Kasus Meningkat, tapi Jumlah Psikolog Forensik Terbatas

 

Kasus kejahatan seksual meningkat, tetapi jumlah psikolog forensik di Indonesia saat ini sangat terbatas. Padahal, peran psikologi forensik sangat penting.

Psikolog forensik sering kali dijadikan saksi ahli dalam perkara hukum yang menyangkut kasus tersebut. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah psikolog dan psikolog klinis di Indonesia hanya 608 orang.

“Ini sangat sedikit sekali, sementara peran mereka cukup besar,” ujar staf ahli bidang medikolegal Kementrian Kesehatan, Tirtarayati, saat menjadi pembicara dalam Konferensi III dan Temu Ilmiah Nasional VI Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Kamis (5/11/2015).

Kegiatan tersebut dibuka secara resmi dan disambut baik oleh Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan akan tenaga ini penting. Karena psikolog forensik berperan penting dalam asesmen, evaluasi psikologi, penegakan diagnostik dan terapi psikologi pada kasus peradilan pidana. Peningkatan perkara peradilan terus meningkat sementara sumber daya psikologi forensik masih terbatas.

Terkait dengan pemenuhan sumber daya psikolog forensik ini, DPP APSIFOR Himpunan Psikologi Indonesia dan DPP Ikatan Psikologi Klinis (IPK) melakukan penandatanganan kerja sama untuk peningkatan kemampuan psikolog forensik tersebut di Indonesia.

Selama ini, psikolog forensik baru terdapat di beberapa rumah sakit. Mereka sering dijadikan saksi ahli di peradilan hukum pidana.

Ke depan, IPK dan APSIFOR akan melakukan pelatihan-pelatihan kemampuan klinis dan hukum terhadap psikolog di Indonesia agar kemampuan mereka di bidang forensik kompeten. Selain itu, juga akan ada uji kompetensi untuk hal tersebut.

Tepat Waktu Adalah Kunci Sukses

“Aktif dalam organisasi bukan berarti melupakan kewajiban sebagai mahasiswa untuk belajar,” ujar Puspa Ratna Dewi saat ditemui, Jum’at (6//11/2015).

Bagi gadis kelahiran Lampung, 20 Desember 1994 tersebut, belajar tetap menjadi prioritas utama. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan cap bahwa mahasiswa yang aktif di organisasi biasanya lulusnya lama dan nilainya kurang baik.

“Untuk menjadi yang terbaik harus pandai membagi waktu. Karena belajar juga harus dipaksa, kemudian meluangkan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk belajar,” imbuhnya.

Ia menjadi mahasiswa dengan IPK tertinggi pada wisuda Universitas Ahmad Dahlan (UAD) November 2015 ini, dengan IPK 3, 89. Di balik IPK yang tinggi, orang tua dan teman-teman organisasi serta satu angkatannya menjadi faktor pendorong lain.

“Kedua orang tua saya bekerja sebagai petani, maka saya harus bisa membanggakan mereka. Setidaknya dengan cara seperti ini, saya telah mengembalikan sedikit dari apa yang sudah orang tua saya berikan,” lanjut mahasiswa yang pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika (HMPS PMAT) ini.

“Hal tersulit yang harus dikerjakan dan dibiasakan adalah budaya tepat waktu. Di samping kesibukan organisasi, saya selalu menekankan pada diri saya sendiri untuk selalu tepat waktu.”

Menurutnya keterbatasan waktu tidak menjadi halangan untuk terlambat dan meninggalkan kegiatan berorganisasi dan belajar.

“Jika tidak diawali dan diniati dari diri sendiri, maka tidak akan pernah maju. Menjadi mahasiswa yang aktif itu juga perlu, karena kita akan banyak belajar hal. Tapi yang perlu diperhatikan adalah harus bisa memilih atau memprioritaskan hal yang paling penting.”

“IPK yang saya peroleh sebenarnya sama dengan peringkat kedua. Hanya saja yang membedakan pada sertifikat dan keaktifan dalam organisasi,” tutupnya di akhir wawancara.

Menurutnya, menjadi diri sendiri itu penting, agar bisa bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.

Cara Mengatasi Gangguan Jiwa

Menurut UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, dijelaskan di pasal 19 ayat 2 bahwa psikolog memiliki kedudukan yang sama dalam kesehatan jiwa untuk melakukan diagnosis terhadap orang yang diduga mengalami ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) seperti halnya dengan dokter umum dan dokter spesialis kedokteran jiwa.

Karena itu, kata Humas Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dessy Pranungsari, S.Psi., M. Psi., peran psikolog adalah melakukan upaya rehabilitasi kesehatan jiwa mencegah atau mengendalikan disabilitas, memulihkan fungsi sosial, memulihkan fungsi okupasional, dan mempersiapkan serta memberi kemampuan ODGJ agar mandiri di masyarakat.

Selain itu, kata Desi, untuk kepentingan penegakan hukum, seseorang diduga ODGJ yang melakukan tindak pidana harus mendapatkan pemeriksaan Kesehatan Jiwa.

“Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan hukum seperti dalam pasal 71 dan pasal 72 dilakukan oleh tim. Tim tersebut diketuai oleh dokter spesialis kedokteran jiwa dan dapat melibatkan dokter spesialis lain, dokter umum, dan/atau psikolog klinis,” terang Dessy yang juga merupakan Dosen Psikologi, saat menghadiri acara Konferensi III & Temu Ilmiah Nasional VI Psikologi Forensik Himpunan Psikologi Indonesia (APSIFOR – HIMPSI) Tahun 2015. Tema yang diangkat dalam acara yang diselenggarakan pada Kamis, (5/11/2015) di auditorium kampus I UAD Yogyakarta ini adalah “Peran Psikologi Forensik dalam Memenuhi Kebutuhan Penegakan Hukum serta Meningkatkan Derajat Kesehatan Jiwa Masyarakat”.

Berdasarkan pemaparan UU Kesehatan Jiwa, terlihat peran dan kajian ilmu psikologi pada saat ini semakin luas, masuk ke kajian ilmu psikologi hukum atau forensik. Artinya, APSIFOR sebagai Asosiasi Psikologi Forensik saat ini sudah semakin disorot dan memiliki peran penting, mengingat bahwa psikologi forensik masih satu-satunya bidang kajian ilmu Psikologi di bidang hukum.

Pada saat ini, peran dari psikologi forensik di Indonesia masih banyak terlibat untuk membantu mengungkap kasus-kasus kriminal yang menimpa masyarakat.

“Dengan adanya diskusi ilmiah tentang psikologi forensik diharapkan dapat meningkatkan kesepahaman mengenai luasnya keterkaitan peran psikologi forensik penegakan hukum berdasarkan UU Kesehatan Jiwa, meningkatkan keterampilan psikolog dan ilmuwan psikologi dalam menjalankan peran sebagai psikolog forensic, baik dalam kasus pidana maupun perdata,” tutup Desi.

LPM Adakan Seminar Ketahanan Pangan

Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) gelar Seminar Nasional pada (4/11/2015) di Hotel Jayakarta, Yogyakarta. Acara yang mengusung tema “Pamanfaatan IPTEKS dalam Membangun Ketahanan Pangan” ini diikuti oleh 39 pemakalah sebagai tim dosen yang mendapat dana Hibah Pendidikan Tinggi (Dikti) UAD, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Widya Mataram Yogyakarta,  Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), Stikes Muhammadiyah Yogyakarta, serta Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Hadiri sebagai keynote speaker Dr. Ir. Tcuk Eko Hari Basuki, M.ST. Kepala Pusat Ketersediaan  dan Kerawanan Pangan Nasional. Hadir pula sebagai plenary speaker Ir. Arofah Noor Indriani, M.Si. Ia adalah Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain itu, Dwi Kuswantoro, S.E., M.Si. sebagai Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Wilayah ( PWM) DIY turut hadir pula sebagai plenary speaker.

Ditemui usai acara Dr. Rina Ratih S.S., M.Hum. selaku ketua panitia mengaku senang atas terselenggaranya seminar tersebut. Ia menambahkan bahwa banyak perguruan tinggi yang mengadakan seminar penelitian, tetapi tidak mengadakan seminar hasil PPM seperti LPM UAD. 

“LPM sebagai lembaga berperan untuk mewadahi kegiatan dosen di bidang pengabdian yang melebarkan sayap untuk bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat dalam rangka membangun ketahanan pangan.”

Acara yang di buka langsung oleh Wakil Rektor III UAD Dr. Abdul Fadlil, M.T. ini tidak hanya menyampaikan materi dari masing-masing pembicara, tetapi ada pula presentasi dari peserta dari berbagai hasil hibah yang didapatkan.

Peran Psikologi Forensik dalam Memenuhi Kebutuhan Penegakan Hukum

Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan diskusi ilmiah bertajuk “Peran Psikologi Forensik dalam Memenuhi Kebutuhan Penegakan Hukum”, pada Kamis, (5/11/2015) di auditorium kampus I.

Ketua Apsifor Drs. Reni Kusumorwardhani, M.Psi., Psikolog., menyampaikan bahwa kajian tidak hanya pada konvensional seperti pemerkosaan dan pembunuhan. Lebih dari itu, yakni masuk pada kajian nonkonvensional seperti kasus-kasus pembakaran hutan atau cybercrime.

“Posisi psikologi berada ketika dihadapkan dengan kasus yang berhubungan dengan hukum dan bidang kesehatan. Itulah yang akan dibahas pada diskusi ini,” kata Wakil Ketua Himpunan Psikologi, Prof. Dr. Yusti Probowati, M.Si., Psikolog. sekaligus pembicara.

Menurutnya, kasus-kasus di Indonesia sangat beragam, tetapi psikolog sendiri masih minim. Oleh karena itu, adanya pelatihan seperti ini akan membantu mencari jalan keluar.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno. M.Hum. mengucapkan terima kasih kepada psikologi forensik karena telah mempercayai UAD untuk menyelenggarakan acara tersebut.

Dalam sambutannya Kasiarno mengatakan, berbagai masalah yang dialami akan selalu berkaitan dengan psikologi. Karena itu, peran psikologi sangat diperlukan. Apa lagi di era modern ini.

“Kami UAD, sangat berharap kepada bapak, ibu, dan mahasiswa untuk terus mengembangkan ilmu psikologi forensik yang tentu akan banyak membantu memecahkan persoalan yang ada,” ucapnya.

Sementara itu, Konferensi III dan Temu Ilmiah Nasional VI Asosiasi Psikologi Forensik dihadiri dari beberapa komunitas psikologi, kejaksaan, dan dari pihak rumah sakit. Bertindak sebagai pembicara di antaranya adalah Nila, F Moeloek (Mentri Kesehatan), HM. Prastiyo, S.H. (Jaksa Agung), dan Okky Asokawati (Anggota DPR RI).

Alumni UAD Raih Juara 3 di Guangxi, Tiongkok

Al-Qur’ani Jamila, alumni Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang kini belajar di Guangxi University for Nationalities Tiongkok, raih Juara 3 dalam Kompetisi Bahasa Publik Asing yang Berbicara tentang Silk Road Belt Ekonomi dan 21st Century Maritime Silk Road, pada Minggu, (25/2015). Sebelumnya, ia telah mendapat beasiswa dari pemerintah Tiongkok dan berturut-turut memenangkan kompetisi tersebut.

Kompetisi ini dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Guangxi. Sebanyak 17 peserta dari hampir semua universitas di Guangxi berpartisipasi dalam kompetisi ini. Dua di antaranya adalah mahasiswa dari Guangxi University for Nationalities.

Jamilah mengaku, tidak punya banyak waktu untuk persiapan kompetisi tersebut. Tapi ia yakin dengan kemampuannya.

“Saya sangat sibuk dengan jadwal kelas dan saya hanya punya informasi tentang kompetisi ini pada 21 Oktober, yaitu tiga hari sebelum penyelenggaraan kompetisi. Dengan hanya tiga hari, saya melakukan yang terbaik. Anehnya, saya memenangkan tempat ketiga. Terima kasih Tuhan, juga UAD yang memberikan dukungan. Terima kasih juga kepada GXUN atas dukungannya,” ucap Jamilah.

 

Alumni UAD Raih Juara 3 di Guangxi, Tiongkok

Al-Qur’ani Jamila, alumni Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang kini belajar di Guangxi University for Nationalities Tiongkok, raih Juara 3 dalam Kompetisi Bahasa Publik Asing yang Berbicara tentang Silk Road Belt Ekonomi dan 21st Century Maritime Silk Road, pada Minggu, (25/2015). Sebelumnya, ia telah mendapat beasiswa dari pemerintah Tiongkok dan berturut-turut memenangkan kompetisi tersebut.

Kompetisi ini dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Guangxi. Sebanyak 17 peserta dari hampir semua universitas di Guangxi berpartisipasi dalam kompetisi ini. Dua di antaranya adalah mahasiswa dari Guangxi University for Nationalities.

Jamilah mengaku, tidak punya banyak waktu untuk persiapan kompetisi tersebut. Tapi ia yakin dengan kemampuannya.

“Saya sangat sibuk dengan jadwal kelas dan saya hanya punya informasi tentang kompetisi ini pada 21 Oktober, yaitu tiga hari sebelum penyelenggaraan kompetisi. Dengan hanya tiga hari, saya melakukan yang terbaik. Anehnya, saya memenangkan tempat ketiga. Terima kasih Tuhan, juga UAD yang memberikan dukungan. Terima kasih juga kepada GXUN atas dukungannya,” ucap Jamilah.

 

LPP Adakah Workshop Tingkatkan Penelitian Dosen

Senin, (2/11/2015) Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Ahmad Dahlan (LPP-UAD) mengadakan workshop Reach Model: Teori dan Praktik yang sampaikan oleh Dr. Bambang Sumintoro di Convertion Hall Lantai 4 Gedung LPP Pusat.

Acara yang dihadiri dosen UAD tersebut merupakan upaya LPP UAD untuk meningkatkan keilmuan dan iklim penelitian di ranah dosen.

“Kami akan memberikan kenyamanan kepada dosen UAD agar lebih leluasa mengeksplor keahlian mereka,” terang Dr. Widodo, M.Si.

Widodo yang juga Kepala LPP UAD menjelaskan bahwa penelitian dosen UAD setiap tahun semakin meningkat dan ingin terus meningkat.

Pada acara tersebut hadir juga Dr. Fadlil. M.T untuk membuka acara. Dalam sambutannya, ia mengajak dosen UAD terus membuka wawasan dan cakrawala untuk mendapatkan hasil yang baik di bidang sosial dan selalu update di bidang keilmuan.

Widodo berharap dengan adanya workshop ini, dosen lebih cermat dalam memberikan nilai kepada mahasiswa. Baginya, memberikan nilai bukan hal mudah, tetapi kita harus objektif. 

Pelatihan ini akan membantu dosen untuk mengukur penilaian lebih cermat, apakah dosen itu sudah tepat memberikan nilai. Pengukuran juga berlaku kepada mahasiswa, apakah sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Jangan sampai dosen memberikan nilai yang tidak sesuai.

“Metode yang ditawarkan oleh Bambang Sumintoro ini juga bisa mengukur kemampuan mahasiswa. Apakah dia pintar atau setengah-setengah. Hal tersebut akan terlihat,” terang Widodo.

Pada kesempatan tersebut Dr. Bambang Sumintoro, dosen di Institute of Educational Universiti Malaya Malaysia memberikan software dan cara menggunakannya. Selain itu, lelaki kelahiran Bandung tersebut juga memberikan beberapa artikel berbentuk PDF dan menyediakan buku tentang Reach Model.

Mahasiswa Internasional UAD Raih Medali Perak di Kompetisi Nasional Tapak Suci

Liana Snitzar, Mahasiswa Internasional Universitas Ahmad Dahlan (UAD) asal Ukraina ini berhasil meraih medali perak di Kompetisi Nasional Tapak Suci, Sabtu 10-20 Oktober 2015, di Universitas Airlangga, Surabaya. Dalam kesempatan ini, UAD mendapat 1 medali emas, 4 medali perak, dan 1 medali perunggu.

“Sebelum berpartisipasi dalam kompetisi ini, Liana telah melakukan yang terbaik. Dia dieksekusi keras setiap hari dalam dua minggu,” kata Gatot Sugiharto, S.H., M.Hum., pelatih Tapak Suci di UAD.

Ia juga menambahkan bahwa semakin berlatih, mereka semakin memiliki kesempatan untuk menjadi pemenang.

Sementara itu, Liana mengungkapkan perasaan senangnya karena memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kompetisi tersebut.

“Untuk pertama kalinya, saya bisa berpartisipasi. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana mungkin akan terjadi dengan saya yang baru saja bergabung hanya untuk dua minggu. Dengan dukungan penuh dari Sofa dan semua anggota tim, dengan keras saya katakan, ‘saya bisa!’.”

“Itu benar-benar keren, ketika saya bekerja sangat keras pada kompetisi ini tanpa target tapi akhirnya saya menang,” tambahnya dalam bahasa Indonesia yang fasih.

“Terima kasih banyak atas latihan dan kesempatannya yang diberikan kepada saya,” tutupnya.

 

UAD Perpanjang SK Masa Jabatan Rektor

Peresmian perpanjangan Surat Keputusan (SK) Rektor UAD, berlangsung di Masjid Islamic Center kampus 4.Senin (26/10/2015). Secara simbolis Dr. Kasiyarno, M.Hum., selaku rektor UAD menerima SK perpanjangan yang disahkan oleh Dikti PP Muhammadiyah.

Pada kesempatan tersebut hadir Prof. Dr. H. Edi Suandi Hamid, M.Ec., Wakil Ketua Dikti PP Muhammadiyah, Drs. H. A. Dahlan Rais, M.Hum, Ketua PP Muhammadiyah, Kepala Biro, Dekan dan perwakilan mahasiswa.

Dalam SK perpanjangan, masa jabatan Rekor UAD diperpanjang sampai 2017. Kasiyarno diamanahi menjabat sebagai Rektor pada Agustus 2007. Tahun 2011, ia kembali dipercaya untuk mengemban amanah sampai 2015.