Kenapa Maba diminta Membawa Barang?

“Agar mahasiswa baru belajar berbagi, sekaligus memberikan sedikit yang ia punya kepada yang kurang mampu dan lebih membutuhkan,” terang Nanang, ketua Panitia Fakultas FKIP yang ditemui pada Senin (31/8/2015) dalam acara pembukaan Program Pengenalan kampus (P2K) yang berlokasi di GOR Amongraga.

Menurutnya, barang-barang yang dibawa mahasiswa baru (maba), seperti buku, beras, gula, dan lain-lain, akan disumbangkan ke panti asuhan atau kepada orang yang kurang mampu.  

Setiap tahun, UAD selalu melaksanakan kegiatan P2K, konsepnya pun selalu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain kegiatan pengenalan kampus, terdapat pula kegiatan bakti sosial.          Rencananya, barang-barang tersebut akan disumbangkan ke Tepus, Gunungkidul pada Minggu, (6/9/2015) mendatang. Seluruh Panitia Fakultas FKIP dan beberapa perwakilan maba secara langsung akan menyerahkan baksos ini.

Harapannya, barang-barang dapat tersalurkan dengan baik dan bermanfaat bagi penerimanya.

Program bakti sosial juga sangat didukung penuh oleh para dosen, sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Selain itu tujuannya untuk memberikan pengalaman terhadap mahasiswa agar lebih peduli dan kreatif dalam kehidupan sosialnya.

“Diharapkan dengan jumlah mahasiswa baru yang selalu membludak setiap tahunnya, akan benar-benar membantu masyarakat di Tepus, Gunungkidul dan masyarakat yang lain juga,” lanjut Nanang Setiawan, mahasiswa kelahiran Kebumen, 11 Maret 1994 tersebut.

Untuk tahun ini, mahasiswa baru FKIP ini yang ikut P2K tercatat mencapai 1.305 orang. (Ard)

UAD Terkenal hingga Tiongkok

“Saya tahu UAD dari guru saya di Tiongkok, dan saya suka sekali dengan Indonesia,” tutur Toni, mahasiswa asal Tiongkok dengan bahasa Indonesia yang cukup baik.

Menurutnya, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di sana sangat dikenal, bahkan paling terkenal di antara perguruan lainnya. Guru lulusan UAD yang mengajar di sekolahnya pun dikenal ramah oleh siswa.

“Sebelum datang ke Indonesia dan mendaftar di UAD, Toni dan kebanyakan temannya sudah lebih dulu mempelajari bahasa Indonesia di Tiongkok selama satu tahun. Namun, tidak sedikit dari mahasiswa baru mancanegara tersebut yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Bahkan ada yang tidak bisa bahasa Inggris,” terang Yuda Wiraatmaja saat ditemui dalam acara pembukaan Program Pengenalan Kampus (P2K) di GOR Amongraga, Senin (31/8/2015).

Yuda menjelaskan, kesulitan yang paling utama untuk mahasiswa asing adalah bahasa. Banyak dari mereka yang belum bisa berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

“Kami tidak menggunakan jasa penerjemah bahasa. Jadi, menyiasatinya dengan menggunakan bahasa tubuh, dibantu dengan teknologi,” jelas Yuda saat ditanya tentang kesulitan mendampingi mahasiswa asing mancanegara.

Ada sepuluh anggota tim yang mendampingi mahasiswa asing. Mereka adalah mahasiswa yang sudah lolos seleksi dan dinilai paling kompeten mengemban tugas pendamping mahasiswa baru manca negara. Tidak hanya mendampingi saat P2K berlangsung, tetapi juga membantu mahasiswa asing menyesuaikan diri di Indonesia.

Pada tahun 2015, mahasiswa asing UAD yang mengikuti pembukaan P2K kurang lebih 125 orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari Tiongkok.(DEV)

Suster Marie, Senang Kuliah di UAD

Marie Dwi, mahasiswa baru beragama Kristen asal Sumatra, memilih Universitas Ahmad Dahlan (UAD) karena merupakan universitas yang terbuka bagi non-muslim.

“UAD tidak menutup peluang untuk mahasiswa non-muslim dalam negeri maupun luar negeri, untuk menuntut ilmu,” terang Marie yang memilih jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) tersebut.

Marie adalah seorang suster dan pengajar di sebuah PAUD di Sumatra selama empat tahun. Perempuan 33 tahun ini memilih berkuliah di UAD dengan harapan dapat lebih mengembangkan diri, memantapkan niatnya untuk menjadi pendidik, dan lebih senang terhadap anak-anak. Ia juga mengaku termotivasi temannya sesama suster yang terlebih dahulu menempuh pendidikan PG-PAUD di Salatiga.

Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya, karena UAD mau menerima dengan baik dan terbuka.

“Walaupun saya bukan muslim dan berpakaian suster, tetapi tetap merasa nyaman dan senang bergabung bersama peserta yang lain untuk mengikuti P2K,” katanya ketika diwawancara saat persiapan pembukaan Program Pengenalan Kampus (P2K) di Gor Amongraga, Yogyakarta (31/8/2015). Selain itu, ia berharap semoga bisa mengikuti jalannya P2K dengan baik dan dapat mengikuti perkuliahan dengan baik pula.

 “Berapa jumlah kita? Satu. Orange!”

Jargon yang disuarakan panitia P2K ini cukup untuk mengungkapkan keberagaman asal-usul seluruh peserta P2K 2015. Bukan hanya Marie dan mahasiswa lain dari Indonesia, UAD juga menjadi pilihan calon mahasiswa yang berasal dari luar negeri. (Idj)

Lebaran Tidak Pulang Demi P2K

            Adalah Syawal Abdullah Fatahillah, mahasiswa asal Sumatra Utara yang menjadi Panitia Pusat Program Pengenalan Kampus (Panpus-P2K) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ia rela menghabiskan libur kuliah dan lebaran Idul Fitri di Yogyakarta. Hal ini dilakukan agar fokus mengurus mempersiapkan agenda besar tahunan menyambut mahasiswa baru (maba) dalam acara P2K.

“Kadang kita harus berkorban dan merelakan diri, waktu, dan yang lainnya demi kesuksesan event  yang kita buat,” terang Wakil Gubernur Fakultas Kesehatan Masyarakat ini.

Menurutnya, karena Jadwal padat, ia juga sering menginap di kampus untuk memaksimalkan waktu. Semua demi suksesnya acara P2K.

Baginya, menjadi panitia bukan hal mudah. “Kami panitia pusat sering rapat hingga dini hari, alhasil sering menginap di kampus karena tidak memungkinkan untuk pulang ke kos.”

“Selain jadwal yang padat, peraturan tetap diberlakukan terhadap panitia. Misalnya ketika ada yang terlambat datang rapat, maka dengan sadar diri melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan sejak awal kepanitiaan terbentuk,” tambah pria kelahiran 20 Maret 1995 tersebut.

            Peningkatan jumlah maba setiap tahunnya masih saja membuat panitia kebingungan. Seperti kesulitan dalam menyiapkan ruang dan lain sebagainya. Kebingungan tersebut tentu dapat diatasi dengan kerja sama antarpanitia. Terbukti, kegiatan P2K hari pertama berjalan sukses dan membuat maba tetap semangat.

“Hari ini menyenangkan dan serasa melihat dunia baru, semoga hingga akhir bisa seperti ini,” ungkap Anju, maba Teknik Kimia saat ditemui.

            “Harapannya, maba dapat bekerja sama demi suksesnya acara besar ini, tidak ada lagi yang datang terlambat serta atribut yang salah. Selain itu, semoga tercipta jiwa menghargai, mencintai, dan memiliki sehingga kegiatan ini berjalan aman dan terkendali,” tutup Syawal. (Nun)

Mahasiswa Baru UAD ini, Bercita-cita Ikut Orkestra Internasional

 

 

Cahayaratih Hari Kinasih cukup percaya diri maju ke depan saat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Musik Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memberikan formulir gratis untuk dua mahasiswa saat pameran UKM, Selasa (1/9/2015).

Kecintaannya di dunia musik tubuh karena ibunya, yang merupakan guru bahasa Indonesia, juga pandai bermain musik, khususnya musikalisasi puisi. Selain itu, alumnus SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ini juga tergabung dalam grup orkestra Keroncong Muda di Kulonprogo.

“Saya ingin ikut orkestra internasional,” tutur gadis kelahiran 1997 itu. Kemampuannya bermain biola menjadi salah satu bekalnya menggapai impian selain terus belajar.

Selain suka musik, ia juga suka berolahraga. Maklum saja, ayahnya juga guru olahraga di salah satu sekolah di Kulonprogo. Atas dasar itulah, Ratih begitu ia disapa, mulai menekuni olahraga voli. Beberapa kejuaraan yang pernah dikutinya telah menghasilkan prestasi, Juara 1 Piala Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) Kulonprogo dan Juara Kapolreskab Kulonprogo.

Selain musik dan olahraga, gadis dua bersaudara ini juga ingin menjadi dosen bahasa Indonesia sembari terus belajar dengan bergabung diberbagai grup orkestra. (Idj)

Mengenal Hafidz dan Hafidza Muda UAD

“Saya ingin mencontoh semangat perjuangan dari K.H. Ahmad Dahlan!” tutur Muhammad Zaid Adnan, mahasiswa baru (maba) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan penuh semangat. Pemuda 20 tahun ini adalah satu dari tiga maba Prodi Tafsir Hadits penerima Beasiswa Program Misi Kader Persyarikatan (BPM-KP) sebagai mahasiswa penghafal al-Qur’an.

BPM-KP adalah jalur khusus penerimaan maba sebagai sebuah langkah nyata untuk melahirkan kader bangsa dan kader persyarikatan. Sebanyak enam maba penghafal al-Qur’an mendaftar ke UAD melalui jalur ini. Mereka tersebar di Prodi Tafsir Hadits, Bahasa Arab, dan Teknik Kimia.

Izzah salah satu maba yang juga hafal al-Qur’an berharap bisa memotivasi teman-teman barunya di Prodi Tafsir Hadits untuk ikut menghafal dan memahami al-Qur’an. Gadis manis yang masih berusia 19 tahun ini sudah memulai menghafal al-Qur’an sejak umur 4 tahun. Saat ditemui di GOR Amongrogo, Rabu (2/9/2015), ia mengaku telah menyelesaikan hafalannya sebelum memasuki jenjang perkuliahan.

Hal yang sama juga diakui Rachmawati Maita Maisyaroh. Gadis asal Bantul ini mengimbau kepada teman-teman maba untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam memahami isi al-Qur’an.

Ketiga Dahlan Muda ini sepakat bahwa walaupun proses menghafal al-Qur’an sulit, tidak ada yang tidak mungkin atas kehendak Allah Swt. Meskipun harus mengikuti jadwal hafalan yang ketat, harus mengulang hafalan setiap hari, dan harus berkali-kali membaca, tidak dirasa berat bagi mereka. Hal itu karena satu tujuan, agar bisa menjadi kader persyarikatan yang dapat memotivasi teman-teman dan bisa mengharumkan nama bangsa. (dev)

Robot dan Teater JAB Ukir Prestasi Nasional dan Internasional

 

Meski bukan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dua organisasi yang terdiri atas Robot dan Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB), tidak berhenti untuk mengukir prestasi.

Teater JAB berada di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS-PBSI). Meskipun begitu, mereka tidak berkecil hati, bahkan semangatnya untuk berproses semakin besar. Terbukti dalam dua tahun terakhir, Teater JAB sudah mengukir beberapa prestasi.

            Pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) Muhammadiyah 2015 di Cirebon, teater ini turut membawa UAD menjadi juara umum.

“Ada 3 bidang yang diraih JAB. Juara 1 Lomba Musikalisasi Puisi, Juara 2 Lomba Monolog, dan Juara Harapan Lomba Baca Puisi Putri,” ujar Ardi, koordinator musik JAB.

            Pada tahun 2014, teater JAB mengirimkan perwakilannya ke Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) Yogyakarta, dan berhasil meraih juara pada beberapa perlombaan. Di antaranya adalah Juara 1 Baca Puisi yang diwakili oleh Kurniaji Satoto, Juara 2 Lomba Penulisan Cerpen oleh Anggyta Riandika, dan juara 1 Lomba Penulisan Lakon oleh Badrun N. S.

Tidak mau kalah dengan Teater JAB. Tim robot UAD yang berada di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE) pun banyak mengukir prestasi di dalam maupun luar negeri. Terakhir 2015, tim robot UAD meraih Juara 3 di Korea Utara. Mereka meraih juara di dua kompetisi yang digelar Ferederation Of International Robot-Soccer Association (FIRA) di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAITS), pada 4-9 Agustus 2015.

Koordinator tim R-Squad UAD, Teuku Makmur Tsany mengatakan, meski meraih juara 3, pihaknya merasa bangga karena UAD baru pertama mengirimkan timnya di ajang ini.

“Yang membanggakan lagi, robot kita merupakan rakitan sendiri hasil karya tim, sedangkan robot-robot tim lain banyak yang pabrikan.”

Selain meraih prestasi di internasional, pada 2015, mereka juga meraih Juara 2 Kontes Robot Sepak Bola Indonesia & Juara Inovasi Terbaik, serta Juara 3  Kontes Robot Seni Indonesia pada cara Kontes Robot Indonesia yang diadakan DP2M DITJEN DIKTI di Universitas Semarang, 16 Mei 2015.

Tercatat pada 2014, tim robot UAD meraih sebelas penghargaan di berbagai bidang.

 

Mahasiswa Baru UAD: Sejak SD Raih Prestasi Matematika

 

“Matematika itu mudah dan menyenangkan,” ujar Damar, mahasiswa baru (maba) yang mengambil jurusan Matematika murni.

Ia pernah meraih berbagai macam penghargaan olimpiade matematika di tingkat sekolah maupun kabupaten.  Damar Satu Susilowati, perempuan dari Magelang ini tidak putus asa untuk meningkatkan kemampuannya di bidang Matematika.

“Belajar dan belajar lagi, menjadi kunci keberhasilannya. Karena ilmu matematika itu luas,” begitu ungkap gadis manis kelahiran 25 April 1996 ini.

            Sejak duduk di sekolah dasar (SD), Damar sudah banyak meraih prestasi.  Prestasinya berlanjut hingga sekolah menengah atas (SMA).

Damar mengaku, saat SD Juara 1 Olimpiade Matematika tingkat kecamatan dan Juara Harapan 2 Olimpiade Matematika tingkat kabupaten Magelang. Saat SMP, ia juga meraih berbagai juara. Di antaranya dalam lomba cerdas cermat se-kabupaten Magelang. Di bangku SMA, ia juga ikut Olimpiade Sains se-kota Lubuk Linggau dan meraih penghargaan harapan 1. 

“Matematika murni UAD dipilih sebagai tempat mengasah dan menimba ilmu. Karena dari tempat asal Damar, sudah banyak yang mengenal UAD. Saya percaya bahwa UAD kampus yang tepat untuk mengembangkan prestasi,” begitu ungkap Damar yang pernah berdomisili di Palembang Sumatera Selatan ini. (Nun)

 

 

Tekuni Tapak Suci, Pratiwi Raih Beasiswa

 

“Kecintaan Pratiwi Indah Kinasih pada tapak suci membawanya meraih Beasiswa Program Misi (BPM) bidang Sains, Seni, dan Olahraga.

Di Tapak Suci, ia merasa nyaman dan senang bisa latihan serta mendalaminya. Baginya, orang-orang tapak suci bukan hanya sebagai teman, tetapi sudah seperti saudara.

Alumnus SMA N 1 Wonodadi ini sering mengikuti berbagai kejuaraan tapak suci sejak SMP, bahkan berlanjut hingga ke SMA. Beberapa kejuaraan nasional pernah diikutinya, antara lain Juara 2 Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tapak Suci di Solo, Juara 1 Kejurnas Pesantren/Padepokan, dan berbagai kejuaraan daerah lainnya.

“Kemarin diperbolehkan ikut latihan tapak suci di UAD. Rencananya saya juga akan masuk ortom tersebut,” kata Pratiwi yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn).

Baginya, tapak suci bukan sekadar bela diri atau olahraga, tetapi sebagai hobi yang ditekuni. Kemampuan yang diwarisi dari kakeknya tersebut menjadikannya optimis untuk terus belajar dan terus berprestasi di UAD.

Meskipun penghasilan orang tuanya sebagai wiraswasta tidak banyak, gadis mungil asal Wonodadi, Banjarnegara, ini yakin bisa menyelesaikan pendidikannya di UAD dan bisa meraih cita-citanya sebagai guru. (Idj)

 

Tertarik Belajar Sulap dan Hipnotis

 

Berkat siaran di salah satu stasiun televisi, Muhammad Firdaus Ramadhan asal Sukabumi tertarik dengan sulap dan hipnotis. Ia mengakui hal aneh dari sulap dan hipnotis mampu membuatnya penasaran dan ingin mempelajarinya lebih dalam. Ketertarikannya ini sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.

Akhirnya, setelah dewasa dan mencari berbagai informasi melalui internet, ia dapat belajar di suatu lembaga sulap dan hipnotis internasional. Kini, hal tersebut membawanya menjadi terkenal di daerah asalnya.

Nama panggung pria kelahiran 7 Februari 1997 ini adalah Rama Isya dan job pertamanya yaitu mengisi hiburan di salah satu mal di Sukabumi. Penghasilan awal sebagai pemula yang didapat yaitu 300 ribu rupiah. Biasanya, ia menggunakan waktu 10 hingga 15 menit dengan penghasilan 300 ribu hingga 3 juta rupiah.

“Lumayan menggiurkan penghasilannya,” ungkap pria yang berasal dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) ini. “Di Jogja, mudah untuk menemukan peralatan sulap, selain itu banyak variasinya dan harganya lebih murah karena hasil produksi Jogja sendiri.”

“Harapannya, sulap dan hipnotis dapat mengubah persepsi orang-orang yang menganggap hal tersebut tidak baik. Selain itu juga agar tidak di salah gunakan,” jelas Muhammad Firdaus saat di temui di sela-sela Program Pengenalan Kampus (P2K). (Nun)