UAD Menggagas Kepemimpinan Bangsa dalam Perspektif Psikologi

Sabtu, (14/06) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Psikologi (BEM-Psikologi) UAD mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Menggagas Kepemimpinan Bangsa: Perspektif Psikologi” Bertempat di Auditorium Kampus I Universitas Ahmad Dahlan. Jalan Kapas 09. Semaki, Yogyakarta.

Pada acara tersebut hadir Prof. Dr. Hamdi Muluk (Guru Besar Psikologi Politik UI) sebagai Keynote Speakers. Selain itu juga dihadiri oleh pembicara lain baik dari dalam maupun luar kampus. Diantaranya Drs. Afnan Hadikusumo (Anggota DPD RI), Siti Urbayatun (Dosen Psikologi UAD), Elli Nur Hayati (Dosen Psikologi UAD) dan Heri Yudiyanto (mantan walikota Yogyakarta).

Dalam kesempatan tersebut prof. Dr. Hadi Muluk mengungkapkan, “Pemimpin adalah bagian dari kita, berangkat dari keseharian kita, dinaikkan oleh kita, dan diturunkan pula oleh kita seperti pepatah minangkabau pemimpin itu ditinggikan seranting, didahulukan selangkah. bukan seperti sosok satrio piningit yang tiba-tiba datang entah darimana kemudian memimpin kita dengan segala kesaktiannya tanpa diketahui latar belakangnya. bukan itu sosok pemimpin yang dicari.”

Ditemui disela-sela acara, Hadi Suyono, S.Psi, M.Si. selaku Dosen Psikologi UAD sekaligus ketua panitia acara tersebut mengungkapkan,” Latar belakang diadakannya acara ini ialah karena melihat realitas yang ada di masyarakat yang begitu sulit untuk melihat bahkan melahirkan sosok pemimpin bangsa yang mampu untuk mensejahterakan rakyat terutama dalam perspektif psikologi dan saat ini bangsa kita juga tengah kebingungan dalam mencari dan menentukan sosok pemimpin baru.”

Kembali menambahkan, “Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran untuk melahirkan pemimpin yang benar-benar mampu mensejahterakan rakyat serta membuka wawasan tentang psikologi dan kepemimpinan bahwa psikologi tidak hanya menangani masalah individual tetapi lebih dari itu Psikologi mempunyai cakupan luas bahkan mengenai kepemimpinan.”

“Harapan setelah diadakannya acara ini mampu menginspirasi mahasiswa untuk mempunyai jiwa kepemimpinan yang sejati dan Universitas Ahmad Dahlan mampu melahirkan sosok pemimpin-pemimpin bangsa yang mampu mensejahterakan rakyatnya” harap Hadi Suyono, S.Psi, M.Si. (MCH)

 

TELKOMNIKA UAD Raih Rangkin 1 dan 3 SCOPUS

Sesuai dengan visi misi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk go international Jurnal TELKOMNIKA UAD menjadi salah satu jurnal yang dikenal seluruh dunia. “Satu-satunya Jurnal dari Perguruan Tnggi di Indonesia yang diakui oleh DIKTI” terang Tole Sutikno selaku editor –in-cheif Telkomnika. Jum’at (18/7).

Setelah terakreditasi A oleh Dikti per-Agustus 2013-Agustus 2018. Pada 6 Juli 2014 Jurnal TELKOMNIKA UAD kembali meraih prestasi menjadi jurnal ranking 1 di Indonesia dari variable SNIP. Dan menduduki ranking 3 di Indonesia dari variable SJR (berdasar penilaian dari SCOPUS). “Saat ini Jurnal TELKOMNIKA UAD lebih unggul dari UGM, IPB, UI, UIN Sunan Kalijaga dan beberapa PT lainnya” Tole menambahkan.

Lebih lanjut Tole Menjelaskan bahwa TELKOMNIKA menerbitkan semua artikel berkaitan bidang Teknik Elektro, Komputer dan Informatika, meliputi: seluruh bidang Teknik Telekomunikasi, Komputasi (computing), Elektronika, Elektrik (Listrik/Energy/Power), Kendali & Instrumentasi, Komputer dan Informatika. TELKOMNIKA akan dibaca oleh semua akademisi dan peneliti meliputi mahasiswa (S1, S2, S3), dosen, peneliti, juga pustakawan dan pemerhati pendidikan di Indonesia.

Jurnal TELKOMNIKA sendiri terbit pertama Desember 2003 oleh Prodi T. Elektro, FTI UAD. “Saat ini telah menerbitkan artikel lebih dari 1000 (seribu). Tahun 2007-2010 menerbitkan naskah in Indonesia dan English. Sejak Edisi Desember 2010 semua naskah yang diterbitkan in English” Parap Tole

 

Mengenal Scopus

Scopus adalah salah satu flagship yang dimiliki oleh Elsevier. Scopus adalah lembaga pengindeks yang mengevaluasi unjuk kerja (kualitas) sebuah jurnal internasional. Di Indonesia, sebuah jurnal dikatakan sebagai jurnal internasional bereputasi "terakreditasi" salah satunya bila terindeks di Scopus. TELKOMNIKA adalah salah satu dari 17 jurnal di Indonesia yang terindeks oleh Scopus. Dari 17 jurnal tesebut, hanya TELKOMNIKA UAD yang sekaligus terakreditasi "A" oleh Dikti.

SCOPUS memiliki/menciptakan 2 (dua) indikator/variabel utama penilaian untuk kerja sebuah jurnal internasional:

SNIP (Source Normalized Impact per-Paper) –> Didefinisikan sebagai perbandingan jumlah situasi jurnal per-makalah yang diterbitkan sebuah jurnal dan potensi sitasi pada bidang ilmu ilmu yang sama (ranking dinormalisasikan pada bidang ilmu yang sama). Hal ini bertujuan untuk memungkinkan perbandingan/perankingan terhadap seluruh jurnal pada seluruh bidang keilmuan yang berbeda.

SJR: Scimago Journal Rank (SJR) –> Ukuran pengaruh ilmiah (scientific influence) sebuah jurnal yang mempertimbangkan 2 hal: (i) JUMLAH artikel yang merujuk, dan (ii) prestise/POPULERITAS dari jurnal lain yang merujuk jurnal kita. Scimago adalah sebuah kelompok riset di Universitas Granada (Spanyol) yang merupakan partner Scopus, yang berdedikasi untuk analisis informasi, representasi dan perbaikan teknik visualisasi.

Berdasarkan variable SNIP, TELKOMNIKA UAD adalah jurnal ranking satu di Indonesia; dan jurnal ranking ketiga di Indonesia berdasarkan indikator SJR.(Sbwh)

LPM Adakan Pelatihan Mengolah Singkong Di Gunung Kidul

Ada empat resep yang disunguhkan saat pelatihan mengolah singkon oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (LPM UAD). Di ataranya berupa kue basah putu ayu, brownis kukus, donat mocaf, dan black forest mocaf kukus disajikan dalam pelatihan. Tiga resep dibuah sendiri oleh ibu-ibu peserta pelatihan sedangkan satu resep yaitu black forest mocaf kukus disampaikan oleh Siti Salamah selaku pemateri.

“Bahan yang digunakan cukup mudah didapatkan dan tentu saja menggunakan tepung mocaf yang bahan dasarnya dari singkong. Dengan dibuat menjadi tepung mocaf singkong bisa menjadi tahan lebih lama hingga satu tahun” terang Salamah saat memberikan Materi tentang Black Forest Mocaf Kukus Kamis (17/7/2014) di Balai Desa Kemadang

Pelatihan yang dihari oleh tiga pedukuhan Pocung, Tenggang, dan Ngelo ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk mengatasi jika suatu ketika berhadapan dengan musim sulit pangan atau paceklik sehingga tepung mocaf ini bisa dijadikan salah satu alternatif ketahanan pangan di Gunung Kidul. Dengan adanya pelatihan ini maka potensi yang ada di daerah mereka dapat terus digali dan menjadi peluang usaha.

Selain dihadiri oleh Kepala LPM UAD Drs. H. Jabrohim, M, M., koordinator KKN Drs. H. Sudarmini, dan aparat desa setempat. Hadar pula Wakil Bupati Gunung Kidul Drs H. Immawan Wahyudi, M. H., Hum. Dalam sambutannya dia sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak UAD yang melalui mahasiswa KKN telah berkenan menjadi perantara bagi pemerintah untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi yang ada, khususnya singkong yang kemudian dapat diolah menjadi tepung mocaf dan menghasilkan produk-produk yang lebih beragam.

”Ini sekaligus menjadi wujud rasa syukur kita kepada Allah dan semoga dari situ kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan dapat lahir bersama-sama” tambahnya. (Doc/Sbwh)

Resep Membuat Black Forest Mocaf Kukus Singkong dari UAD

Resep membuat “Black Forest Mocaf Kukus” ala Siti Salamah ini disampaikan dalam pelatihan pengolahan makanan berbahan mocaf untuk tiga pedukuhan yaitu Pocung, Tenggang, dan Ngelo. Pada kesempatan tersebut hadar Wakil Bupati Gunung Kidul Drs H. Immawan Wahyudi, M. H., Hum, Kepala Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (LPM UAD) Drs. H. Jabrohim, M, M., koordinator KKN Drs. H. Sudarmini, dan aparat desa setempat. Kamis (17/7/2014) di Balai Desa Kemadang

Berikut bahan yang digunakan untuk membuat black forest mocaf kukus. Di antaranya 4 butir telur, setengah sendok tek ovalet, 200 gram gula pasir, 75 gram tepung mocaf, 25 gram coklat bubuk, setengah gelaqs susu cair, seperempat minyak sayur, setengah sendok garam halus.

Caranya adalah telur, ovalet dan gula pasir dicampur dan dikocok sampai mengembang sambil ditambahkan garam. Kemudian sambil diaduk dimasukkan berama tepung mocaf, coklat bubuk dan tepung tegiru yang sudah diayak sedikit demi sedikit hingga rata. Terakhir masukkan minyak sayur dan diaduk-aduk sampai rata. Tuangkan ke dalam Loyang ukuran 18 x 7 cm yang telah diolesi mentega dan dialasi kertas roti lalu dikukus selama 20 menit.

Bahan yang digunakan cukup mudah didapatkan dan tentu saja menggunakan tepung mocaf yang bahan dasarnya dari singkong. Dengan dibuat menjadi tepung mocaf singkong bisa menjadi tahan lebih lama hingga satu tahun. Ini bisa sebagai usaha untuk mengatasi jika suatu ketika berhadapan dengan musim sulit pangan atau paceklik sehingga tepung mocaf ini bisa dijadikan salah satu alternatif ketahanan pangan di Gunung Kidul.

Selain resep bahan pembuatan black forest mocaf kukus. Juga disampaikan olahan pembuatan kue basah putu ayu, brownis kukus, donat mocaf.

Pelatihan tersebut tidak hanya pengolahan singkong menjadi tepung mocaf. Tapi juga pelatihan pengolahan makanan berbahan mocaf, pengemasan dan pemasaran produk olahan mocaf.(Doc/Sbwh)

 

Meningkatkan Wawasan Kesehatan Ibu dan Anak Melalui Konferensi Internasional

Yogyakarta-Rosyidah SE Mkes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM-UAD) secara resmi membuka acara seminar internasional dengan tema “Peran Pemerintah dan Swasta dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (The Role of Government and Private Sector to Improve Maternal and Child Health) di Aduitorium Utama Kampus 3 UAD pada Sabtu 10/5/14.

“Konferensi internasional ini sangat penting karena angka kematian ibu dan anak tinggi di Indonesia. Selain itu kesehatan ibu dan anak adalah salah satu program Millenium Development Goal’s (MDGs) yang harus kita capai dalam tenggat waktu setahun kedepan” terang Rosyidah dalam sambutannya.

Ia menambahkan upaya untuk mencapai MDGs telah menjadi unsur yang penting untuk tujuan pembangunan Indonesia dengan waktu yang tersisa satu tahun sebelum tenggat waktu pencapaian target MDGs. Oleh karena itu katanya, harus ada upaya bersama disemua lapisan masyarakat termasuk pemerintah dan swasta.

Adapun tujuan diselenggarakannya seminar internasional adalah untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak, meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang peran pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak secara global, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Filipina serta mendukung upaya-upaya dan program-program yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia untuk mencapai target-target MDG terutama di bidang kesehatan ibu dan anak.

“Seminar ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang kesehatan ibu dan anak yang semakin hari semakin turun, misalnya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan masih tinggi” ujar Suci Musvita Ayu SKM MPH selaku ketua panitia saat ditemui disela kesibukan acara.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa konferensi ini dihadiri oleh Prof. dr. Ali Ghufron, M.Sc., Ph.D. (Wamenkes RI), Prof. Dr. Yeo Kee Jiar (Universitas Teknologi Malaysia), Prof. Dr. Wongsa Laohasiriwong (Wakil Dekan Universtias Khon Kaen, Thailand). Peserta yang hadir dalam agenda ini sebanyak 250 orang (terdiri dari mahasiswa, praktisi kesehatan dan umum). (TS)

REFLEKSI RAMADHAN SEELUMNYA

 

Panji Hidayat, M.Pd

Dosen UAD

 

Siklus bulan dalam kalender Hijriah telah masuk bulan Ramadhan, meskipun dalam penetapannya ada perbedaan di antara para muslimin. Tetapi itu tidak menjadikan semangat ukhuwah islamiyah di antara umat akan memudar. Di situ ada tasamuh dalam menyikapi  perbedaan yang selalu ada agar kerukunan tetap terjaga. Semangat ramadhan tahun lalu yang telah terkikis oleh debu-debu dosa yang semakin mengerak seakan meleleh karena sayup-sayup cahaya ramadhan mulai mendekat yaitu bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin untuk wajib menapak tilas puasa ramadhan.

Alhamdulilah sekarang ini puasa ramadhan telah bergulir hampir dua minggu. Kaum muslimin seantero dunia menikmati indahnya melakukan ibadah siang dan malam hanyalah semata untuk taqarrub kepada Dzat yang Maha Hidup agar mendapatkan nikmat dan manisnya iman.

Ibadah baik mahdoh maupun ghairumahdoh sangat berpengaruh untuk menghidupkan amalan-amalan di bulan ini. Semua itu adalah untuk tabarruk (mendapatkan berkah) yang berlipat-lipat dari hari-hari biasa di bulan selain ramadhan. Momentum istimewa ini bersama berhijrah menuju kebaikan dan kebajikan untuk mencapai predikat ketakwaan. Dengan niat bismillah semua perilaku yang munkar baik itu hasil komunikasi interpersonal maupun intrapersonal pada diri sendiri memberikan refleksi seberapa jelek diri ini setahun yang lalu. Untuk itu dengan datangnya ramadhan ini sebagai batu loncatan untuk starting point dengan harapan membakar dosa-dosa, mendapatkan ampunan Allah, dan terhindar dari siksa azhab jahannam.

Janganlah bulan ini dijadikan anekdot “muslim musiman” jika telah syawal kembali ke kebiasaan asal. Sebaiknya bulan ini digunakan sebagai awal metamorfosa untuk menjalani kehidupan yang penuh hikmah keilmuan supaya kebaikan itu menaungi hidup setiap insan. Perubahan yang sangat frontal dari keburukan kekebaikan sangat dimungkinkan karena fitrah manusia yang pada hakekatnya suka akan kebaikan. Hal ini diperlukan komitmen diri untuk memperbaiki diri baik hablum minallah dan hablum minan nash. Komitmen sendiri perlu disertai konsistensi agar sejatinya seorang muslim adalah telah menjalankan syari’at agama. Ingatlah Firman Allah dalam Surat AlHasyr, ayat 18 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Ayat ini adalah sebagai rujukan bahwa Allah mengetahui dengan teliti setiap amal perbuatan manusia. Di bulan inilah ladang amal untuk menorehkan tinta emas ramadhan dengan melakukan kesalihan spiritual dan kesalihan sosial yang seimbang menurut porsi kemampuan seorang muslim. Allah akan langsung memberikan pahala ramadhan langsung dan melipatgandakan amal-amal shalih dengan jaminan pintu masuk Ar-rayyan bagi golongan ahli berpuasa. Penilaian puasa bersifat an sich hanya dirinya dengan Rabb-Nya yang mengetahui tentang kualitas puasanya tersebut dengan selalu mencari hakikat “iqra’ kitabaka” agar tidak menjadi orang shalih yang salah.

Kelenjar Adrenal Orang yang Berpuasa

Dr. Ahmad Muhammad Diponegoro

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

 

Menurut nabi Muhammad s a w bila seseorang yang sedang berpuasa diajak bertengkar, maka ia diperintahkan untuk mengatakan saya sedang puasa.  Artinya dengan ucapan seperti itu orang akan lebih sabar dan menahan diri untuk marah. Puasa membuat orang lebih sabar.

Dalam kajian biopsikologi, marah berhubungan dengan hormone adrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal pada makhluk menyusui, (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis skortikosteroid dan katelomani, termasuk kortisol dan hormone adrenalin.

Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung torakal yang ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah adrenalis. Tiap kelenjar berbobot sekitar 4 gram.

Bagian dalam kelenjar disebut medula mengandung sel kromafin yang merupakan sumber penghasil hormon jenis katekolamin yaitu hormone adrenalin dan norepinefrin, dengan jenjang reaksi yang distimulasi kelenjar hipotalamus. Di samping itu, masih banyak manfaat lain yang dapat ditemukan dalam kelenjar anak ginjal ini.

Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin yang dihasilkan kelenjar adrenal. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pebuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

Selama periode puasa, sejumlah kecil epinefrin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dari kelenjar adrenal manusia. Peran epinefrin antara lain akan mempengaruhi hati manusia dan otot rangka. Ia akan mendukung pengaruh glukagon dalam hati. Dalam otot rangka, meningkatnya adrenalin akan memudahkan pemecahan glikogin menjadi glukosa. Berlawanan dengan klukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogin hati, glukosa ini tidak dilepaskan ke dalam darah, bahkan  glukosa ini menjadi suatu sumber energi pendukung untuk sel-sel otot sedangkan lemak merupakan sumber energi yang utama. Walaupun demikian, tatkala glukosa ini digunakan sebagai sumbergi energi dalam sel-sel otot, sedikit laktat mungkin akan dihasilkan. Laktat ini dapat masuk ke dalam sirkulasi, dan mencapai hati, kemudian diubah menjadi glukosa. Glukosa ini dapat dilepas ke dalam darah. Oleh karena itu, otot rangka manusia dapat secara sederhana memelihara konsentrasi glukosa darah selama puasa.

Selain adrenalin, kelenjar adrenal juga menghasilkan kortisol yang juga sering disebut hormone stres. Penting untuk disadari bahwa puasa, khususnya puasa yang berkelanjutan, dapat menjadi suatu stres – dan stress menghasilkan pelepasan kortisol. Sangat tepat apa yang diperintahkan Allah dan nabi Muhammad s a w bahwa dalam Islam dilarang untuk melakukan puasa yang berkelanjutan karena dapat membuat individu stres sebagaimana dijelaskan. Puasa hanya boleh dilakukan hingga waktu magrib dan kemudian diharuskan untuk berbuka. Bahkan ummat sangat dianjurkan untuk sahur walaupun dengan seteguk akhir.

Hadirnya makanan dalam tubuh manusia pada waktu sahur maupun berbuka akan menurunkan stress, karena tubuh terasa nyaman dan menurunkan kadar kortisol dalam darah. Karena islam merupakan agama yang menggembirakan bukan yang menyusahkan atau membuat individu tertekan atau stress. Nabi Muhammad s a w bersabda: gembirakanlah dan jangan membuat orang lari, berilah kemudahan dan jangan membuat orang susah.

Puasa dalam Pendidikan Pengendalian Diri

Oleh Sukardi

Dosen Ekonomi UAD

 

Ajaran puasa merupakan tatanan syariat Islam diperuntukkan bagi orang muslim dewasa yang tidak sedang berhalangan, untuk tidak makan dan tidak minum serta meninggalkan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selain menjadi amalan yang harus dilaksanakan setiap muslim. Puasa Romadhan merupakan salah satu pendidikan pengendalian diri bagi ummat muslim yang menjalani. Ada tiga aktivitas pengendalian diri selamat puasa, yakni pengendalian diri dari makan dan minum yang berlebihan, pengendalian diri dari perbuatan dan ucapan kotor, dan pengendalian diri dari nafsu yang tidak terpuji.

Makan dan minum tentu dibutuhkan pengendalian yang ketat baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Pengendalian makan dalam ajaran Islam harus yang halalan thoyyiba. Bagi orang berpuasa waktu makanpun dikendalikan. Selain akan berakibat tidak baik. Tentu tidak selamanya apa yang kita makan merupakan hal yang dibutuhkan tubuh, tidak sedikit orang  tidak memperhatikan kalori dalam tubuh, padahal kalori berlebihan akan menjadi beban yang mengganggu kesehatan, seperti kelebihan  gula darah, kelebihan kolesterol, kelebihan asam urat dan sebagainya –yang bisa berpotensi menjadi penyakit.

Selain mengendalikan pola makan, dalam puasa juga perlu pengendalian diri dari ucapan dan tindakan. Pepatah jawa mengatakan “ajining diri soko lati ajining rogo soko busono” martabat orang bukan dinilai dari jabatan, kekayaan dan harta benda yang melimpah, tetapi martabat seseorang dinilai dari ketulusan ucapan, kejujuran perbuatan dan kesalehan perilaku dirinya. Puasa membangun perilaku, menata jiwa, pendewasaan diri, menjauhkan perilaku perilaku negatif, menghindarkan hati yang temperamental emosional. Dalam Hadits Rosululloh SAW menyatakan orang berpuasa tanpa meniggalkan ucapan dan perbuatan kotor, maka ia tidak mendapat apa-apa kecuali mendapatkan lapar dan dahaga.

Tujuan puasa adalah “meningkatkan ketaqwaan”. Orang yang berpuasa dituntut untuk lebih santun dalam perilaku, dan lebih sopan dalam bertutur kata. Pengendalian perilaku dan tutur kata bermakna tidak melakukan sesuatu kecuali yang bermanfaat dalam kehidupan diri dan kemasyarakatan.

Selanutnya mengendalikan nafsu. Nafsu merupakan pendorong dan penggerak kegiatan hidup manusia, dorongan nafsu ini selalu dikendalikan oleh nafsu ilahiyah dan nafsu syaithoniyah. Nafsu ilahiyyah merupakan nafsu atau kemauan yang mendapat cahaya ilahi robbi, aktivitasnya sejalan dengan tuntunan agama.

Sebaliknya nafsu syaithoniyyah merupakan kemauan yang menyimpang dari tuntunan agama, atau kemauan yang berlebihan melebihi dari tatanan kewajaran agama. Puasa Romadhan yang dijalani  mengajak agar makan yang  kita lakukan,  hidup yang kita jalani,  kegiatan  yang  kita kerjakan selalu mengikuti petunjuk ilaahi, mendasarkan petunjuk Tuhan ilahi robbi menggunakan tatanan Islam, serta meminimalisir aktivitas-aktivitas yang dikendalikan oleh nafsu syaithoniyyah. Nafsu sebagai pendorong kehidupan dan penggerak aktifitas hidup seseorang akan menjadi bahaya apabila dilepas secara liar, tanpa pengendali agama. Puasa mengajak dan mendidik kita mengendalikan nafsu supaya terarah dan sejalan dengan hidayah ilaahi.

Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan dan Cara Mengajarkannya kepada Anak

Nurul Hidayati Rofiah, M.Pd.I

PGSD Universitas Ahmad Dahlan

                Ibadah puasa merupakan kewajiban semua manusia yang beriman agar mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Bagi semua umat Islam puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib, bagi yang melaksanakannya ia akan mendapatkan pahala. Disamping itu, juga bagi yang melaksanakan sunah pada bulan Ramadhan akan diberi pahala seperti ibadah wajib, sedangkan beribadah wajib pahalanya akan dilipat gandakan menjadi 70 kali lipat dibanding pada bulan lain. Sebagaimana dalam hadist riwayat Ibnu Huzaimah “Dari Salman Al-farisi ra. berkata: Rasulallah saw. Memberi khutbah kepada kami dihari akhir dari bulan Sya’ban dan berkata: “Hai sekalian manusia akan datang bulan yang agung (Ramadhan) yaitu bulan yang penuh berkah didalamnya. Dalam bulan itu ada malam yang mulia (Lailatul Qadr) yang lebih utama dari seribu bulan. Allah telah mewajibkan puasa di bulan itu, dan shalat tarawih didalamnya sebagai ibadah sunah. Barang siapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan itu pahalanya seperti ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa yang melakukan kewajiban di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban dibanding bulan yang lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan ditambahnya rizki orang mukmin, bulan diawal menjadi rahmat, ditengah menjadi ampunan dan diakhirnya merupakan kebebasan dari neraka”.

Alangkah beruntungnya bagi kaum muslimin yang dapat melaksanakan Ibadah puasa dibulan Ramadhan seperti yang dijelaskan Hadits di atas. Agar setiap kaum muslimin semua dapat melaksanakan ibadah puasa maka harus dibiasakan sejak kecil karena ibadah puasa akan terasa berat bagi yang belum terbiasa melakukannya. Oleh karena itu perlu dibiasakan sejak kecil ketika belum balig, agar ketika sudah balig mereka sudah sudah terbiasa melaksanakannya.

Untuk melatih anak agar berpuasa memang butuh kesabaran. Sebelumnya orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak-anak untuk menjalankan puasa dan ibadah selama bulan Ramadhan. Seperti Sholat lima waktu, melaksanakan Tarawih, Tadarus Al-Qur’an dan sebagainya.

Adapun cara untuk mengajarkan puasa kepada anak agar mau melaksanakan ibadah puasa diantaranya: Memberikan penjelasan mengenai kebaikan puasa Ramadhan seperti yang terkandung dari hadits di atas dengan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti oleh anak. Selain itu, dibiasakan anak ikut sahur bersama keluarga supaya bisa melaksanakan ibadah puasa, (dalam melaksanakannya, anak berpuasa sekuatnya anak saja meskipun puasa sampai dzuhur).

Ajak anak ikut sholat berjamaah dan jika masih memunkinkan, anak diajak untuk mengaji membaca Al-Qur’an. Mejanjikan sebuah hadiah kepada anak agar ia sungguh-sungguh melaksanakannya selama bulan Ramadhan

Demikian sebagian hikmah puasa dibulan Ramadhan yang penuh berkah dan sebagian cara untuk mendidik anak agar terbiasa berpuasa dibulan Ramadhan.

NGABUBURIT DI BULAN RAMADH

Oleh Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UAD

 

Dalam beberapa tahun terakhir ini, istilah ngabuburit di kalangan umat Islam tampaknya semakin populer. Kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda, artinya kurang lebih menunggu saat berbuka puasa. Kata dasar ngabuburit sendiri sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan puasa. Burit berarti sore. Ngabuburit berarti menunggu sore, sehingga tidak hanya menunggu sore di bulan puasa saja. Karena buka puasa dilakukan di sore hari (maghrib) maka akhirnya ngabuburit pun dipersempit artinya menjadi menunggu saatnya buka puasa.

Di tengah masyarakat, ngabuburit banyak dilakukan dengan berbagai macam cara. Di lingkungan pemukiman yang memiliki masjid, ngabuburit bagi anak-anak umumnya dilakukan dengan mengikuti TPA, alias Taman Pendidikan Alquran. Di TPA tersebut, biasanya mereka belajar membaca Alquran dan pengetahuan keagamaan lainnya.

Bagi kelompok masyarakat yang lebih tua, ngabuburit banyak dilakukan dengan cara mendatangi pengajian sekaligus buka puasa bersama. Pengajian sering dilakukan di masjid, dan tidak jarang diselenggarakan di tempat-tempat kerja, bersama rekan-rekan sekantor. Namun bagi remaja dan pemuda, ngabuburit sering berlangsung tidak terpola. Tidak jarang, mereka hanya JJS alias jalan-jalan sore atau sekedar nongkrong di tepi jalan sambil melihat lalu lalang kendaraan.

Melihat banyaknya warga yang ngabuburit di jalanan, dewasa ini fenomena ngabuburit juga dimanfaatkan banyak perusahaan untuk melakukan promosi. Bahkan, mereka membuat event yang mengundang keramaian untuk bersama melakukan ngabuburit. Biasanya ngabuburit diisi dengan penampilan music, aneka permainan yang lucu, dan kuis yang menawarkan hadiah menggiurkan.

Atas fenomena ngabuburit seperti itu, sesungguhnya sangat disayangkan. Sebab warga mengisi waktunya dengan sesuatu yang kurang bermanfaat bagi upaya penambahan pahala. Luas diketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Bila pada bulan biasa setiap kebaikan digandakan sepuluh hingga 700 kali lipat, maka pada bulan Ramadhan amalan puasa dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, ”Karena orang yang menjalani puasa berarti menjalani kesabaran”. Sementara ganjaran orang yang bersabar, sebagaimana dalam QS Az Zumar (10), mengatakan akan diberikan ganjaran pahala pahala tanpa batas. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa berpuasa Ramadhan  dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Karena sedemikian besarnya pahala yang bisa didapat pada bulan Ramadhan, maka sangat disayangkan bila masyarakat tidak memanfaatkan seluruh waktunya untuk membuat amalan kebaikan di bulan suci ini. Misalnya dengan melakukan kajian-kajian tentang Islam, membaca Al Quran, dan berbagai amalan kebaikan lainnya. Dengan demikian, bila melakukan ngabuburit dalam artian sekedar menghabiskan waktu tanpa manfaat, berarti orang tersebut rugi dalam menjalani waktu. Bila dalam jargon ekonomi menyebut waktu adalah uang, maka pada bulan Ramadhan, waktu adalah pahala. Kalau kita memanfaatkan seluruh waktu dengan berbagai amalan kebaikan, maka tidak terhitung berapa banyaknya pahala yang berhasil kita kumpulkan. Kita tahu, pahala tersebut akan menjadi bekal kita saat kita sudah berada di akhirat.

Di sisi lain, banyaknya pihak yang membuat even ngabuburit yang kurang bermanfaat dan sekedar menghabiskan waktu atau hura-hura di pinggir-pinggir jalan maupun di tempat-tempat umum lainnya, merupakan tantangan bagi para takmir masjid untuk dapat membuat event yang lebih menarik lagi guna mengundang umat. Takmir perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang pengelolaan even kreatif dan menarik agar Ramadhan dihiasi dengan berbagai kegiatan di masjid. Niscaya dengan kegiatan masjid yang ramai, maka umat khususnya para remaja tidak pergi ke jalanan dan tempat-tempat ngabuburit yang tak bermanfaat.

Bila diperhatikan selama ini, umumnya takmir masjid cenderung tidak kreatif dalam membuat acara Ramadhan. Even yang diselenggarakan cenderung monoton dari tahun ke tahun. Karena monoton itulah, masjid tidak menjadi daya tarik umat untuk melakukan aktivitas luas lainnya kecuali sekedar pengajian dan shalat. Padahal kita tahu, dalam sejarah di jaman Nabi Muhammad, masjid menjadi pusat berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat ibadah, masjid digunakan umat Islam untuk berbagai keperluan misalnya dibidang pendidikan, kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Pada zaman Rasullah, masjid merupakan pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, kegiatan social, ekonomi, bahkan mengatur strategi peperangan.

Masjid dijadikan sebagai pusat detak jantung kehidupan masyarakat. Karena memiliki kedekatan secara fisik, maka membangun kedekatan secara psikologis pada masjid menjadi lebih mudah. Tidak kenal maka tidak sayang, begitu ungkapan populer yang kita sering dengar. Bila umat kenal dengan dekat dalam artian fisik dan psikologis, maka mereka akan menyayangi masjid. Dampak lebih lanjut adalah munculnya perilaku, mental, dan ahlak yang lebih Islami dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk melewati bulan suci Ramadhan.

Sayang, dalam perkembanganya, saat ini masjid cenderung hanya di jadikan sebagai tempat ibadah sholat semata. Seiring derasnya “sekularisasi” dan pandangan “materalisme”, tanpa disadari peranan masjid semakin menyempit. Maka tidak heran masjid menjadi sepi tidak ada aktifitas apapun selain sholat dan perayaan peringatan keagamaan tertentu.

Berkaca dari fenomena ngabuburit di jalanan dan di tempat-tempat lain yang tak memberikan manfaat, maka sudah selayaknya umat Islam, khususnya para takmir masjid dibekali pengetahuan dan ketrampilan menyelenggarakan even agar mampu mengadakan kegiatan ngabuburit yang menarik dan bermanfaat di masjid.