situ, ia  pernah memimpin sidang di forum diskusi (session chair) internasional di Jepang. Selain memimpin diskusi ia juga mempresentasikan karya ilmiahnya. “Saya mempresentasikan tentang analisa terhadap peran Peer Assistant Learning Program (PALP), organisasi tingkat Prodi, dan besarnya kontribusinya dalam peningkatan kemampuan berbahasa inggris siswa, ” terangnya saat ditemui oleh reporter web UAD, Selasa (8/11).

            Walau begitu, Iqwan tetap rendah hati dan tidak angkuh serta tetap merasa apa yang diraihnya tidak begitu berarti karena baginya banyak hal-hal yang belum ia tahu dan lakukan. “Alhamdulillah, gelar Mawapres ini bisa menjadi amanah bagi saya untuk UAD, amin” tutur Iqwan. (dev)

 

Fahmi Arif, Wisudawan dengan IPK Tertinggi

Fahmi Arif, alumnus Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum angkatan 2013 meraih peringkat pertama wisudawan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dengan nilai 3.95. Ia tidak pernah menyangka dapat menduduki peringkat pertama.

“Setelah mendengar kabar bahwa saya meraih peringkat pertama wisudawan dengan IPK tertinggi tentunya saya merasa sangat senang serta penuh rasa syukur kepada sang pemilik ilmu pengetahuan yang sesungguhnya., ‘ katanya.

Selain hal tersebut, pencapaian  pemuda kelahiran Ambon, 19 Mei 1994 ini meraih hasil terbaik menjadi sebuah bentuk persembahan kepada orang tua yang tiada henti mendoakan dan memotivasi untuk terus menerus mengembangkan diri. Pengembangan diri baik dalam intelektual akademik maupun organisasi.

Menurutnya memiliki IPK tertinggi adalah bentuk pertanggungjawaban kepada orang tua yang telah berusaha sekuat tenaga agar dirinya mendapatkan pendidikan berkualitas. Maka dari itu, Arif menetapkan target minimal IP setiap semesternya 3.25.

Prestasi yang diraih ternyata bukan hanya bidang akademi, namun Aruf juga meraih prestasi dalam kompetisi yang linier dengan bidang yang ia pelajari. Arif sempat meraih juara pada lomba debat Konstitusi intenal FH UAD tahun 2013. Prestasi yang lain  menjadi Runner Up dalam Lomba debat Konstitusi Mahkamah Kontitusi RI di Surakarta.

Prestasi-prestasi itu  dapat ia raih karena  aktif berproses dalam beberapa organisasi intra kampus antara lain Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum (DPM FH UAD), Komunitas Debat Konstitusi (KDK FH UAD), dan Partai Mahasiswa Nusantara Univ, Ahmad  Dahlan (PMN-UAD).

Kunci sukses yang lain karena Fahmi memiliki kebiasaan belajar dengan berdiskusi dalam forum-forum, banyak membaca, dan memanfaatkan  waktu belajar di tengah malam.

UAD Berpartisipasi pada 1st ASILHA International Conference

Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) menyelenggarakan Simposium Ilmiah Studi Hadis di Indonesia. 1st ASILHA International Conference yang berlangsung di University Hotel Yogyakarta. Acara ini diadakan sejak Selasa-Kamis, (25-27/10/2016).

Hampir seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang membuka prodi Ilmu Hadis turut hadir dalam acara tersebut. Sebanyak 14 peserta diantaranya merupakan mahasiswa program studi Tafsir Hadis (TH) Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta semester lima.

Tiga orang ahli hadis Indonesia memberikan makalah dengan beragam judul. Suryadi menyajikan makalah berjudul Kajian Hadis di Era Kontemporer. Lutfi Fathullah memberikan sajian tentang Menjaga Khazanah Literatur Hadis melalui Digitalisasi.  Ramli Abdul Wahid membawakan makalahnya Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia.

Pada kesempatan itu hadir pula Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Agama Islam RI. Kamaruddin Amin, “Direktorat Jendral Pendidikan Islam akan memberikan beasiswa penuh bagi mahasiswa program S1” tuturnya di sela kegiatan.

Sementara, Kaprodi Tafsir Hadis UAD, Dr. Waharjani menyampaikan harapan terkait adanya kegiatan ini. “Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) UAD mampu mengkristalkan alasan memilih prodi Ilmu Hadis. Selain itu  diharapakan agar semua dosen pengajar lebih giat lagi dalam membuat karya tulis ilmiah maupun penelitian terkait ilmu hadis, “ katanya.

Acara ini terlaksana atas kerjasama dari ASILHA, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kementerian Agama, UIN Sunan Kalijaga, UIN Sunan Gunung Jati, dan Pusat Studi Qur’an dan Hadis (PSQH). (DF/AKN)

 

Tusta Mendapat IPK Tertinggi Peringkat Kedua

Tusta tidak pernah menyangka sebagai wisudawan mendapatkan peringkat kedua Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diantara wisudawan periode November 2016. Ia mengaku tidak pernah menargetkan minimal IP setiap semesternya.  “Saya hanya berupaya menjalankan kuliah dengan sungguh-sungguh dan melakukan yang terbaik dalam kuliah, tugas, praktikum maupun ujian” terangnya saat ditemui Rabu (9/11).

Ia tidak memiliki kiat khusus dalam belajar. Ia hanya berusaha banyak membaca. Tusta juga  berusaha fokus belajar saat berada di dalam kelas dan ditambah dengan banyak membaca.

Menurut perempuan kelahiran Sleman 6 Agustus 1983 ini, memiliki IPK tinggi itu penting-tidak penting. Karena IPK bukan segalanya, yang terpenting keterampilan mahasiswa dan bagaimana mahasiswa mengaplikasikan ilmu yang didapat saat perkuliahan. Tapi sebagai mahasiswa IPK penting karena sebagai bentuk hasil evaluasi. Intinya keterampilang dan nilai dalam IPK harus seimbang, sama-sama berkualitas.

Sangat menyukai anak-anak, Tusta mengaku memilih Program Studi (Prodi) PGSD karena terinspirasi ingin menjadi guru yang inspiratif bagi murid-muridnya kelak. Setelah wisuda ia berencana untuk mendaftar seleksi SM3T agar bisa mengajar di daerah pelosok Indonesia dan menginspirasi muridnya agar bercita-cita tinggi.

Selama kuliah di UAD, ia mengikuti beberapa perlombaan. Tusta pernah meraih peringkat 3 dalam lomba cipta komik IPA. Ia juga pernah mengikuti seleksi putra-putri PGSD dan  lomba debat Bulan Bahasa.

Andi Lutfiah Nada Sabila: Mahasiswa UAD yang di Youth Camp Anti Corruption

Ada 40 delegasi terpilih dari seluruh Indonesia yang berhasil mengikuti Camp di Sabang. Salah satunya adalah Andi Lutfiah Nada Sabila, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2016

“Selain mengirim data administrasi untuk seleksi, peserta juga harus mengirimkan karya tulis ilmiah berupa esai 500 kata dengan tema Peran Anak Muda dalam Perubahan Sosial” terang Nada Sabila.          

Nada Panggilan akrabnya mengaku, seluruh peserta yang terdiri dari delegasi terpilih dan peserta undangan dari KPK, diminta untuk melakukan pengabdian masyarakat ke desa-desa kecil di Sabang. Pengabdian masyarakat tersebut mengharuskan peserta untuk membuat sebuah gagasan ide atau sebuah program yang dapat diaplikasikan secara langsung dalam masyarakat dengan berkelompok. Tim yang digawangi oleh Nada beserta rekan-rekannya yang lain memberikan tiga program, yaitu “Bank Sampah, Telemedia, dan Komunitas Duta Remaja Peduli Sabang.”

 “Melalui event ini saya bertemu banyak orang dengan karakter berbeda-beda. Hal tersebut  menambah pengalaman dan melalui kegiatan ini saya juga diajak untuk berpikir kritis mengenai masalah korupsi di Indonesia, ” kata Nada.

Nada mengaku harus mengikuti UTS susulan karena mengikuti Camp Nasional. Hal ini tidak membuat mahasiswi angkatan 2016 ini patah semangat. “Saya malah berharap semoga bisa mengembangkan program yang berada dibawah KPK dan mengabdi serta bisa berkonstribusi lebih banyak untuk masyarakat Indonesia, ”tekatnya.

Dia berharap, semakin banyaknya jumlah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan yang dapat aktif mengikuti berbagai kegiatan baik di lingkup universitas, regional, hingga nasional dalam berbagai bidang seperti non akademik ini diharapkan mampu mengasah soft skill yang dimiliki para mahasiswa yang kelak nantinya akan dapat diaplikasikan ke masyarakat.

Mathematics Training in SMP Muhammadiyah 1 Prambanan

Implementing one of Higher Education “Tridharma”, Mathematics Education, the Faculty of Teacher Training and Education, Ahmad Dahlan University (FKIP-UAD) carried out Mathematics training for teachers. This training is part of community service program (PPM) carried out in the hall of SMP Muhammadiyah 1 Prambanan.

This program lasted for three days, Saturday, Sunday, and Tuesday (October, 29-30 and November, 1 2016). This program not only provided training but also mentoring of mathematics learning materials for teachers of Muhammadiyah Junior high school (SMP) and Madrasah Tsanawiyah  in the region of district board of muhammadiyah (PDM) Klaten.

Some topics presented on this community service Program are “improving math learning” delivered by Drs. Sunaryo, M.Pd., Uswatun Hasanah, M.Sc., and Siti Nur Rohmah, M.PMat, the second material, “the use of Macromedia Flash” dilevered by Afit Istiandaru, M.Pd. The third is the “introduction of GeoGebra” by Soffi Widyanesti, M.Sc, Burhanuddin Arif, M.Sc and Rusmining, M.Pd.

The activities were carried out through direct assignment or by electronic mail (E-mail). The training is attended by 23 teachers of mathematics and 10 principals

 

Pengabdian Masyarakat Pembelajaran Matematika di SMP Muhammadiyah 1 Prambanan

Dalam rangka melaksanakan salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan (FKIP-UAD) mengadakan pelatihan pembelajaran matematika. Kegiatan ini melalui  Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM). Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan  di Aula SMP Muhammadiyah 1 Prambanan.

Pada pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini, Sabtu-Ahad, 29-30 Oktober  dan Selasa 1 November 2016 tidak hanya berupa pelatihan,  tapi juga ada pendampingan materi pembelajaran matematika untuk guru-guru matematika seluruh SMP dan MTs di wilayah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Kabupaten Klaten.

 Beberapa materi yang disampaikan pada pengabdian masyarakat tersebut antara lain  peningkatan pembelajaran Matematika disampaikan oleh Drs. Sunaryo, M.Pd.,  Uswatun Hasanah, M.Sc.,  & Siti Nur Rohmah, M.PMat, Materi kedua, pemanfaatan macromedia  flash disampaikan oleh Afit Istiandaru, M.Pd. Materi ketiga adalah pengenalan Geogebra oleh Soffi Widyanesti, M.Sc, Burhanuddin Arif, M.Sc dan Rusmining, M.Pd.

Kegiatan dilakukan melalui penugasan langsung maupun melalui surat elektronik (Surel). Pelatihan ini diikuti 23 guru matematika dan dihadiri 10 kepala sekolah.

 

Sosialiasis HKI Bagi Dosen UAD

Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bermimpi mencapai target sebagai universitas berbasis HKI. Strategi yang dilakukan adalah mengarahkan riset-riset inovatif berorientasi paten dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Selain itu, lembaga yang mengembangkan orientasinya menjadi Sentra Kekayaan Intelektual, Inovasi dan Kewirausahaan (KIIK), mampu memiliki daya saing industri nasional. “ Sentra HKI ingin juga mengarahkan riset-riset inovatif yang dapat dimanfaatkan pelaku industri kecil menengah (IKM) melalui transfer teknologi tepat guna, “ ungkap  Dr. Kintoko, S.F.,  M.Sc., Apt.

Sebagai langkah awal mewujudkan cita-cita itu hari Sabtu, 29 Oktober 2016 Sentra HKI UAD menyelenggarakan sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual. Kegiatan ini terselenggara atas  kerja sama dengan Kemenristekdikti menggunakan anggaran Hibah Penguatan HKI, “Target yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut, ungkap Kepala Sentra HKI UAD,  menghasilkan  hak kekayaan intelektual berupa 60 hak cipta, 20 paten, dan 5 selama satu tahun, “ kata Kepala Sentra HKI UAD.

Sebanyak 75 dosen baru UAD mengikuti agenda tersebut.  Kegiatan digelar dari  jam 08.00-12.00 WIB. Adapun kegiatannya berlangsung di Ruang Rektorat Kampus 1 UAD.

Selanjutnya dosen Farmasi UAD ini menuturkan ada  tiga yang akan menjadi fokus lembaga yang dipimpinnya yaitu Sentra Kekayaan Intelektual, Sentra Inovasi,  dan Sentra Kewirausahaan (Sule).

Commemorating “Puspa” Love Day and National Wildlife: Ecology and Economy Perspective

“Puspa” Love Day and National Wildlife (HCPSN) is celebrated on November 5. In commemoration of HCPSN, the Student Executive Board (BEM) of the Faculty of Mathematics and Natural Sciences (FMIPA) Ahmad Dahlan University (UAD) arranged a National Seminar on the Economy vs. Ecology on October 16, 2016.

using a take-line “Ekologi vs Ekonomi”, this momentum has stimulated the interest of participants from various disciplines to attend the seminar. Meeting room of Campus 2, Unit B UAD became a witness where two different disciplines can be presented in an interesting forum.

Ecological and economic concepts were presented from each expert viewpoint. The goal was to raise awareness, protection, conservation of National wildlife and puspa. During this time the government is still less attention to this issue because it is not “sexy” in the economic viewpoint, "said Hendro Kusumo EPM., M.Sc., a speaker representing ecologist.