Pererat Kebersamaan, UAD adakan Silaturahmi Ormawa

 

Dalam rangka mempererat tali persaudaraan, Rabu (21/01/2014) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan silaturahmi antar pengurus dan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) se-UAD. Di antaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Lembaga Inti Mahasiswa (LIM).

Acara yang dihadiri oleh Dr. Fadlil, M.T. (Wakil Rektor III), Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Sc. (Kabid. Mawa), perwakilan Humas, dan Pembina UKM tersebut diselenggarakan di auditorium kampus I Jalan Kapas 09 Semaki, Yogyakarta.

Hendro Setyono menuturkan, “Latar belakang diadakannya acara ini yakni agar mahasiswa yang aktif di UKM dan Ormawa saling mengenal satu sama lain. Terutama mengenal pembinanya masing-masing karena pada tahun baru ini, sebagian UKM berganti pembina.”

Lebih lanjut, Fadlil selaku Wakil Rektor III menerangkan, “Kegiatan silaturahmi ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa agar turut aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, baik UKM, BEM, DPM, dan komunitas-komunitas lain di UAD sesuai minat dan bakat.”

Kemudian, diterangkan pula beberapa tugas pembina UKM, yaitu mengarahkan dan mendampingi UKM agar program kerja sukses, menggali potensi-potensi dan bakat mahasiswa, serta menyiapkan mahasiswa untuk mengikuti lomba-lomba seperti PEKSIMINAS dan POMNAS.

“Diharapkan setelah diadakannya acara ini, dapat terjalin kerukunan dan kebersamaan antar pembina dengan UKM,” tutup Fadlil. (AKN)

Melihat Falsafah Ahmad Dahlan

 

Dalam rangka meningkatkan pemahaman keislaman dan kemuhammadiyahan, Takmir Masjid Darussalam kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan pengajian bagi dosen dan karyawan. Hadir sebagai penceramah adalah Drs. H. Rudjito. Menurutnya, ada tujuh falsafah yang diterapkan oleh KH. Ahmad Dahlan.

Sebagai manusia, hidup di dunia hanya sekali untuk bertaruh sesudah mati, akan mendapat kebahagiaan atau kesengsaraan. Sayangnya, kebanyakan di antara manusia masih berwatak angkuh dan takabur sehingga kebahagiaan yang hakiki sulit diraih. Tabiat lainnya adalah membela adat kebiasaan, baik keyakinan maupun amal perbuatan.

Di samping itu, manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran. Bersama menggunakan akal pikiran sehingga muncul beberapa pertanyaan seperti, hakikat hidup, perlunya hidup, yang harus dikerjakan selama hidup, yang dicari selama hidup, dan tujuan di dalam hidup.

“Setelah manusia mendengarkan pelajaran, fatwa, serta membaca buku bertumpuk, mereka tidak berani memegang teguh pendirian dan perbuatan yang benar. Sebab, mereka khawatir akan terpisah dari kesenangannya, teman-temannya, juga hidupnya. Seperti makhluk yang tidak berakal dan hidup tidak menepati kebenaran,” kata Rudjito

Pengasuh Panti Asuhan dan Ponpes Binausaadah Muhammadiyah Pandowan ini menambahkan,  kebanyakan para pemimpin belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya agar tergolong menjadi umat manusia yang benar. Kebalikannya, kebanyakan malah mempermainkan manusia, memperalat, dan memperbodoh yang lemah.

"Oleh karena itu, agar menjadi manusia yang bermanfaat, hendaknya kita belajar ilmu pengetahuan atau teori, selanjutnya belajar amal atau mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan falsafah yang diajarkan oleh KH. Ahmad Dahlan." terang Rudjito.

Humas Selenggarakan Pelatihan Artikel Untuk Dosen

“Usia kita pendek, tulisan kita akan abadi.” Begitulah yang disampaikan oleh Hadi Suyono, S.Psi saat menyampaikan materi penulisan artikel ilmiah popular. Acara yang diakan oleh Humas dan Protokoler Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Sabtu (10/1/2014) di ruang Lab Fakultas Ekononi ini juga menghadirkan Kusno S Utomo, S.Sos., S.H. Redaktur Jawa Pos Radar Jogja.

Menurut Kusno, penulis harus menemukan isu atau masalah yang aktual, memiliki data dan fakta yang cukup untuk mendukung pendapat tersebut, kemampuan menulis yang komunikatif, mengetahui selera media massa, Jika artikel bersifat ilmiah dengan panjang lebih dari 6 halaman dan disertai banyak sifat formal, sebaiknya dikirim ke Majalah bukan ke SKH.

“Bila sekali dalam menulis artikel tidak dimuat, sebaiknya mengirimkan kembali dalam tema yang berbeda, majalah kampus-sekolah, mading dan buletin dapat menjadi sarana latihan yang bermanfaat. Jeli mengikuti perkembangan dan menangkap suatu fenomena untuk diangkat sebagai sebuah artikel, dan pakailah prinsip. Bila ingin berenang, terjunlah ke kolam renang! Belajar teori baik, tanpa praktik tidak ada artinya.” Kata Kusno.

Masih menurut Kusno, menulis artikel itu sederhana, singkat, padat, jelas dan langsung pada pokok permasalahan, hidup lincah, sesuai dengan kata-kata positif mengandung banyak fakta dengan menggunakan sedikit mungkin.Bahasanya masyarakat dengan mengutamakan isi, memperhatikan tata bahasa, tetapi tidak terlalu diutamakan. Memiliki banyak gaya bahasa yaitu pemilihan dan penggunaan kata-kata sedimikian rupa, sehingga menghasilkan pengertian tertentu bagi pembaca

Gaya bahasa Head Line (Berita Utama); singkat, merangsang (profokatif). Awalan dan akhiran tak penting. Gaya bahasa Lead; sederhana, singkat, padat dan menarik. Langsung menuju perhatian pembaca; memudahkan pembaca. Bahasa berita singkat, jelas, menggunakan kata-kata biasa dan familiar.

“Bahasa Tajuk dan Artikel menggunakan kata kita, sugestif, mengajak berpikir, mempengaruhi, logis dan analitis. Bahasa pojok humoris, menyindir, kalau perlu mengejek tapi tidak sarkastik, kemahiran memainkan kata-kata. Bisa juga dicampur dengan bahasa asing atau bahasa daerah. Bahasa Iklan menarik, sugestif, singkat, jelas, bisa memakai semboyan-semboyan kalimat ringkas, paling sedikit kurang lebih 25 perkataan.” Terang Kusno pada dosen perwakilan prodi yang ikut pada pelatihan tersebut.

263 Mahasiswa Siap KKN di Karanganyar

 

Mahasiswa adalah agen of change. Pernyataan inilah yang sering digaungkan oleh masyarakat sebagai sebuah harapan besar kepada mahasiswa. Ini juga yang sempat dilontarkan oleh Bupati Karanganyar, Drs. H. Juliyatmono, M.M., saat memberikan sambutan dalam acara penerjunan mahasiswa KKN UAD periode 53 tahun akademik 2014/2015 pada Senin (19/1/2015) di pendopo rumah dinas bupati Karanganyar, Surakarta.

Selain itu, Juliyatmono menyampaikan bahwa mahasiswa UAD mengemban tiga amanah besar, yaitu sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat yang majemuk, dan kader bangsa. Mereka dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas secara intelektual, tetapi juga sosial. Oleh karena itu, harus bisa membantu mengentaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan. Mereka juga harus menjadi orang yang mandiri, kuat, serta berpandangan positif sehingga dapat memberikan manfaat.

“Kami sangat bangga dan senang dengan kehadiran mahasiswa KKN dari UAD. Kami berpesan kepada para mahasiswa bahwa kalian harus belajar dari lingkungan sekeliling dan bermimpilah dengan sungguh-sungguh serta terus bersemangat untuk mewujudkan mimpi tersebut. Selamat, selamat, dan kami sambut dengan baik kedatangan para mahasiswa KKN UAD ini,” ujar Juliyatmono di akhir sambutannya dengan penuh semangat dan harapan.

Selama satu bulan, mahasiswa KKN akan melaksanakan program-program di Karanganyar. Berbagai kegiatan telah disiapkan. Pembangunan nonfisik menjadi sasaran utama karena dari sinilah perubahan akan diwujudkan.

“Kami akan berusaha membantu dan membangun masyarakat di Karanganyar. Terutama dari segi nonfisik. Berbagai kegiatan yang membangun pola pikir dan moral akan digalakan, baik itu melalui penyuluhan, kajian-kajian, pelatihan-pelatihan, maupun perlombaan. Semoga segala yang telah kami persiapkan dapat terlaksana, dan kehadiran kami di sini memberikan dampak lebih baik bagi Karanganyar,” ujar Faijah, salah satu mahasiswa dari 263 mahasiswa yang turut diterjunkan dan diserahkan oleh Wakil Rektor III UAD, Dr. Abdul Fadlil, M.T.

Acara ini turut dihadiri oleh Kepala LPM UAD, Kepala Bagian KKN UAD, Wakil Bupati Karanganyar, Kepala Bapeda Karanganyar, Kepala Kesatuan Kebangsaan Politik (Kesbangpol) Karanganyar, Wakil Dindikpora Karanganyar, Ketua PP Muhammadiyah Karanganyar, dan beberapa pemimpin PWM, pemimpin PCM, camat, dan Dosen Pembimbing Lapang (DPL) UAD.

“Kami sangat berterima kasih karena telah diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat di Karanganyar untuk melaksanakan KKN di sini dan sekaligus mengemban misi kami, yaitu turut berperan dalam membangun masyarakat secara luas. Dari 263 mahasiswa ini, semoga bisa mengaplikasikan keilmuan mereka baik dari segi teknik, kesehatan, sosial, dan lain-lain. Mereka akan diterjunkan ke masyarakat dan ke sekolah-sekolah,” kata Fadlil.

Di akhir sambutan, ia juga berharap agar mahasiswa dapat memaksimalkan kesempatan yang baik ini di masyarakat.

LPM UAD Lepas 876 Mahasiswa KKN

Melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di suatu tempat menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Setidaknya, mereka dituntut untuk menjadi inspirator, mengembangkan dunia pendidikan, ekonomi, dan memotivasi masyarakat agar lebih maju. Demikian ditegaskan Dr. H. Kasiyarno., M.Hum., Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta saat melepas 876 mahasiswa peserta KKN di auditorium kampus I, Jalan Kapas, Semaki, Yogyakarta, Sabtu (17/1/2015).

“KKN merupakan salah satu upaya memperkenalkan UAD kepada masyarakat sekaligus memperdayakan masyarakat. Mahasiswa dituntut untuk mengaplikasikan ilmunya selama di UAD. Buatlah program-program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Kasiyarno.

Pada periode KKN Reguler, UAD terjunkan 876 mahasiswa ke tiga lokasi. Sebanyak 559 mahasiswa diterjunkan di tiga kecamatan di Gunungkidul, 263 mahasiswa ditempatkan di Karanganyar Jawa Tengah, dan 45 mahasiswa di Jimbaran, Bali.

Pelepasan KKN ini ditandai dengan pemakaian jaket almamater. Menurut Kasiyarno, KKN UAD telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. “Banyak daerah yang meminta ditempati. Hal ini mengindikasikan program-program KKN UAD sangat bermanfaat karena bisa memberdayakan masyarakat.”

Drs. Jabrohim M.M. selaku Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UAD dan Dr. Rina Ratih selaku Koordinator Lapangan mengatakan, KKN kali dibimbing oleh 33 dosen pembimbing lapangan dan 6 koordinator dosen. Bentuk KKN sangat beragam, seperti Posdaya maupun mengajar di SMA/SMK Muhammadiyah.

“Kami berharap, mahasiswa bisa melanjutkan program KKN sebelumnya untuk menjadi inspirator agar maju dan sejahtera,” tutup Jabrohim.

PBSI Adakan Pelatihan Penulisan PKM

                Pelatihan penulisan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) diadakan oleh Program Studi Bahasa dan Sasra Indonesia (PBSI) pada Sabtu (17/1/2015). Acara yang diadakan di auditorium kampus II UAD ini diikuti oleh 150 peserta mahasiswa PBSI seluruh semester.

Pemateri dalam acara yang berlangsung dari 08.00-15.00 WIB ini adalah Dedi Wijayanti S.Pd., M.Pd. dan Yosi Wulandari, M.Pd.

Menurut Yosi Wulandari selaku penanggung jawab acara, “Pelatihan ini tidak termasuk dalam acara sebelumnya, yaitu Kreativitas Tanpa Batas. Acara ini lebih kepada pelatihan untuk meningkatkan  keberanian mahasiswa PBSI dalam penulisan PKM.”  

Selain itu, pelatihan tersebut ditekankan pada gagasan tertulis karena PBSI akan mengikuti PKM dari Dikti bulan Maret mendatang. Ditemui sebelum acara dimulai, Yosi juga menambahkan bahwa peserta dalam acara ini terbatas agar berjalan lebih efektif. Namun bagi mahasiswa yang tidak sempat mengikuti pelatihan dan membutuhkan bimbingan dalam penulisan PKM, pihak prodi akan menyediakan.

                

Hadapi Kendala PPM, LPM Gelar Seminar Nasional

Menghadapi kendala pengusulan dan pelaksanaan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM), Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (LPM-UAD) gelar seminar nasional bertajuk “Strategi Membangun Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat”, Sabtu (10/1/2015) di Cavinton Hotel Yogyakarta.

Menurut Kepala LPM UAD, Drs. H. Jabrohim M.M., salah satu kendala PPM adalah keterbatasan referensi hasil-hasil pengabdian.

“Sampai saat ini, masih sangat jarang dijumpai jurnal dan forum seminar nasional atau internasional khusus PPM. Akibat yang timbul adalah para dosen pengabdi menjadi kesulitan mempublikasikan maupun melakukan diseminasi artikel ilmiah hasil dari program PPM yang diusung para dosen,” ujar Jabrohim yang juga merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini.

Seminar nasional tersebut menghadirkan Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si., dari LPPM UGM sebagai keynote speaker, dan Yopie Gani Harmoko dari PT MIXPRO sebagai plenary speaker.

Pembicara pertama menjelaskan mengenai teknik pemetaan stakeholders dan pembicara dua memberikan gambaran tentang cara menjalin kerja sama sehingga dapat menghasilkan program pengabdian kepada masyarakat yang lebih berkualitas dan sustainable.

Sementara itu, sebanyak 33 peserta terbagi dalam kelompok peserta pemakalah dan nonpemakalah. Mereka mengikuti acara sesi pertama dan kedua. Khusus kelompok pemakalah, dilanjutkan dengan presentasi hasil-hasil PPM di sesi akhir.

Soeparno S. Adhy: Seni Menjadi Ladang Dakwah

 

Forum Apresiasi Sastra (FAS) ke-42 yang diadakan pada Rabu (7/1/2015) di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dihadiri oleh beberapa seniman besar. Di antaranya Soeparno S. Adhy, salah satu Redaktur Kedaulatan Rakyat (KR).

Laki-laki yang pernah menjadi anggota Majelis Perpustakaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah ini berbicara tentang hubungan seni dan Muhammadiyah. Ditanya mengenai perhatian Muhammadiyah kepada seni, ia menjawab, “Saya kira secara organisatoris, Muhammadiyah memberikan perhatian kepada seni. Tetapi, anggotanya ada yang alergi terhadap kesenian.”

Menurutnya, dulu beberapa anggota Muhammadiyah masih menganggap bahwa seni bertolak belakang dengan agama. Namun seiring berjalannya waktu dan masyarakat yang semakin cerdas, hal ini dipandang sebagai cara untuk berdakwah.

Muhammadiyah lebih cenderung mengembangkan  kesenian dan kebudayaan yang kontemporer serta pop. Sementara dalam bidang seni tradisional, kurang diperhatikan. Kesenian seperti kethoprak dan macapat mulai ditinggalkan. Hal itu sangat disayangkan. Seharusnya dapat dikembangkan dengan modifikasi, pikiran, serta alur anak muda.

Selama ini, Muhammadiyah memiliki Lembaga Seni Budaya Olahraga (LSBO). Fungsi LSBO adalah untuk mewadahi seniman Muhammadiyah yang cukup banyak. Sebelum ada LSBO, mereka terpencar. Ada yang di Himpunan Seniman Budayawan Islam (HSBI) dan ada yang di organisasi lain. “Sebelum bergabung dengan LSBO, saya bergabung dengan kelompok drama yang dimiliki Madrasah Mu’alimat,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, Muhammadiyah harus terus mengembangkan seni untuk berdakwah. Seniman dan sastrawan Muhammadiyah sangat banyak. Misalnya Taufik Ismail, Abdul Hadi W., dan sutradara terkenal seperti Hanung Bramantyo. Melihat hal itu, seni dapat dijadikan ladang dakwah yang sangat subur.

Lelaki yang telah 42 tahun menjadi wartawan ini menyampaikan harapannya mengenai seni dan Muhammadiyah. “Saya kira, harus diperdayakan seni di dalam Muhammadiyah. Tujuannya untuk menggencarkan kegiatan dakwah. Jadi, dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah, tidak hanya dilakukan oleh para dai, tetapi dapat juga menggunakan seni.” (Rh)

Prodi Ilmu Komunikasi Adakan Pameran Poster Film

 

Jika mendatangi hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Senin-Rabu (12-14/1/2015), Anda akan menemukan poster-poster film yang berjajar rapi. Pameran ini diadakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam rangka tugas akhir untuk mata kuliah Komputer Grafis.

“Ini baru poster, semoga filmnya dapat keluar tahun depan. Untuk desain, kami membuatnya sendiri. Mulai dari foto, bahkan pemilihan font. Di sini, satu poster merupakan karya satu mahasiswa,” ungkap Elma Riana, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi. Program studi (prodi) ini memang selalu mengadakan pameran setiap tahun. “Tahun lalu, kami mengadakan pameran fotografi,” lanjutnya ditemui di tengah-tengah acara.

            Sayangnya, pameran ini hanya diselenggarakan di satu tempat. Mengenai hal tersebut, Elma menjelaskan bahwa niat awalnya ingin melakukan tour ke kampus yang lain. Namun, semua itu belum dapat terealisasikan karena beberapa kendala.

Lebih lanjut dijelaskan, alasan memilih kampus II sebagai tempat pameran karena Prodi Ilmu Komunikasi berada di tersebut. Pertimbangan lainnya adalah ukuran hall yang besar sehingga dapat memuat poster-poster yang dipamerkan.

Ditanya mengenai harapan, Elma menjawab, “Semoga dengan diadakannya pameran ini kami menjadi lebih termotivasi untuk menciptakan karya-karya yang lebih bagus lagi, dan prodi kami lebih dikenal.”

Ayo tunggu apa lagi, segera kunjungi hall kampus II UAD dan nikmati poster-poster film yang sangat keren! (Rh)

Pembacaan 21 Puisi dalam FAS ke-42

 

            Selama ini, Forum Apresiasi Sastra (FAS) selalu rutin diadakan pada Rabu minggu kedua setiap bulannya. Acara yang diadakan berkat kerja sama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Lembaga Seni Budaya Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah Yogyakarta yang dilaksanakan pada 7/1/2015 lalu mengusung tema “Maulid Pop: Pejabat, Tokoh Masyarakat, Penyair, Guru, dan Mahasiswa Baca Puisi”.

Ada yang berbeda dengan FAS kali ini. Sebab, terdapat 12 pembaca puisi yang berasal dari berbagai kalangan.

            Pembaca pertama yaitu Soeparno S. Adhy yang merupakan Redaktur Kedaulatan Rakyat. Ia membacakan 4 puisi yang berjudul “Anak Panah Muhammadiyah”, “Buya Kepadamu Aku Mengadu”, “Orang Tua dan Guru Kencing Berdiri”, dan “Blusukan, Keblasuk, Keblusuk”.

Pembaca kedua adalah Iman Budhi Santosa yang merupakan sastrawan terkenal. Ia membacakan 2 puisi berjudul “Prasasti Bumi Mataram” dan “Potret Indonesia”. Pembaca ketiga adalah Latief S. Nugraha, yang merupakan alumnus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD dan baru saja menyelesaikan studi S2 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia membacakan puisi berjudul “Malioboro” dan puisi karya Iman Budhi Santosa yang berjudul “Potretku, Potretmu, Potret Kita Nanti”.

Pembaca selanjutnya adalah Iqbal H. Saputra. Alumnus PBSI UAD dan sedang menyelesaikan studi pascasarjana di UGM ini membacakan puisi berjudul “Jejak Bayang” dan “Jejak Pergulatan”. Guru Bahasa Indonesia di SMA N 1 Yogyakarta, Budi Nugraha membacakan puisi berjudul “Jalan Menuju Suci” dan “Masjid Demak”.

            Kemudian, Fitri Merawati menjadi perempuan pertama yang membacakan puisi di forum ini. Puisi berjudul “Lakon Apa yang Akan Kita Mainkan” dan “Selembar Kain Batik” menjadi pilihannya. Pembaca lainnya adalah Nasirin, yang membacakan puisi berjudul “Tanah Air Mata” karya Sutardji Calzoum Bachri dan puisi “Aku dan Kamu”. Bintang Wahyu Putra yang merupakan mahasiswa Fakultas Sastra membacakan puisi berjudul “Semusim di Neraka”. Titi Yulianti membaca puisinya yang berjudul “Mata Hati Kulayarkan ke Samudra Cinta”. Lalu, dilanjutkan oleh penyair kembar Ardi Priyantoko dan Ardi Suryantoko yang membacakan puisi berjudul “Tubuh Pinjaman” karya Joko Pinurbo dan puisi berjudul “Waktu”.

FAS ditutup dengan pembacaan puisi oleh Teguh Sastro Asmoro dengan puisi berjudul “Sehabis Perang”. Puisi ini didedikasikan untuk sahabatnya, Hari Leo AER.
            Bagi yang menyesal tidak dapat datang ke acara FAS ke-42, jangan khawatir. Sebab, puisi-puisi tersebut akan diterbitkan ke dalam antologi puisi. Jadi, jangan ketinggalan untuk memiliki bukunya! (Rh)