Salah Satu Cara Matangkan Keilmuan dan Karakter di Kampus

Dr. Marwah Daud Ibrahim, Ph.D,. Mengatakan Kampus merupakan sarana paling tepat untuk mematangkan kualitas keilmuan dan karakter integritas intelektual muda, kata mantan anggota DPR RI Marwah Daud Ibrahim.

"Kampus merupakan tempat paling baik untuk mengasah keilmuan dan karakter kaum muda," katanya, saat memberikan Pidato ilmiah pada Program Pengenalan Kampus (P2K) Mahasiswa Baru Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, di Gor Among Rogo. Selasa, (26/08/2014).
 

Menurut dia, kaum muda atau mahasiswa menjadi tumpuan masa depan bangsa sehingga memerlukan keilmuan dan karakter yang kuat untuk mengambil keputusan secara mandiri bagi kepentingan bangsa dan negara.

"Mahasiswa harus menjadi cendekiawan yang peduli pada nasib masyarakat dan lingkungan sekitar serta dapat memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara," katanya penuh semangat.

Rektor UAD Kasiyarno mengatakan pihaknya telah menyediakan sejumlah fasilitas dan program pendukung yang bisa diakses para peserta didik untuk menunjang kegiatan perkuliahan.

Misalnya, Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertaraf nasional hingga internasional di antaranya di Mesir serta pertukaran pelajar ke sejumlah negara seperti Malaysia, Tiongkok, Thailand, Filipina, dan Jepang. Menurut Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, berbagai fasilitas tersebut bisa diperoleh mahasiswa yang mau bersaing meningkatkan kualitas diri.

"Kami berharap setiap mahasiswa mau berlomba-lomba untuk menjadi lebih baik dalam bidang akademik maupun non-akademik," kata Kasiyarno dalam sambutan sekaligus secara resmi membukan Kegiatan P2K. Acara yang diikuti sebanyak 4.750 mahasiswa baru UAD tersebut juga diikuti 174 Mahasiswa baru yang berasal dari luar negeri.

Marwah Daud Ibrahim: The Power of Planning

Kalau orang lain bisa, saya juga harus bisa. Kalau orang lain tidak bisa, saya tetap harus berusaha untuk bisa. Kalau bangsa lain bisa, bangsa Indonesia juga harus bisa. Kalau bangsa lain tidak bisa, bangsa Indonesia tetap harus berusaha untuk bisa.”

Dr. Marwah Daud Ibrahim, Ph.D

 

Pesan yang disampaikan oleh Marwah daud Ibrahim disambut gegap gempita oleh 4200-an mahasiswa baru (selanjutnya: Maba) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Materi motivasi yang disampaikan di Gedung Olahraga (GOR) Amongrogo, Jl. Kenari, Yogyakarta. Mendapat apresiasi oleh ribuan Maba dengan tepuk tangan iringan sorak sorai.

Kedatangan anggota DPR/MPR Republik Indonesia (RI) ini dalam agenda pembukaan Program Pengenalan Kampus (baca: P2K). Ia memberikan ceramah motivasi bagi Maba dengan ulasan menarik dan selaras dengan tema P2K; “Membangun Cendekiawan Muda, Kader Bangsa yang Unggul, dan Berwawasan Global”.

“Jadilah manusia yang tidak mengurus diri sendiri. Masih banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan kita. Agar dapat membantu masyarakat dan membuat bangsa ini unggul, terlebih dahulu kita sebagai kaum intelektual harus unggul terlebih dahulu. Keunggulan kita nantinya akan membantu masyarakat, dan keunggulan kita sebagai cermin keunggulan bangsa. UAD akan menjadikan kalian cendekiawan yang akan membawa perubahan tersebut,” papar perempuan kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan, 8 November 1956.

Marwah Daud Ibrahim menambahkan, keunggulan itu sendiri tidak mungkin diraih tanpa adanya perancaan yang matang. Perencanaan matang pun belum cukup, harus dibarengi sikap yang sadar sebagai seorang hamba.

“Semua harus direncanakan dengan matang. Percayalah pada  Power of Planning. Dengan merencanakannya lebih awal, mimpi atas segala yang dicita-citakan akan mudah diraih. Ingat, semua tidak cukup tanpa adanya kesadaran sebagai seorang hamba. Kita harus selalu connect dengan pencipta. Mulai bangun pagi hingga tidur kembali, syukuri atas apa yang kita miliki; yang didengar, dilihat, dihirup, dirasakan, semata-mata karunia Allah SWT. Oleh karena itu, barengi tingkah laku dengan melaksanakan perintahNya, menjauhi laranganNya. Ibu saya pernah berpesan, “Tuhan memberikan apa yang kamu minta. Tekadkan!”. Mulai hari ini, mari bersama kita tekadkan!” tegasnya. (IHS)

FTI Datangkan Prof. Daniel Thalmann

Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan (FTI UAD) pada hari Selasa, 19 Agustus 2014 menyelenggarakan mini seminar dengan topik “Crowd Modeling and Simulation”. Acara yang berlangsung mulai pukul 16.00–17.30 WIB ini bertempat di ruang 104 kampus III UAD dan dihadiri oleh Kartika Firdausy, S.T., M.T. (dekan), Endah Sulistiawati, S.T., M.T. (wakil dekan), Tole Sutikno, S.T., M.T. (Editor in Chief Telkomnika), dosen Teknik Elektro, dosen Teknik Informatika, serta perwakilan mahasiswa. Hadir pula perwakilan dari luar UAD, yakni dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Universitas Mulawarman Samarinda.

FTI UAD menghadirkan Prof. Daniel Thalmann (Institute Media Innovation Nanyang Technological University Singapore) untuk mengisi mini seminar tersebut. Dalam presentasinya, Prof. Daniel membahas tentang kerumunan pemodelan dan simulasi. Kerumunan yang dimaksud adalah penelitian atau riset tentang karakter setiap orang saat berada di tempat umum. Misalnya, kerumunan orang melewati tangga atau kerumunan penonton di stadion olahraga yang membutuhkan banyak aktivitas, baik orang tua, dewasa, maupun anak-anak. Dari situ, dapat disimpulkan keamanan bagi seseorang sebelum suatu proyek akan dibangun sehingga dapat diteliti tingkat keamanan dan kekuatannya. Simulasi kerumunan ini memudahkan para perancang untuk membangun proyek berskala besar yang dapat digunakan dalam jangka panjang untuk menampung kerumunan orang dengan aman.

Prof. Daniel yang berkebangsaan Swiss tersebut menambahkan, dalam mendesain simulasi kerumunan perlu memperhatikan beberapa tahapan yang harus dipersiapkan. Di antaranya  membuat bentuk yang bervariasi, membuat gerak adaptasi otomatis, dan membuat perhatian visual. Untuk membuat bentuk yang bervariasi, tentunya harus membuat kerangka asli terlebih dahulu. Selain itu, harus menghitung kerangka baru dengan mengombinasikan aksesoris manusia seperti baju, tas, sepatu, maupun topi.

Sementara itu, untuk membuat gerak adaptasi otomatis harus dapat melakukan pembaruan animasi, seperti perencanaan gerak, perencanaan jalan, dan menghindari tabrakan dengan suatu benda saat membuat konsep arsitektur hibrid. Sedangkan untuk membuat perhatian visual, perlu adanya konsep seperti ketika manusia berjalan dengan melihat orang lain, melihat benda, dan melihat pemandangan dengan menentukan titik resolusi temporal secara tepat sesuai keadaan serta lokasi.

Seminar mini yang dipandu moderator Rusydi Umar, S.T., M.T. tersebut sangat menarik, terbukti dengan antusiasnya para peserta untuk bertanya kepada Prof. Daniel. Sebelum acara ditutup, Dekan FTI mewakili universitas memberikan kenang-kenangan kepada Prof. Daniel Thalmann dan melakukan sesi foto bersama. (Doc)

Kerja Sama Internasional: UAD Menuju World Clas University

 

(Bring UAD to the World, World to the UAD)

 

Sudah sejak lama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan berbagai kerja sama, baik kerja sama di dalam negeri maupun luar negeri. Bentuk-bentuk kerja sama dengan luar negeri di antaranya adalah Beasiswa Studi di Luar Negeri (seperti Summer Coast, Student Exchange, dsb), KKN Internasional, Pertukaran Dosen, Visiting Professor, Joint Research, Joint Seminar, dan Kerja Sama Riset.

“Menjalin kerja sama dengan luar negeri tidaklah mudah. Kami mengalami beberapa kendala di antaranya terkait pendanaan yang meningkat, keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia), dan bahasa. Tapi alhamdulillah, semuanya itu dapat kami atasi dengan baik,” kata Dr. H. Kasiyarno, M. Hum. selaku rektor UAD.

Lebih lanjut ia menuturkan, “Hal yang paling membahagiakan bagi kami adalah mendengar kabar bahwa alumni tidak pernah kesulitan mencari kerja ketika sudah lulus dari UAD.”

Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) yang semakin dekat, jauh-jauh hari UAD sudah mempersiapkan para lulusannya agar mampu bersaing di ranah internasional dan mempunyai wawasan global.

Program yang di selenggarakan untuk menghadapi MEA adalah dengan memberi pelatihan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, bagi para mahasiswa dan menargetkan mahasiswa lulus dengan skor TOEFL minimal 400. Di samping itu, juga dirintis beberapa program studi yang mempunyai kelas internasional dan menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris.

Di kesempatan yang berbeda, Ida Puspita, S.S., M.A. selaku Kepala KUI menambahkan, “Mahasiswa Asing yang masuk di UAD tahun ini totalnya ada 192 dari beberapa negara, di antaranya Cina, Malaysia, Thailand, Hungaria, Polandia, India, Ukraina, Vietnam, Rumania,  Filipina, dan Mesir.”

“Semoga UAD tetap dapat melaksanakan fungsinya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dan ikut serta dalam mencerdaskan bangsa dan tanah air Indonesia,” harap Prof. Drs. Sarbiran, M. Ed., Ph.D. selaku wakil rektor IV. (MCH)

UAD Kian Melebarkan Sayapnya

Pengembangan Kampus UAD

Keberadaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta semakin dipercaya oleh masyarakat. Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah mahasiswa baru (Maba) yang masuk setiap tahunnya. Untuk mengimbangi itu, maka diperlukan sebuah bangunan kampus utama untuk mengembangkan UAD menjadi universitas yang berstandar internasional.

“UAD saat ini telah mempersiapkan kampus IV untuk menjadi kampus utama dengan tetap mempertahankan bangunan kampus yang sudah ada,” ujar Drs. Syafar Nasir, M.Si. selaku wakil rektor II.

Di atas tanah seluas tujuh hektar, rencananya akan di bangun Gedung Kembar dengan tinggi sepuluh lantai. Banguan inti ini akan dikelilingi oleh bangunan-bangunan lain untuk menopang aktivitas kampus, seperti aula besar, hotel, unit-unit bisnis, islamic centre, dan beberapa laboratorium untuk penelitian dosen serta mahasiswa.

Sebuah aula besar dipersiapkan untuk acara wisuda, studium general, kegiatan seminar internasional, dan disewakan untuk umum di luar kegiatan kampus. Misalnya resepsi pernikahan, pengajian umum, dan lain sebagainya.

Selain itu, juga akan dibangun sebuah hotel (residence) untuk tempat menginap. Hal ini agar memudahkan keluarga mahasiswa yang tidak mempunyai tempat tinggal di Yogyakarta ketika hendak menghadiri acara wisuda atau lainnya. Mereka dapat menginap di hotel milik UAD tersebut.

Rencana lainnya, UAD akan menyiapkan unit-unit bisnis seperti supermarket, toko baju, dan restoran untuk melengkapi fasilitas yang sudah ada. Ini dilakukan untuk memudahkan akses bagi para tamu hotel serta civitas akademika.

Dalam pengembangannya, UAD mengusung konsep Green Campus (kampus hijau). Maka dari itu, akan di bangun sebuah taman hutan kota di tengah-tengah area kampus utama untuk mendukung program go green sekaligus menjaga keseimbangan alam.

Secara keseluruhan, konsep tersebut diperkirakan selesai selama empat tahun dengan biaya total 600 miliar. Selain itu, UAD juga akan melebarkan sayapnya ke Kulonprogo dengan membangun kampus VI di sana. Alasan memilih Kulonprogo karena lokasinya yang strategis. Program pengembangan ini bekerja sama dengan STIT Muhammadiyah Kulonprogo. (MCH)

Cermin dari “IKIP” China

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen PBSI UAD; Pengajar Tamu di Guangxi University for Nationalities, Nanning, Guangxi, China

 

Tahun 2000-an, semua kampus yang berlabel “IKIP” telah bertransformasi diri menjadi universitas. Tak terkecuali, IKIP Muhammadiyah Yogyakarta yang kini berganti nama Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta. Sementara di China, kampus yang bercirikan keguruan atau pendidikan sudah sejak lama menjadi universitas. Melalui artikel ini, saya ingin berbagi sedikit informasi mengenai hal-hal tentang kampus “IKIP” di China?

Pertama, dari sekian banyak kampus di China, Anda akan sangat mudah menemukan mana kampus “IKIP” dan mana bukan kampus “IKIP”. Hal itu terletak pada ada-tidaknya kata “normal”. Di Provinsi Guangxi, ada kampus yang bernama Guangxi University dan Guangxi Normal University. Kampus yang pertama disebut merupakan kampus bukan “IKIP”, sedangkan kampus yang terakhir disebut merupakan kampus “IKIP”.

Sementara itu, di Tanah Air, kampus yang berlatar belakang IKIP dicirikan dengan nama “universitas negeri”, kecuali Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dulunya bernama IKIP Bandung dan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang dulunya bernama IKIP Singaraja. Maka, kita kenal nama Universitas Negeri Jakarta (dulu IKIP Jakarta), Universitas Negeri Padang (dulu IKIP Padang), Universitas Negeri Malang (dulu IKIP Malang), dsb.

Adanya perubahan nama institusi IKIP menjadi universitas mudah-mudahan tidak sekadar berganti nama semata. Lebih dari itu, kita berharap universitas eks IKIP dapat melakukan pengembangan keilmuan dan perbaikan mutu lulusan yang lebih optimal serta bermanfaat bagi masyarakat. Gampangnya, kalau dulu IKIP hanya menghasilkan lulusan guru, tapi saat ini universitas eks IKIP juga dapat menghasilkan lulusan ilmuwan.

 

Kampus Berbasis Provinsi

Kedua, dalam 17 provinsi dan 7 kota di China, terdapat 1-2 kampus “IKIP” negeri. Di Provinsi Henan, ada Huazhong Normal University alias Central China Normal University (CCNU). Sementara itu, di Kota Fujian, ada Fujian Normal University dan Northwest Normal University. Begitu pula di Provinsi Hunan, ada Hunan Normal University. Berarti, kampus “IKIP” di China milik pemerintah didirikan berbasis provinsi atau kota.

Berbeda halnya dengan setiap provinsi di Indonesia, yang tidak semua memiliki kampus eks IKIP. Di Pulau Jawa, ada 5 buah provinsi yang semuanya memiliki kampus eks IKIP, seperti UNJ (DKI Jakarta), UPI (Jawa Barat), Unnes (Jawa Tengah), Unesa dan UM (Jawa Timur). Di sisi lain, masih banyak provinsi kita yang tidak memiliki kampus eks IKIP. Provinsi Lampung, misalnya, tidak ada kampus Universitas Negeri Lampung (UNL).

Hemat saya, akuisisi kampus perlu ditempuh oleh pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan kampus eks IKIP berbasis provinsi seperti halnya di China. Misalnya, kampus-kampus setingkat sekolah tinggi milik yayasan swasta dilebur atau diakuisisi ke dalam satu kampus negeri. Jika perlu, kampus negeri yang memiliki FKIP harus mengikhlaskan diri agar fakultasnya itu melebur bersama-sama kampus-kampus STKIP tadi.

Ide peleburan kampus di atas memiliki kelebihan, antara lain, mendorong komitmen pemerintah daerah/provinsi untuk lebih perhatian terhadap bidang pendidikan tinggi, membantu pihak Ditjen Dikti Kemdikbud dalam memantau kinerja pihak kampus, dan yang tak kalah penting, merampingkan jumlah kampus “IKIP” yang terlalu banyak di Indonesia. Saya kira, ide peleburan kampus perlu masuk ke dalam agenda kerja Mendikbud-Baru nanti.

 

Pengembangan Keilmuan

Ketiga, kampus “IKIP” di China diarahkan untuk melakukan pengembangan keilmuan secara komprehensif dan mendalam. Sebagai contoh, di Huangzhong Normal University alias CCNU memiliki 80 program studi tingkat doktoral (PhD) dengan 65 bidang keilmuan. Bagi Anda yang ingin melanjutkan studi ke jenjang doktoral bidang pendidikan, tersedia banyak pilihan bidang keilmuan di CCNU. Ada prinsip pendidikan, kurikulum dan instruksi, hingga teknologi pendidikan.

Sementara itu, Anda yang berkecimpung di bidang bahasa-sastra, di CCNU, ada linguistik dan linguistik terapan, bahasa China, sastra China kuno, sastra China kontemporer dan modern, sastra komparatif dan sastra dunia, dan sastra rakyat China sebagai pilihan bidang keilmuannya. Tak hanya itu, CCNU juga menawarkan bidang keilmuan lainnya, seperti sosiologi, hukum konstitusi dan aturan hukum, pemerintah lokal, dan politik internasional.

Jadi, sekalipun CCNU merupakan kampus “IKIP” di China, namun pengembangan keilmuannya cukup komprehensif. Ke depan, kita berharap kampus-kampus eks IKIP di Tanah Air dapat melakukan pengembangan keilmuan secara komprehensif. Artinya, bidang pendidikan nasional yang menjadi fokus bagi kampus eks IKIP terkait erat dengan berbagai lintas disiplin ilmu, seperti humaniora, hukum, dan politik. Inilah cermin dari kampus “IKIP” di China.[]

Tahun Panas Bagi Pelajar Kelas 3

 

Agus Ria Kumara

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Ahmad Dahlan

 

Tahun 2014 menjadi tahun yang cukup berat bagi masyarakat Indonesia, terutama dialami oleh para pelajar kelas 3 SMA/K dan sederajat. Kenapa menjadi tahun yang panas?

Siswa SMA/K dan yang sederajat akan menghadapi ritual yang harus dilalui dalam proses pencapaian karir mereka, yaitu UN. Tetapi di tahun 2014 ini menjadi hal yang berbeda dengan UN ditahun sebelumnya, akan ada ujian yang lain yang akan menghadang mereka. Ujian tersebut adalah konsentrasi belajar yang akan cukup terganggu.

Tahun ini, terutama pada Bulan Maret-April negara Indonesia semakin “memanas”. Memanas dalam arti memang karena adanya global warming sehingga cuaca yang tidak bisa diduga-duga, maupun memanas dalam kondisi politik karena akan adanya hajatan 5 tahun sekali. Tetapi apa dua hal tersebut bisa berdampak pada siswa yang sedang UN? Akan ada pengaruh besar apabila dari lingkungan sekolah maupun orang tua tidak mengantisipasi dan memberikan pendampingan yang benar.

Suasana kelas dan cuaca yang bisa dikatakan tidak biasa akan mengganggu siswa baik secara fisik maupun psikis, terlihat dari siswa yang akan mudah kelelahan dan kepanasan akibat cuaca yang  memang tidak biasa, yang berdampak pada semangat belajar bisa menurun. Panasnya suhu politik juga berpengaruh dalam konsentrasi belajar siswa, hal tersebut terlihat pada kebisingan suara kendaraan yang digunakan oleh para peserta kampanye yang dimulai pada awal Maret kemarin. Godaan dari tim sukses para caleg dengan adanya money politic ketika masa kampanye untuk meraup massa akan membuat siswa tergoda membolos apabila tidak adanya pengertian yang baik pada siswa tersebut.Selain itu, hiburan televisi semakin banyak menampilkan tontonan-tontonan yang membuat anak semakin betah di depannya, Indonesian Idol, Stand Up Comedy, Liga Champions , YKS, dll.

 

Bagaimana peran Guru dan Orang Tua Menghadapi Masa Krisis ini?

Perlu kiranya guru dan orang tua berbaik sangka, bersikap positif dan berperilaku baik. Segala hal yang dikemas dengan negatif, pasti akan mengedepankan "pesan" negatifnya lebih dahulu sebelum inti pesan positifnya tertangkap. Anak akan mudah tergoyahkan rasa percaya dirinya, bila mendapati bahwa prestasinya tak sebaik anak lainnnya. Maka, jangan menakut-nakuti anak.

Selain itu juga perlu Memotivasi, mendampingi dan mendukung anak. Tugas orang tua dan guru adalah mempersiapkan anak menghadapi masa depannya dengan memotivasi, mendampingi dan mendukung anak. Penting kenalkan anak pada cara belajar efektif. Berdiskusi mengenai kaitan pelajaran dengan kehidupan nyata akan membuat anak lebih paham tentang apa yang didapat di sekolah. Biasakan untuk membuat diri Anda berpikir, bersikap, berperilaku positif. Dengan begitu energi yang memancar dari diri Anda juga terserap oleh anak.

Jangan lupa Berikan anak haknya. Anak tetap butuh bermain, bergembira bersama teman sebaya. Orang tua perlu memberikan nasihat dan pendampinga, bukan larangan.

Antusiasme dari orang tua dan guru akan memberikan rasa aman dan nyaman pada anak dalam mengeksplorasi dirinya. Dengan begitu suasana yang panas dan memanas akan terasa sejuk dengan sikap orang tua dan guru yang menyejukkan.Semoga.

Plagiarisme di Dunia Akademik

 

Triantoro  Safaria, S Psi. M.Si. PhD. Psikolog

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

 

Plagiarism merupakan tindakan membajak ide, kalimat, dan tulisan orang lain yang kemudian diakui sebagai  ide, kalimat dan tulisan dirinya sendiri, sehingga tidak  merujuk sumber asli dari ide, dan tulisan tersebut. Plagiarisme ini disamakan sebagai tindakan ketidakjujuran akademik, dan pelangaran etika moral seorang ilmuwan. Asal katanya berasal dari Bahasa latin yaitu plagiarius yang secara literal diartikan sebagai penculikan atau pencurian. Plagiarisme dapat juga dikatakan sebagai tindakan pencurian ide orang lain. Penggunaan kata plagiarism ini dikenal pertama kali oleh Ben Johson pada tahun 1901, dan diadaptasi ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1920 (Wikipedia.org).

Kasus plagiarism ini banyak terjadi di Indonesia, yang serta merta mendapatkan sorotan tajam dari komunitas akademik dan masyarakat umum. Beberapa kasus yang menonjol antara lain penjiblakan sebuah artikel yang diterbitkan di IEEE, yang dilakukan oleh seorang Dr. lulusan sebuah PTN di Jawa barat. Kasus lainnya yaitu tulisan plagiarism di Koran The Jakarta Post yang dilakukan oleh seorang Professor sebuah PTS di Jawa Barat. Dugaan plagiarism yang dilakukan oleh seorang Rektor PTS  Bandung, dan  kekilafan sebuah tulisan di harian Kompas yang dilakukan oleh seorang Dosen PTN di Yogyakarta. Sementara kasus dugaan plagiarism baru-baru ini muncul dari seorang peneliti dari  Japan Riken Science Institute yang disorot atas dua artikelnya tentang stem cells di majalah Nature.

Mengapa kasus plagiarism ini dapat terjadi di kalangan akademisi? Pada hal seorang akademisi lebih memahami seperti apa plagiarism ini. Mereka juga memahami bahwa plagiarism merupakan tindakan tidak jujur, melanggar integritas seorang ilmuwan, dan mencederai filosofi ilmu pengetahuan itu sendiri. Kebanyakan kasus plagiarisme dilakukan secara sadar, dan sangat jarang yang terjadi karena kelalaian dalam mensitasi.

Ada dua faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya tindakan plagiarism di kalangan akademisi yang penulis duga. Pertama, keinginan serba instan, tidak mau bersusah payah dari sang pelaku, dalam membuat sebuah tulisan. Pelaku  malas untuk menguras otaknya dalam menghasilkan sebuah tulisan. Ia lebih suka melakukan copy and paste,  mencomot beberapa paragraph dari tulisan seseorang, dicampur dengan copy paste  dari penulis lainnya, untuk kemudian digabungkan sehingga menjadi sebuah tulisan. Kedua, rasa malas untuk menguras otak, disebabkan oleh rendahnya kemampuan sang pelaku dalam membuat karya ilmiah yang bermutu. Hal ini kemudian menyebabkan mereka mencari jalan pintas untuk memenuhi kewajiban publikasi sebagai salah satu kewajiban profesi seorang akademisi. Keinginan untuk mencari jalan pintas dan rendahnya kemampuan menulis dan  berargumentasi secara ilmiah menjadi faktor penentu terjadinya plagiarism di kalangan akademisi.

Unutk itu, plagiarism perlu dimusnahkan. Beberapa solusi untuk mencegah terjadinya plagiarism ini antara lain, pertama, menumbuhkan semangat  berpikir secara mandiri di kalangan akademisi; kedua, penanaman nilai-nilai orisinalitas; ketiga, peningkatan kemampuan berpikir dan menulis secara ilmiah; dan keempat, penerapan punishment yang menimbulkan efek jera bagi pelaku plagiarism. Keempat hal di atas dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk menurunkan kasus plagiarism di dunia akademik di Indonesia. Bagaimana pun plagiarisme merupakan penyakit kronis yang perlu segera diobati, sehingga tidak semakin parah dan membudaya di kalangan akademisi. Hilangnya plagiarism di dunia akademik di Indonesia, akan menjadi pertanda pencapaian puncak kegemilangan pengembangan ilmu pengetahuan di bumi pertiwi ini. Hal ini merupakan tugas bersama semua akademisi untuk menghapus plagiarism dalam kehidupan akademik di Indonesia.

 

Fanatisme dalam Pemilu 2014

 

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen FSBK UAD & Mahasiswa PhD University of Tasmania, Australia)

 

Menjelang pemilihan presiden 9 Juli 2014, ketegangan antar kelompok masyarakat semakin menguat. Fanatisme dukungan kepada masing-masing calon mengindikasikan semua memiliki kekuatan potensial. Kondisi kritis ini jika tidak diantisipasi akan menimbulkan gejolak yang merugikan masyarakat itu sendiri. Fanatisme yang berlebihan terhadap calon yang diunggulkan akan menimbulkan dampak negatif jika calon yang memiliki banyak kelompok fanatik mengalami kekalahan.

Pengertian Fanatisme adalah sebuah faham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Winston Churchill menyatakan bahwa seseorang yang fanatis tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya. Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan (Wikipedia).

Sikap fanatis ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang berkaitan dengan etnis, negara (nasionalisme), agama, ideologi dan olahraga.  Namun dalam kaitannya dengan pemilihan presiden kali ini, fanatisme bisa dikaitkan dengan tokoh perseorangan. Hal ini disebabkan oleh adanya kesamaan visi, misi, atau bisa juga karena kesamaan latar belakang suku, agama, atau ideologi yang bersangkutan. Sehingga representasi seorang calon presiden bisa memiliki pendukung fanatik yang sangat potensial.

Fanatisme pada agama adalah sebuah keniscayaan. Penganut agama memang harus bersifat fanatik karena agama adalah kebenaran mutlak (dari Tuhan). Tanpa fanatisme kepercayaan (keimanan) seseorang pasti diragukan. Tetapi fanatisme pada suku/etnis, negara, atau lebih konyol lagi fanatisme dalam soal olah raga adalah sesuatu yang masih perlu dikoreksi. Pasalnya fanatisme pada negara memiliki celah kesalahan. Bisa saja negara kita memiliki kelemahan atau kekurangan. Maka dari itu, kita harus tetap mendengar dan membandingkan dengan negara orang lain sebagai bagian dari proses pendewasaan. Demikian juga dengan bidang-bidang lain selain agama. Seperti oleh raga misalnya, bisa saja klub yang kita dukung memiliki kekurangan dan kelemahan dan kita pun harus mengakui kekurangan dan kelemahan itu.

Lalu bagaimana dengan sikap fanatis kita terhadap seorang calon presiden? Jawabnya adalah kita boleh saja mengunggulkan tokoh yang kita pilih. Tetapi kita tidak boleh bersifat fanatik membabituta. Pasalnya setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Setiap orang memiliki potensi benar dan potensi salah. Kita harus bersikap proporsional di dalam membela dan mendukung calon yang kita unggulkan. Kalau memang calon yang kita unggulkan ternyata memiliki kelemahan ya harus kita akui dan tidak perlu membela mati-matian.

Demikian juga dengan tokoh atau calon yang tidak kita pilih tentu juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Siapapun calon presiden yang sudah masuk dalam kontestasi bursa calon presiden adalah putra terbaik bangsa yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Mereka sudah jelas memiliki potensi untuk memimpin negeri ini. Itu sebabnya siapapun yang nantinya terpilih harus kita akui kepempimpinannya, harus kita ikuti perintah-perintahnya.

Sebagai seorang muslim, kita harus bermasyarakat seperti dalam sholat berjamaah. Siapapun yang sudah disepakati (terpilih) menjadi imam maka makmum harus mengikuti segala perintah yang disampaikan oleh sang imam (meskipun mungkin imam yang sedang memimpin sholat bukan yang kita sukai). Di sisi lain, seorang makmum tidak bisa membabibuta mengikuti imam. Jika imam melakukan kesalahan atau pelanggaran, kewajiban makmum adalah mengingatkan. Imam yang baik pasti akan mendengarkan kritik dan saran dari makmumnya. Itu sebabnya, jika imam tidak mengindahkan peringatan dan kritik dari makmum, maka sudah saatnya seorang imam tidak ditunjuk kembali menjadi imam di waktu yang akan datang.

Demikianlah apa yang seharusnya kita lakukan. Sebagai masyarakat yang mayoritas muslim jangan sampai tersulut oleh isu-isu yang tidak kondusif bagi persaudaraan. Pemilihan presiden jangan sampai memecahbelah persaudaraan sesama muslim. Jangan terlalu fanatik kepada salah satu calon yang anda unggulkan dalam kontestasi ini. Fanatisme berlebihan hanya akan melahirkan kecurigaan dan melahirkan permusuhan bahkan terhadap saudara sendiri dan keluarga sendiri.

Marilah kita dukung siapapun yang nanti terpilih dalam pilpres kali ini. Kita tidak perlu melakukan tindakan destruktif jika terhanyata calon yang kita pilih kalah. Semoga mereka nanti yang terpilih benar-benar orang yang bersedia berkorban dan mau memperjuangkan kepentingan rakyat negeri ini. Amin.

Yogyakarta, 006/07/2014

Dr. Ishadi Soetopo Kartosapoetro, M.Sc: SDM UAD Sangat Potensial untuk Lebih Berkembang

Wisuda periode Agustus 2014 Univeristas Ahmad Dahlan (UAD) yang berlangsung di JEC dihadiri oleh Dr. Ishadi Soetopo Kartosapoetro, M.Sc. Di hadapan 697 wisudawan dan orangtua wali, ia berpidato ilmiah tentang sumber daya manusia (SDM) UAD yang sangat potensial untuk berkembang.

“Generasi muda Indonesia dimitoskan tidak memiliki kemampuan menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri. Malas, terbelakang, dan tidak mampu menguasai teknologi. Tetapi, UAD menjawab mitos tersebut,” terangnya dalam pidato di JEC Sabtu, (16/8/2014).

Hal itu dapat dilihat dari berbagai prestasi mahasiswa UAD, tentu dengan bimbingan dosen. SDM UAD memiliki kompetensi sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Kemampuan kewirausahaan yang harus dilandasi dengan keuletan, tidak malas, tidak mengambil jalan pintas, tidak mudah menyerah, dan selalu berinovasi terhadap perkembangan.

Menurut Direktur Utama Trans TV, Ishadi, UAD telah memiliki persyaratan dasar untuk mengembangkan diri dengan bangsa-bangsa lain. “UAD bertekad terus meningkatkan pelayanan akademik dan non-akademik, menambah koleksi buku perpustakaan, serta memperbaiki fasilitas kampus,” janji Dr. Kasiyarno., M.Hum. selaku Rektor UAD dalam sambutannya.

Kasiyarno menegaskan bahwa mahasiswa UAD mampu menjadi yang terbaik dalam persaingan kompetitif antarperguruan tinggi swasta. Tercatat, sebanyak 206 prestasi telah diciptakan oleh mahasiswa UAD pada 2013−2014, baik nasional maupun regional. “Dalam waktu dekat, Tim Debat UAD akan berangkat ke Universitas Batam (UNIBA) sebagai finalis, tiga mahasiswa sebagai finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), dan tiga finalis Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas),” ucapnya. (Sbwh)