UAD Kuatkan Kerja Sama dengan Leiden University Medical Center Belanda

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Kantor Urusan Internasional (KUI) menyelenggarakan Sharing Best Practice dan Presentasi dengan Evelien Hack, M.A., Koordinator Internasionalisasi Leiden University Medical Center (LUMC), Belanda. Ada dua topik yang dibahas pada kesempatan tersebut, yaitu  How to Internationalize Your Faculty/Institution pada Selasa, (19/52015), dan How to Approach Partner Institution pada Kamis, (21/5/2015) yang berlangsung di ruang sidang kampus I UAD.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV, Prof. Sarbiran, Ph.D., berharap agar agenda seperti ini dapat memberikan informasi dan sharing untuk memulai, menjalankan, dan menguatkan program-program internasionalisasi perguruan tinggi, terutama yang telah dilaksanakan oleh LUMC.

Kepala Kantor Urusan Internasional UAD, Ida Puspita, M.A.Res., juga menjelaskan bahwa kerja sama UAD dan LUMC telah diinisasi sejak tiga tahun terakhir. Pada (20/5/2015), Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan LUMC dan akan bekerja sama dalam berbagai bidang. Seperti academic exchange, joint research and publication, dan lain-lain.

“Selain MoU, ditandatangani pula Student Exchange Agreement. Dalam upaya merealisasikan MoU ini, Fakultas Farmasi UAD tengah mempersiapkan dua mahasiswanya untuk dikirim ke LUMC tahun depan,” terang Ida Puspita.

Presentasi tersebut dihadiri oleh para Dekan dan Kaprodi se-UAD. Hadir pula beberapa perwakilan KUI, Perguruan Tinggi Muhammadiyah, seperti Stikes Aisyisyah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Prodi BSA Adakan Kemah Bahasa Arab

Sabtu−Minggu (9−10/5/2015), Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (Prodi BSA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan Kemah Bahasa Arab di Selopamiro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Mahasiswa BSA dari semester 2−8 menjadi peserta dalam acara tersebut. Selama 24 jam, mereka diwajibkan untuk menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi dengan peserta lain.

“Kegiatan tersebut ditujukan untuk membiasakan mahasiswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Harapannya, agar Prodi BSA tidak hanya terpampang nama, melainkan kualitas dari mahasiswanya,” ujar Ediwan Widodo, mahasiswa BSA semester 4 selaku ketua panitia dalam sambutannya.

Ediwan menambahkan, diadakannya Kemah Bahasa Arab bertujuan untuk menyatukan ukhuwah Islamiyah antara mahasiswa semester atas dengan bawah.

“Alhamdulillah, acara ini berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Peserta sangat antusias dalam mengikuti rangkaian demi rangkaiannya. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus diadakan berkelanjutan karena sangat penting bagi praktik bahasa Arab,” tambahnya.

Kegiatan kemah bahasa merupakan kegiatan Prodi BSA yang pertama kali diadakan. Terselenggaranya kegiatan ini tidak lepas dari dukungan universitas dan fakultas. “Fakultas sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan tersebut. Tidak hanya dari segi materi, tetapi suntikan semangat selalu diberikan kepada kami.”

Di akhir sambutan, Ediwan berkata, “Semoga saya dan teman-teman dapat mengembangkan segala hal yang telah didapat di perkuliahan dengan realisasi secara baik. Untuk adik kelas, jangan sampai putus semangat belajar, jangan jadikan kekurangan sebagai penghambat. Semoga ke depan, acara seperti ini dapat terus dilaksanakan dengan kreativitas yang lebih baik.” (AKN)

Revitalisasi Adab dengan Bahasa Arab

Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya adalah orang Arab, bahwa al-Qur’an adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa Arab.”
(HR. Thabrani)

Itulah yang menjadi beberapa alasan sebagian orang mempelajari bahasa Arab. Sama halnya dengan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (Prodi BSA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), selain untuk menuntut ilmu demi mencapai cita-cita, bahasa al-Qur’an juga menjadi alasan mereka mempelajari bahasa Arab.

Sabtu−Minggu (9−10/5/2015) Prodi BSA mengadakan Kemah Bahasa Arab di Selopamiro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Dalam kegiatan tersebut, peserta diwajibkan menggunakan bahasa Arab dalam berkomunikasi. Harapannya, selain untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan bahasa Arab, mahasiswa dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

Kegiatan yang bertema “Berbudaya Bahasa Arab dengan Revitalisasi Adab” tersebut menghadirkan Fitria Sari Yunianti, S.S.,  M.Hum. dan Abdul Malik, S.S., M.Hum. sebagai pembicara. Mereka merupakan dosen BSA UAD. Dalam kegiatan itu, juga diadakan sesi api unggun, jerit malam, juga outbound.

“Terdapat beberapa cara meningkatkan kemampuan bahasa Arab, di antaranya memperbanyak kosakata, sering menonton film-film berbahasa Arab, dan mengerti politik Timur Tengah. Namun, semua itu tidak akan meningkat jika tidak dibiasakan berbicara dengan bahasa Arab. Karena bahasa adalah kebiasaan,” ucap Fitria dalam pemaparan materi.

Sementara menurut Abdul Malik, belajar bahasa haruslah teliti, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, serta membutuhkan kesabaran. “Kita punya mimpi, mari wujudkan mimpi itu. Bagi yang mimpinya sudah tercapai, kembalilah bermimpi dan cobalah untuk merealisasikannya.” (AKN)

Potensi Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat

 “Zakat merupakan ajaran Islam yang memiliki nilai strategis ekonomi dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari golongan orang yang berhak menerima zakat, yakni fakir miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, fissabilillah, dan ibnu sabil,” kata Khusnul Hidayah, S.E., S.Ag., M.Si. dalam acara Langkah Pakar yang berlangsung di AdiTv, Sabtu (6/5/2015). Dalam acara tersebut, ia khusus membicarakan tentang pengelolaan zakat yang strategis dan pengelolaan akuntansi zakat yang  sesuai dengan PSAK 109 (Pedoman Standar Akuntansi dan Keuangan Syariah). PSAK bertugas mengatur tata kelola dana ZIS di lembaga Zakat.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan (FE-UAD) ini dikenal banyak menulis paper yang berasal dari hasil penelitian dan pengabdian di masyarakat. Salah satunya tentang pengelolaan dana zakat pada pemberdayaan ekonomi umat (mustahik) dan penerapan akuntansi zakat di lembaga-lembaga zakat sebagai salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan zakat. 

Ia menjelaskan bahwa potensi zakat di Indonesia diperkirakan mencapai 19,3 triliun rupiah. Namun, yang terealisasi hanya sekitar 820 miliar rupiah (BAZNAS, 2011). Selama ini, potensi zakat di Indonesia yang sangat besar lebih banyak dimaknai untuk pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek dan bersifat konsumsi. Padahal, sesungguhnya zakat dalam Islam tidak hanya mengandung manfaat praktis, tetapi juga mengandung manfaat strategis.

Pengelolaan zakat yang strategis dapat dilakukan dengan pemberdayaan ekonomi para mustahik. Selain itu dapat pula dengan pengembangan usaha dan pendampingan bisnis, yakni melalui jamaah masjid, kelompok-kelompok pengajian, atau langsung pendampingan ke mustahik.

Sementara untuk lembaga zakat, perlu adanya dorongan untuk melakukan tata kelola zakat yang baik dengan mengacu kepada UU zakat No. 23 tahun 2011 dan PSAK 109. Di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat sekitar 14 Lembaga Amil zakat (LAZ) sebagai lembaga amil zakat yang dibentuk atas inisiatif masyarakat dan sudah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

“LAZ di DIY belum semuanya menerapkan tata kelola zakat seusai dengan UU dan melakukan pencatatan akuntansi sesuai dengan PSAK. Padahal,  LAZ memegang peranan penting untuk dapat merealisasikan peranan zakat sebagai instrumen pengentas kemiskinan di wilayah DIY. Memang, beberapa penyaluran dana zakat produktif sudah dilakukan oleh beberapa LAZ, tetapi masih ditemui beberapa kendala dalam aplikasinya,” lanjut Khusnul.

Hambatan yang ditemukan LAZ di DIY dalam menyalurkan zakat antara lain kendala SDM, kendala terkumpulnya zakat yang masih sedikit karena persepsi masyarakat dalam mengelola zakat masih disalurkan sendiri, tidak melalui lembaga, dan lain-lain.

Maka, di sinilah letak pentingnya penyaluran dan tata kelola zakat sebagai dana produktif. Dana zakat yang diberikan masyarakat diperuntukkan kepada kegiatan-kegiatan produktif yang harapannya dapat mendatangkan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat lainnya. Lembaga pengelola zakat harus dapat memberikan bukti nyata kepada masyarakat dalam penyaluran dana produktif yang tepat sasaran, akuntabel, dan keberhasilannya mengentaskan  kemiskinan.

 

Pascasarjana UAD Bentuk Himpunan Mahasiswa

Pendidikan yang berkualitas harus ditunjukkan dengan keterlibatan semua pihak. Bagi civitas akademika, menjadi insan yang berkualitas tentu menjadi tujuan utama. Pendidikan tinggi diharapkan mampu menjadi uswah hasanah bagi jenjang pendidikan di bawahnya. Seperti halnya program pascasarjana, yang harus menjadi teladan bagi pendidikan sarjana, begitu seterusnya.

Oleh karena itu, mahasiswa pascasarjana sudah selayaknya mampu memberi effect ihsan yang dapat berpengaruh, baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada institusi, masyarakat, serta bangsa secara lebih luas.

Untuk mewujudkannya, diperlukan gagasan-gagasan besar mahasiswa pascasarjana dalam mengimplementasikan ilmunya. Hal ini agar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) turut menjadi institusi terdepan yang dapat menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, diadakanlah Silaturahmi dan Sarasehan Pembentukan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana UAD (HIMA PPs) pada Selasa, (5/5/2015) di kampus I. Acara ini diselenggarakan untuk mempererat silaturahmi, memetakan potensi mahasiswa, mendorong mahasiswa program pascasarjana UAD untuk ikut dalam percepatan peningkatan mutu, dan untuk membentuk wadah organisasi bersama mahasiswa pascasarjana UAD.

Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt. selaku Direktur Pascasarjana UAD dalam sambutannya menyampaikan rasa bangganya bahwa mahasiswa pascasarjana memiliki semangat berorganisasi yang tak kalah dengan mahasiswa S-1.

“Manusia dilahirkan ke bumi sebagai khalifah untuk mengemban tiga hal, yaitu menghamba kepada Allah, berbuat untuk kemakmuran, dan menegakkan keadilan. Insya Allah, jika tiga hal tersebut dapat dijalankan maka misi manusia sebagai rahmatan lil ‘alamiin dapat tercapai,” ucapnya.

Pembentukan HIMA PPs dipimpin oleh Wakil Direktur Dr. Ir. Dwi Sulisworo, M.T. Dalam pengantarnya, ia menyampaikan bahwa banyak program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari Dikti yang belum terserap, yakni masih sekitar 40%. Hal tersebut menjadi peluang bagi mahasiswa pascasarjana UAD untuk berkolaborasi. Ia juga berharap agar para mahasiswa dapat meningkatkan networking dengan pascasarjana lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

Tahap pertama pembentukan HIMA PPs UAD adalah pemilihan formatur. Mereka adalah Imam Ahmad Amin Abdul Rozaq (Psikologi Sains), Harun Al-Rasyid (MP), Ardiansyah (Farmasi), Muhammad Irma Sukarelawan (PFis), Fathkurohman (PFis), dan Pramugara Robbyyana (PBI).

Tahap Kedua, tim formatur memilih ketua, wakil ketua, dan sekretaris jenderal. Akhirnya, terpilihlah Imam Ahmad Amin Abdul Rozaq sebagai ketua, Harun Al-Rasyid sebagai wakil ketua, dan Pramugara Robbyyana sebagai sekretaris jenderal. Kelengkapan kepengurusan ini akan dilanjutkan pada Kamis (7/05/2015).

Hadir dalam acara tersebut adalah direktur, wakil direktur, para kaprodi di lingkungan pascasarjana UAD, para mahasiswa perwakilan pascasarjana, serta para staf di kantor pascasarjana dan program studi.

650 Mahasiswa Mendapatkan Beasiswa UAD

Tercatat, 650 mahasiswa mendapat beasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD).  Pada Selasa, (05/05/2015), mereka mengantri di kampus I untuk mengambil beasiswa tersebut.

Menurut Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Si. selaku Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) mengatakan, sudah sejak tahun 2000-an beasiswa diberikan kepada mahasiswa yang mempunyai nilai bagus sewaktu masuk ke UAD, dipadukan dengan nilai Indeks Prestasi (IP) pada semester 1.

“Jika tahun sebelumnya 720 ribu rupiah, sekarang 840 ribu rupiah. Ada tambahan setiap tahunnya,” terang Hendro saat ditemui di sela-sela kesibukannya.

Menurutnya, tahun depan beasiswa dari UAD akan tetap ada, dengan harapan lebih meningkat jumlahnya. “Saya tidak bisa menentukan nilainya karena harus akumulasikan dengan banyak mahasiswa yang mendapat beasiswa.”

“Saya berharap, mahasiswa yang mendapat beasiswa bisa terpacu untuk berprestasi, baik akademik maupun nonakademik. Jika mereka berprestasi, maka tidak akan sulit untuk mendapatkan beasiswa yang lebih besar,” tutup Hendro.

 

Berikut jumlah masing-masing Program Studi yang mendapatkan

beasiswa UAD 2015

 

no

Program Studi

Jumlah mahasiswa yang mendapat Beasiswa

1

Akuntansi

34

2

Bimbingan Konseling

48

3

Biologi

6

4

Ekonomi Pembangunan

22

5

Farmasi

27

6

Fisika

2

7

Ilmu Hukum

9

8

Ilmu Kesehatan Masyarakat

38

9

Ilmu Komunikasi

14

10

Manajemen

43

11

Matematika

6

12

Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia

40

13

Pendidikan Agama Islam-S1

3

14

Pendidikan Bahasa Inggris

36

15

Pendidikan Biologi

20

16

Pendidikan Fisika

16

17

Pendidikan Guru PAUD

8

18

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

50

19

Pendidikan Matematika

52

20

Pend. Pancasila & Kewarganegaraan

19

21

Psikologi

34

22

Sastra Indonesia

6

23

Sastra Inggris

6

24

Sistem Informasi

5

25

Tafsir Hadits

7

26

Teknik Elektro

5

27

Teknik Industri

12

28

Teknik Informatika

40

29

Teknik Kimia

17

 

 

Melihat Lokasi KKN UAD di Bali

Kamis, (30/4/2015), Pimpinan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di sambut baik saat berkunjung ke Bali, tempat mahasiswa UAD melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Teguh, Sekretaris PCM Meraya, Kabupaten Jembrana Bali mengatakan bahwa selama sebulan, mahasiswa KKN di Meraya melakukan pembimbingan baca tulis al-Qur’an kepada anak-anak nelayan di desa tersebut.

“Mereka (mahasiswa KKN) juga melakukan bimbingan belajar. Antusias anak-anak luar biasa. Setelah KKN pulang, menjadi sepi,” ujarnya.

Selain bimbingan belajar, berbagai program lain juga diadakan. Di antarnaya pengolahan sampah dan berbagai pelatihan untuk masyarakat. Menurut Teguh, mahasiswa UAD cepat tanggap dan cepat beradaptasi dengan masyarakat.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. dalam kesempatan itu mengatakan, program KKN yang digelar di Bali baru memasuki tahun pertama. “Penempatan mahasiswa bukan hanya di masyarakat muslim, tetapi juga dilakukan di masyarakat nonmuslim,” ujarnya. 

Pada kesempatan tersebut, Kasiyarno mengatakan bahwa KKN merupakan sarana bagi perguruan tinggi, termasuk UAD, untuk menerjunkan mahasiswanya melakukan pengabdian terhadap masyarakat.

“Karena itu, kita harus memberikan contoh yang baik kepada semua orang. Jangan pilah-pilih. Sebab dengan berlaku baik, kita akan dicontoh oleh orang di sekitar kita.”

“Selama ini, di UAD bahkan banyak terdapat mahasiswa beragama Hindu, Budha, maupun nonmuslim lainnya. Namun, KKN UAD di masyarakat nonmuslim ini bukan berarti ajang untuk mengislamkan masyarakat. Kami hanya menjadi sarana untuk memberikan contoh bahwa Islam itu rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi semua umat,” katanya.

Ke depannya, UAD akan kembali mengirimkan mahasiswanya ke kampung-kampung nelayan di Bali. Selain itu, UAD juga terbuka untuk beasiswa bagi siswa miskin berprestasi. Ada 40 beasiswa setiap tahun bagi mahasiswa baru dari keluarga miskin dan berprestasi ini.

“Siswa yang terjaring beasiswa ini gratis tidak dipungut biaya apa pun selama kuliah 4 tahun di UAD, kecuali biaya hidup. Beasiswa Unggulan (BU) juga terbuka bagi siswa dari keluarga nelayan di Bali,” ujar Kasiyarno.

Acara kunjungan ke Pulau Dewata tersebut diakhiri dengan foto bersama, yakni di dekat posko dan masjid KKN UAD.

Pendidikan dan Kartini Dalam Komedi

 

“Kami menunggu momen yang tepat dalam membuat acara,” ujar Priyo Anggoro, ketua panitia acara stand up komedi yang diadakan oleh komunitas Stand up Pa’bei.

Pada Kamis, (7/5/2015), komunitas Stand up Pa’bei akan mengadakan acara yang bertempat di auditorium kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD). “Acara ini telah memasuki jilid 3, dan kali ini kami mengangkat tema ‘PEKA’ atau ‘Pendidikan dan R.A. Kartini’,” tambah Anggoro.

Mahasiswa semester 2 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini mengungkapkan bahwa pihak panitia telah mempersiapkan sekitar 200 kursi. “Sejauh ini, tiket yang terjual sekitar 100 lembar dan tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah. Sebab, animo dari mahasiswa cukup bagus.”

Acara ini akan menghadirkan Ahmad Budairi, yaitu dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Wachid Eko Purwanto, yang merupakan dosen PBSI, untuk menjadi pembicara. Selain mereka, masih ada pengisi acara yang masih dirahasiakan oleh panitia.

“Ini merupakan cara panitia untuk menarik minat penonton. Tentu, pengisi acara yang masih rahasia ini tidak kalah dari kedua dosen yang lain. Jadi, datang dan saksikan acara kami,” ajak Anggoro.

Tentunya, acara ini akan diramaikan oleh penampilan paca comic dari stand up UAD. Mereka adalah Rendi yang merupakan mahasiswa PBSI, dan Rafa dari Prodi PBI.

            Jadi, tunggu apa lagi? Datang dan saksikan kehebohan yang akan ditampilkan acara tersebut.

Malam Chairil Anwar

 

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

 

Kutipan tersebut merupakan bait pertama puisi berjudul “Doaβ€’kepada Pemeluk Teguh” karya Chairil Anwar. Puisi ini dipentaskan oleh Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dalam acara Malam Chairil Anwar. Acara yang berlangsung pada Jum’at, (1/5/2015), di hall kampus II UAD ini diadakan untuk memperingati hari meninggalnya salah satu penyair legenda yang dimiliki Indonesia.

Para pembaca puisi dengan apik membawakan puisi-puisi karya Chairil Anwar. Mereka adalah Rachma Nurjanah, Badrun NS, Dita Yulia Paramita, Wuska Umro, Mowone Ihsan, serta perwakilan dari Himpunan Mahasiswa (HMPS) PBSI, Kreativitas Kita (Kreskit), dan Jejak Imaji. Selain pembacaan puisi, dalam acara ini juga menampilkan musik dan perfoming art oleh Teater 42, Teater Pebei, dan Teater JAB.

Puncak acara Malam Chairil Anwar diisi oleh Latief S. Nugraha. Ia berbicara tentang sosok Chairil Anwar yang memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam dunia penulisan puisi di Indonesia.

“Dari Chairil Anwar, kita dapat mempelajari keteguhan. Namun, kita jangan terlalu fanatik dalam mengidolakan sesuatu,” ucapnya.

Latief menambahkan, “Seharusnya kita tidak hanya memperingati hal-hal yang terkait Chairil Anwar, tetapi penyair yang lain pun perlu diapresiasi karya-karyanya.”

Lebih lanjut, ia membacakan sebuah tulisan yang ditulis oleh Asrul Sani yang berisi tentang kenangan Asrul Sani tentang hari kematian Chairil Anwar pada tanggal 28 April 1949. (Rh)

Dahlan Muda: Cinta Alam, Tanggap Bencana

Indonesia merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat pulau Sumatra, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai selatan Kepulauan Nusa Tenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku bagian selatan.

Dari berbagai wilayah di Indonesia, Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang berpotensi tinggi terkena bencana, seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan tsunami. Hal ini karena pertumbukan lempeng Eurasia dan Australia dilepas pantai selatan pulau Jawa, yang sebagian besar  masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sebagai wujud kepedulian mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (BEM UAD) mengadakan Pelatihan Tanggap Bencana pada Minggu (26/4/2015) di auditorium kampus I UAD Jalan Kapas 09 Semaki, Yogyakarta. Acara yang diadakan dari pukul 08.00-16.00 WIB ini mendatangkan pemateri dari Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.

Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 100 mahasiswa dari berbagai fakultas di UAD dan beberapa delegasi dari beberapa universitas di Yogyakarta. Seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah.

“Dengan diadakannya acara ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu mengenai tanggap bencana dan mampu berkontribusi di masyarakat jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” ujar Diana Nur Purwitasari selaku ketua panitia dalam sambutannya.

Sementara menurut Sigit Wijanarko sebagai wakil ketua BEM UAD, dalam sambutannya berkata, “Acara pelatihan tanggap bencana ini merupakan salah satu program kerja departemen pengabdian masyarakat. Latar belakangnya karena dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, bencana di Indonesia semakin meningkat, khususnya di Yogyakarta.”

Sigit menambahkan bahwa masyarakat belum mampu memahami ilmu untuk menanggulangi dan mengantisipasi bencana. Dalam hal ini, mahasiswa sebagai agent of change sangat dibutuhkan untuk menjadi pelopor. Dengan diadakannya pelatihan ini, Sigit mengajak agar mahasiswa dapat follow up untuk membentuk komunitas awal guna membantu masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam.

“Mari berpartisipasi dalam menanggulangi bencana alam. Jadikan itu sebagai wujud pengabdian kita terhadap masyarakat,” tegasnya.

Menindaklanjuti pelatihan tanggap bencana tersebut, BEM UAD juga mengadakan penanaman mangrove di pesisir Pantai Kaliopak guna mencegah abrasi. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Minggu, (3/5/2015). (AKN)