Seindah Bersama, Seabad Terasa, Sahabat untuk Selamanya

 

Itulah tema yang diambil dalam “Perpisahan dan Pelepasan Mahasiswa” student exchange Universitas Malaya, Malaysia, dengan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara tersebut dilaksanakan pada Sabtu (23/01/2016) di aula Islamic Center UAD, Jalan Ringroad Selatan, Banguntapan, Bantul.

Setiap tahun, khususnya di semester ganjil, UAD melaksanakan pertukaran pelajar (student exchange) dengan banyak negara. Dan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, program studi Bahasa dan Sastra Arab FTDI UAD melaksanakannya.

Mahasiswa pertukaran pelajar tersebut adalah Abdul Hadi, M. Shahzuwan, Amin, Nur Shafwah, Nurul Afiqah, Bazlin, dan Siti Nurul Iman. Mereka berbaur dalam menuntut ilmu dan beraktivitas dengan mahasiswa UAD lainnya. Kebersamaan mereka ditambah dengan tinggal di asrama UAD (Persada).

Serumpun merekah bersama, kalimat ini yang dapat digambarkan pada kebersamaan yang terjalin selama lebih dari lima bulan. Tidak sulit menciptakan keakraban di antara mahasiswa Malaysia dan Indonesia. Hal ini karena Malaysia dan Indonesia merupakan satu rumpun, yakni Melayu.

Mahasiswa Malaysia mengaku dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia. Hal ini mereka buktikan dengan aktif dalam mengikuti kegiatan di kampus. Seperti lomba tingkat nasional, turut memilih pemimpin dalam organisasi mahasiswa, juga berbagai kegiatan lainnya.

Hasilnya pun cukup memuaskan. Dalam acara International Day yang dilaksanakan Kantor Urusan Internasional UAD satu bulan lalu, Malaysia meraih gelar sebagai stand terkreatif.

“Kami berpesan, kita harus berbuat lebih yang orang lain lakukan dalam hal kebaikan. Ambilah segala yang baik dari persahabatan, pertemanan, juga pengajaran dan pelajaran. Jika menuntut ilmu didasarkan pada keikhlasan, maka akan menghasilkan kebaikan yang luar biasa. Mudah-mudahan kebersamaan kita dapat disambung kembali ke depannya. InsyaAllah, pemimpin Persada akan bersilaturahmi ke Malaysia,” ujar Thonthowi, S.Ag., M.Hum. selaku Wakil Direktur. (AKN)

Relativitas dalam Pluralisme Agama

 

Konsep relativitas dalam pluralisme agama merupakan satu judul presentasi yang dipaparkan dalam seminar “Pemikiran dan Peradaban Islam” pada Senin (25/01/2016) yang bertempat di aula Islamic Center kampus IV UAD, Jalan Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul. Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai fakultas di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan masyarakat umum.

Kegiatan ini adalah Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (Unida) Gontor yang untuk kesekian kalinya mempercayai UAD sebagai tempat presentasi yang diharapkan mampu membantu perkembangan pemikiran dan peradaban Islam di dunia.

Dalam pemaparan materi, dibahas konsep relativitas dalam perspektif teologi atau ketuhanan. Terdapat beberapa problem relativisme yang mengkontaminasi pluralisme. Di antaranya umat manusia pada hakikatnya memiliki posisi sejajar, kebenaran absolut ada pada Tuhan semata,  dan manusia memiliki kebebasan beragama.

Sedangkan implikasi yang terjadi adalah pencampur adukan agama, pengaburan makna kafir, dan hermeneutika.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pluralisme merupakan sebuah kemasan cantik yang berisi relativisme. Sedangkan Islam memiliki ideologi bahwa menegaskan identitas keberagaman dalam beragama, mengakui peran agama, dan memberdayakan hubungan antaragama.

Dengan diadakannya seminar tersebut, mahasiswa diharapkan mampu membuka pikiran tentang pemikiran dan peradaban Islam di dunia saat ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. (AKN)

Pelopor Ketahanan Pangan dengan Bahan Baku Lokal

Pelopor ketahanan pangan dengan bahan baku lokal merupakan visi industri rumahan “Rumah Ketela” milik Ida yang berlokasi tidak jauh dari Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Usaha tersebut mulai dijalankan sejak erupsi Merapi tahun 2010 silam. Hal itulah yang menjadikan Ida untuk lebih peduli pada lingkungan dengan memanfaatkan segala sesuatu yang tersedia di alam. Maka, singkong dan umbi-umbianlah yang dipilih untuk menjadi bahan baku usahanya tersebut.

Banyak sekali produk olahan yang dihasilkan dari bahan makanan tersebut. Di antaranya Jaya Risoles, Brownies Cinta, Cassava Steak, Java Donat, Bakpao Java, Cup Cake Java, Egg Roll, dan lain-lain.

Santri Persada Universitas Ahmad Dahlan (Pesantren Mahasiswa KH Ahmad Dahlan UAD) melakukan kunjungan industri pada Minggu (24/01/2016) ke tempat tersebut guna meningkatkan minat dan motivasi untuk berwirausaha di masa depan kelak.

“Semoga dengan diadakannya kunjungan industri ini, para santri mampu menimbang dan berpikir bahwa jiwa wirausaha harus dimiliki oleh setiap orang, sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang banyak demi memakmurkan negeri ini,” ujar Anhar Anshary, M.Si. selaku Direktur Persada.

Dalam kunjungan industri tersebut, santri diajarkan untuk dapat mengelola bumi ini sebaik mungkin dengan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya, dengan praktik memasak egg roll, cup cake, dan ketela goreng.

“Setiap mahasiswa dari fakultas mana pun berpotensi untuk menjadi pengusaha. Oleh karena itu, janganlah mau digerakkan oleh bumi, tapi jadilah penggerak bumi,” tutur Ida.

Menurut Ida, banyak yang dapat dilakukan oleh setiap orang di dunia ini jika ada niat dan mau melakukannya. Setiap orang harus memiliki tiga kemampuan, yakni berilmu, berbudaya, dan berkarya. Ilmu dapat diambil dan dikembangkan di mana saja untuk menjadikan hidup lebih maju. Sedangkan berbudaya adalah hidup bermasyarakat, ini adalah hal penting untuk membangun relasi dengan orang lain dalam mengembangkan usaha.

Selain itu adalah berkarya. Suatu karya tidak harus melulu sesuatu yang besar, namun bagaimana bisa berkarya dan membawa perubahan menuju lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain.

Ida menuturkan, “Kita harus bisa mengambil keputusan dan selalu mengerjakan sesuatu saat itu juga selagi mampu. Jangan putus asa, karena Allah selalu mendampingi orang-orang yang berbuat baik, seperti berpikir, bekerja, dan berdoa.” (AKN)

Manajemen Waktu Berdasarkan Skala Prioritas

Kembali, Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan (LPSI UAD) mengadakan pengajian umum. Acara tersebut diadakan pada Sabtu (23/01/2016) bertempat di aula Islamic Center UAD sejak pukul 19.30-21.30 WIB.

Acara tersebut diadakan dalam rangka menyegarkan pikiran mahasiswa, terutama dalam pengaturan waktu, yang merupakan kendala terbesar bagi mahasiswa dalam menciptakannya. Untuk kesekian kalinya, Ustadz Bachtiar Natsir diundang sebagai pemateri pada kesempatan itu.

Menurut Bachtiar, terdapat empat skala prioritas dalam manajemen waktu. Pertama, hal yang penting dan mendesak. Jika ini terjadi, maka kerjakanlah hal tersebut pada waktu itu juga. Ingat, jangan menunda-nunda kebaikan. Kedua, hal yang tidak penting tapi mendesak. Pada keadaan ini, delegasikanlah. Ketiga, hal yang penting  tapi tidak mendesak. Jika keadaan ini terjadi, buatlah perencanaan yang baik.

“Jika kamu gagal dalam berencana, maka kamu sedang berencana untuk gagal. Jangan merencanakan sesuatu yang kamu tidak sungguh-sungguh untuk melakukannya,” katanya.

Keempat, hal yang tidak penting dan juga tidak mendesak. Tinggalkanlah jika mendapati keadaan semacam ini.

Bachtiar mengungkapkan, “Dalam dasar-dasar keislaman, jangan gagal fokus dalam menuntut ilmu dan tidak boleh ada waktu yang terbuang.”

Lebih jauh disampaikan bahwa melengkapi diri dengan ilmu alat dapat mempercepat dalam proses belajar. Seperti melakukan percepatan dalam membaca cepat, cara menghafal al-Qur’an dengan cepat, dan lain sebagainya.

“Banyak sekali fasilitas yang Allah berikan kepada kita untuk menuntut ilmu. Karena orang yang cerdas adalah dia yang 20 persen waktunya menghasilkan 80 persen dari tujuan awalnya. Bukan malah sebaliknya.” (AKN)

13 Mahasiswa USANT Kembali ke Filipina

Terdapat tiga belas mahasiswa Universitas Saint Anthony Filipina (USANT) yang mengikuti acara penutupan di ruang auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jum’at (5/2/2016). Empat mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) (Bachelor of Secondary and Elementary Education), sedangkan yang sembilan dari program studi Arts in Communication.

Selama tiga minggu, sejak 14 Januari sampai 7 Februari 2016, tiga belas mahasiswa tersebut magang di UAD. Mereka didampingi oleh dua dosen, yakni Mark Philip C. Paderan yang merupakan dosen pendamping dari Program Ilmu Komunikasi, dan Dr. Emma V. Veras yang merupakan pendamping dari FKIP.

            Mereka yang di FKIP mengikuti praktik mengajar di sekolah-sekolah mitra dan lab school UAD. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengunjungi dan observasi proses belajar mengajar di sekolah-sekolah binaan UAD, seperti SD Muhammadiyah Condong Catur, SMP Muhammadiyah Depok, SD Muhammadiyah Macanan, SD Muhammadiyah 2 Depok, dan beberapa tempat yang lain.

Sembilan mahasiswa yang lain berada di Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK). Mereka mengikuti general lecture, workshop on International TV Broadcasting yang meliputi enam jenis workshop (jurnalistik TV, fotografi, film pendek, talk show, presenter, news reader), photo hunting di Ramayana Ballet dan tempat pembuatan batik, syuting film pendek di Malioboro, serta lainnya.

“Saat workshop, mereka melihat proses pembuatan robot air di Program Studi Fisika, belajar metode pengajaran active learning, dan lain-lain. Kegiatan bersama yang mereka lakukan antara lain belajar alat musik tradisional yakni angklung dan kulintang, tree planting, kunjungan ke tempat wisata seperti Prambanan, Ramayana Ballet, Malioboro, Keraton dan lain-lain,” terang Ida Puspita, Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI).

Masih menurut Ida, tiga belas mahasiswa dan dua dosen asing itu didampingi oleh mahasiswa lokal serta staf pengajar UAD. Peserta sangat aktif mengikuti semua kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan salah satu cara untuk mengenal budaya dan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Filipina/Inggris.

Sementara itu, acara penutupan dihadiri oleh Dr. Kasiyarno, M.Hum. selaku Rektor UAD, Wakil Rektor, Dekan, staf pengajar dari FKIP dan FSBK, serta pascasarjana UAD. Dari pihak USANT, hadir Atty Butch Ortega selaku Wakil Rektor USANT dan istri, dua dosen pendamping dan mahasiswa dari USANT, serta mahasiswa lokal UAD.

Acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan tari tradisional Pattani Thailand yang dibawakan oleh mahasiswa internasional UAD dari Thailand, Zheng Yayue (mahasiswa Tiongkok) menyanyikan lagu Indonesia, tari tradisional Indonesia oleh UKM Tari UAD, penampilan alat musik angklung oleh mahasiswa dari USANT, dan menayangkan video pendek hasil karya mahasiswa selama masa magang.

Selain itu, di akhir acara, diumumkan juga pemenang lomba bertema “Penyiaran Televisi” yang dibagi menjadi 27 kategori di antaranya The Best Sound Director, The Best TV News Editor,  The Best Journalism Camera Person, The Most Talented News Reader, The Most Talented News Presenter, dan beberapa lomba lainnya.

Sebelumnya, pada Kamis (4/2/2016), Atty Butch Ortega secara khusus bertemu  dengan para pemimpin UAD. Mereka membicarakan lebih lanjut mengenai kerja sama antara UAD  dan USANT.

 

Tafsir Hadits dan Bahasa dan Sastra Arab Akreditasi A

Dua program studi (Prodi) dari Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah Universitas Ahmad Dahlan (FTDI UAD), yakni Prodi Tafsir Hadits (TH S-1) dan Bahasa dan Sastra Arab (BSA S-1) raih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) No .1122/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2015.

Wakil Dekan FTDI UAD, Dr. Rika Astari, S.S., M.A mengatakan, “Untuk meraih akreditasi A, kami senantiasa dekat untuk mengenal mahasiswa. Dengan seperti itu, kami lebih leluasa memberikan kebutuhan mahasiswa. Kami ingin meningkatkan kualitas mutu pendidikan untuk itu kami berjuang.”

“Akreditasi ini wujud perjuangan yang telah dilakukan civitas FTDI UAD untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Usaha ini patut disyukuri, tetapi jangan membuatnya terlena,” lanjutnya saat jumpa pers di ruang sidang kampus 1, Senin (1/2/2016).

“Harus dipertahankan perjuangan ini. Semua aspek harus mampu mempertahankan kualitasnya masing-masing.”

Kaprodi BSA UAD, Abdul Mukhlis, S.Ag., M.Ag. mengatakan, akreditasi A ini didapat karena banyaknya kerja sama luar negeri yang dilakukan Prodi BSA dan Prodi TH. Di antaranya, kerja sama University of Malaya (Malaysia), Suez Canal University (Mesir), dan Ainu Syams University (Mesir).

“Kerja sama ini dalam bentuk pertukaran mahasiswa dan penelitian. Bahkan kami sudah mengembangkan program double degree dan KKN Internasional dengan tiga universitas ini,” kata Abdul.

Selain itu, tersedianya laboratorium bahasa dan komputer menjadi penentu peningkatan akreditasi ini. Sebab, dengan sarana dan prasarana yang memadahi ini membuat mahasiswa makin mudah mengembangkan kemampuan bahasa asing.

Kaprodi TH, Dr. H. Waharjani, M.Ag. menuturkan bahwa yang diandalkan Prodi TH ada pada lembaga kemasyarakatan. Prodi ini memiliki program Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah

“Dengan adanya surat keputusan tersebut, diharapkan kedua prodi semakin berkembang, semakin meningkat dalam hal akademik dan menghasilkan lulusan yang berkompeten serta berguna bagi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang bahasa Arab,” demikian dilarsir dalam web resmi FTDI.

Waharjani: Melihat Iman Anak pada Perkawinan Beda Agama

Mengangkat tentang “Iman Anak dalam Keluarga Perkawinan Campur Beda Agama”, mengantarkan Dr. H. Waharjani, M.Ag yang merupakan Dosen Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah Universitas Ahmad Dahlan (FTDI-UAD) meraih gelar doktor di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fakultas Ilmu Psikologi dan Pendidikan Islam. Lelaki yang selalu memakai kopiah tersebut berhasil meraih nilai sangat memuaskan dengan predikat A.

Waharjani menjelaskan, disertasi itu untuk mengetahui cara orang tua menanamkan iman kepada anak, dalam keadaan ayah-ibu berbeda agama. Selain itu, untuk melihat cara anak menentukan pilihan agama, yang ayah-ibunya berbeda agama.

“Intinya, disertasi itu untuk mengetahui hambatan pelaksanaan orang tua dalam memberikan pendidikan iman anak dalam keluarga kawin campur beda agama,” ungkapnya.

Waharjani menambahkan, berdasarkan penelitian itu, hambatan dalam pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga yang pertama ialah berkaitan dengan waktu, seperti kesulitan mencari waktu yang sama dalam pelaksanaan proses pendidikan antara orang tua dengan anak, karena kegiatan orang tua dan anak berbeda. Kedua, hambatan yang berkaitan dengan kepemilikan ilmu agama, yaitu tidak cukupnya ilmu dan pengetahuan agama orang tua untuk memberikan pendidikan iman atau agama pada anak. Dan ketiga, hambatan yang berkaitan dengan perbedaan agama kedua orang tuanya itu sendiri.

“Dalam Islam pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 221 dan pada agama Katolik berdasarkan hukum kanon telah dijelaskan, bahwasannya apabila pasangan itu melakukan perkawinan campur beda agama, berarti keduanya melanggar ketentuan hukum agamanya, harus siap menerima risikonya, dan perbuatan tersebut telah dilarang dalam masing-masing agama,” tambahnya.

Sementara itu, Achmad Nurmandi, selaku ketua sidang menjelaskan, gelar yang diberikan ini merupakan lulusan doktor ke-21 dari Pascasarjana UMY.

“Saya harap, dengan gelar doktor yang telah disandang oleh Warjani dapat menjadikan tanggung jawab seorang ilmuwan untuk menerapkan ilmunya, terutama dalam tiga bidang, yaitu keislaman, pendidikan, dan psikologi,” ucapnya.

UAD Kembali Menggelar KKN Internasional

Pada Januari 2016 ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar dua KKN bertaraf internasional. Pada 9-30 Januari 2016, mahasiswa asing UAD program Darmasiswa melakukan Community Service Program di sekolah dasar Muhammadiyah Pambanan. Kegiatan ini diikuti oleh lima mahasiswa Asing, yaitu Kim Soo Yoen dan Kim Jong Jin (Korea Selatan), Shakir Samadamae dan Adam Makeng (Thailand) dan Li Lening (Tiongkok).

Kegiatan yang mereka lakukan dibagi di dua tempat, yaitu kegiatan di sekolah dan di masyarakat.  Kegiatan di sekolah antara lain mengajar bahasa dan budaya masing-masing serta mendampingi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan dalam masyarakat kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti jadwal kegiatan masyarakat setempat, misalnya berkunjung ke pasar tradisional, berkunjung ke rumah penduduk, dan keliling kampung.

“Semua mahasiswa asing sangat aktif melakukan kegiatan di sekolah. Mereka dengan senang hati berbagi ilmu dengan anak-anak, meskipun anak-anak kami sering mengikuti mereka ke ruang guru bahkan saat jam pelajaran telah selesai,” ungkap Dwi Listiyaningsing selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Prambanan.

Shakir Samadamae pun diberikan kesempatan untuk menjadi pembina upacara pada kegiatan rutin upacara bendera hari Senin, 25 Januari 2016 lalu.

Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk menjadi pembina upacara. Ini merupakan kesempatan pertama yang tak terlupakan,” tutur Shakir Samadamae.

Di lokasi yang berbeda, tiga mahasiswa dari Universiti Malaysia Pahang, yaitu Muhammad Ameen (Fakulti Sistem Komputer dan Kejuruteraan Perisian), Che Abdul (Fakulti Kejuruteraan Awam) dan Amirul Asyraf (Fakulti Kejuruteraan Awam dan Sumber Alam) mengikuti kegiatan KKN di Dusun Trukan Ngleli, Patuk, Gunungkidul. Mereka melakukan kegiatan KKN pada 27-30 Januari 2016.

Walaupun hanya dalam waktu yang terbilang singkat, mereka dengan cepat bisa berbaur dengan mahasiswa UAD yang lain dan masyarakat yang ada di lokasi KKN. Kemiripan budaya dan bahasa yang digunakan berkomunikasi adalah salah satu faktor yang mendukung kegiatan ini.

Tiga mahasiswa dari Malaysia bersama dengan TIM KKN dari UAD secara aktif mengerjakan program KKN. Beberapa di antara program mereka adalah mengajarkan Bahasa Inggris dan Bahasa Maleyu untuk anak-anak di lokasi KKN. Selain itu, tiga mahasiswa dari Universiti Malaysia Pahang tersebut tidak segan-segan bergabung dengan masyarakat setempat untuk membersihkan masjid dan tempat umum lainnya.

“Dengan kehadiran 3 mahasiswa KKN dari Universiti Malaysia Pahang, anak-anak yang berada di lokasi lebih semangat belajar. Mereka dengan riang mengikuti setiap kelas bahasa yang kami adakan. Selain itu, kolaborasi KKN yang diadakan UAD dengan Universiti Malaysia Pahang ini memberi kesempatan yang lebih luas baik untuk mahasiswa UAD sendiri maupun masyarakat umum untuk memiliki pengalaman internasional,” ungkap  Arika Rahma Ayuningtyas selaku Ketua KKN.

Ditemui di tempat yang berbeda, Anang Masduki, S.SosI.M.A. yang merupakan Dosen Pembimbing Lapangan mengungkapkan, “Program KKN ini mempunyai prosedur yang sama baik untuk mahasiswa lokal maupun internasional, yang berbeda hanya tempat pelaporannya. Mahasiswa UAD memberikan laporan ke UAD sedangkan mahasiswa Malaysia melaporkan kegiatan mereka di Universiti Malaysia Pahang.”

Kepala Kantor Urusan Internasional UAD, Ida Puspita, M.A.Res. berharap kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa asing di UAD, baik Program Darmasiswa maupun kerja sama dengan Universiti Malaysia Pahang, dapat dilaksanakan secara rutin dan dapat membawa manfaat baik bagi masyarakat dan sekolah yang dituju, maupun bagi mahasiswa asing yang melaksanakan kegiatan di masyarakat serta bagi UAD.

“Khusus KKN dengan Universiti Malaysia Pahang, kegiatan ini merupakan untuk yang kedua kalinya,” tutup Ida.

Menghayati Hidup dari Waktu yang Pendek

“Peluncuran film pendek ini pertama kali ada di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (PBSI-UAD). Pembuatan film merupakan tindak lanjut dari perkuliahan Dramaturgi,” ujar Fitri Merawati selaku dosen mata kuliah Dramaturgi.

Acara yang diadakan di hall kampus II (16/1/2016) tersebut menghadirkan ahli film maker A. Dwi Nugroho, S.I.Kom. sebagai pembicara dan pembedah film yang dibuat oleh mahasiswa.

“Kegiatan positif semacam ini perlu terus mendapatkan dukungan. Film merupakan representasi kehidupan, baik film panjang (70-80 menit) maupun film pendek (5-30 menit).”

Dwi menambahkan bahwa untuk kalangan mahasiswa, membuat film pendek sudah merupakan hal yang sangat patut diapresiasi, karena membuat film tidaklah mudah. Banyak teknik yang harus dikuasai.

Ada tiga judul film karya mahasiswa yaitu, “Jalan Menuju Pulang”, “Mengirim Senja”, dan “Fatimah”.

“Setiap film memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu pun dengan kekurangan dan kelebihannya,” ucap Dwi yang juga aktif di Komunitas Film Montase.

Ia menambahkan, pesan yang terkandung di dalam film cukup berbobot meskipun hanya dengan waktu yang singkat (5-15 menit).

“Latar belakang sebagai mahasiswa sastra sangat muncul di dalam film-film yang digarap. Terbukti ide dari masalah-masalah kecil mampu digarap menjadi film. Ini berarti bahwa mahasiswa peka terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.”

Di akhir acara, Dwi menambahkan, ide dari ketiga film sudah menarik, hanya teknik yang perlu dibenahi dalam pembuatan film. (Ard)

Minat Keilmuan Dasar Fisika, Biologi, dan Matematika Makin Meningkat

Minat terhadap penguasaan keilmuan dasar seperti Fisika, Biologi, dan Matematika makin meningkat. Ini yang membuat semakin banyak lulusan SMA/SMK/MA yang tertarik dan masuk ke FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, ilmu-ilmu aplikatif lebih banyak peminatnya.

“Meningkatnya minat terhadap ilmu-ilmu dasar tersebut seiring makin meluasnya peluang kerja bagi lulusannya akhir-akhir ini. Sebab, bidang apa pun membutuhkannya,” ungkap Wakil Dekan FMIPA UAD, Agung Budiantoro, M.Si., Minggu (24/1/2016).

Usai membuka Olimpiade MIPA dan Komputer 2016 tersebut, Agung pun menyayangkan karena belum semua perguruan tinggi mampu menyelenggarakan, terutama menyangkut fasilitas, peralatan, laboratorium.

“Apalagi untuk perguruan tinggi swasta. Karena itu, butuh perhatian dan bantuan dari pemerintah agar pengembangan ilmu dasar bisa makin meningkat,” katanya.

Peningkatan minat di FMIPA UAD, menurut Agung, telah mencapai 90 persen. Sebelumnya, FMIPA kurang diminati walaupun menjadi fakultas unggulan di UAD. Bahkan pada 2007/2008 lalu, sempat menurun drastis hingga 50 persen.

“Penurunan tersebut,” lanjutnya, “tak lepas dari keluarnya kebijakan pemerintah terkait sertifikasi guru dan dosen pada 2006. Waktu itu, FKIP justru kebanjiran mahasiswa karena semua ingin menjadi guru. Tapi sekarang, dengan diberlakukannya PPG sebagai syarat menjadi guru, mahasiswa FMIPA juga mempunyai peluang yang sama jika berminat menjadi guru. Bahkan, penguasaan materi terkait keilmuannya lebih mendalam,” jelas Agung.

Humas FMIPA UAD, Iwan Tri Riyadi Yanto, S.Si., MIT. menuturkan, keinginan untuk semakin mempopulerkan keilmuan dasar dari FMIPA UAD itu pula yang kemudian melatarbelakangi diselenggarakannya Olimpiade MIPA dan Komputer tiap tahunnya. Pada penyelenggaraan ke-5 tahun ini, turut berpartisipasi 108 siswa SMA/SMK/MA se-DIY dan Jateng.

“Jumlah peserta tersebut berasal dari delapan belas sekolah. Mereka berlomba di empat bidang, meliputi Fisika, Matematika, Biologi, dan Komputer. Tak hanya mengasah pengetahuan keilmuan dasar, lomba juga ikut mengasah soft skill peserta melalui tahapan kompetisi, yakni berupa praktikum,” papar Iwan.

Iwan pun mengakui, ajang olimpiade tersebut sekaligus digunakan sebagai ajang promosi FMIPA UAD. “Berdasarkan data Ditjen Dikti, untuk Program Studi Fisika dan Biologi yang kami miliki, masih menjadi yang terbaik untuk perguruan tinggi swasta se-Indonesia,” ujarnya bangga.