Perlukah Gelar Gr?

Panji Hidayat, M.Pd

Dosen Universitas Ahmad Dahlan

 

Upaya pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan perlu diacungi jempol dengan adanya dual mode system, sertifikasi guru, dan Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG). Namun banyak sekali dalam praktiknya, kebijakan tersebut malah menjadi bumerang bagi pelaku pendidikan karena belum siapnya sumber daya manusia yang dapat melaksanakan kebijakan tersebut. Alih-alih memajukan negeri malah membuka celah lahan korupsi baru. Salah satu kebijakan pemerintah yang akhir-akhir ini menjadi opini adalah Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG harus ditempuh selama 1-2 tahun. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013. Sesuai Pasal 9 Permendikbud, selama pendidikan profesi, calon guru akan menjalani lokakarya pembelajaran. Selain itu, akan berlatih mengajar melalui pembelajaran pengayaan lapangan.

Melalui PPG inilah nantinya sarjana baik itu pendidikan maupun non pendidikan dapat mendapat gelar Gr di belakang namanya. Tentu saja dengan adanya PPG ini akan menjadikan LPTK yang mencetak Sarjana Pendidikan dianggap belum professional sebelum mengikuti PPG meskipun sudah menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Apakah  belum cukup penyematan S.Pd sebagai tanda bahwa lulusan S1 Pendidikan siap menjadi guru atau pendidik yang professional, atau mungkin Kemendikbud masih meragukan kualitas Sarjana Pendidikan.

Seolah berlebihan sekali karena gelar Gr hanya sebagai atribut dan admisnistrasi belaka untuk mendapatkan tunjangan profesi sehingga gelar tersebut telah menafikan keberadaan institusi pencetak guru. PPG sendiri dapat dilaksanakan oleh universitas yang ditunjuk Dikti karena penetapan dari Kemendikbud. Lah bagaimana nasib LPTK yang tidak ditunjuk sebagai megaproyek PPG itu sendiri? Karena LPTK lain pencetak guru seperti “Hidup segan mati tak mau”

Kalau hal tersebut dilakukan terus menerus kepercayaan consumer terhadap institusi pendidikan semakin menurun. Padahal profesionalisme adalah memperbaiki spirit, kinerja, dan integritas dalam memajukan pendidikan. Apa gunanya atribut gelar yang secara substantif tidak merubah kualitas pendidikan di Indonesia yang sedang menggeliat mengejar kemajuan bangsa lain.

Mendidik adalah amanah yang harus menjadi tanggung jawab bersama anak bangsa demi tegaknya merah putih di bumi pertiwi yang sedang menangisi krisis keprofesionalan pendidik bangsa. Tidak hanya kebijakan semata, tetapi realita melaksanakan profesi dengan ikhlas, amanah, dan berkarakter khasanah demi mengatasi segala lini problemantika bangsa. Tentu saja agar tidak berlarut-larut dalam keterpurukan yang nyata atau kasat mata.

Kecerdasan dan keprofesionalan pendidik adalah harga mati untuk mendedikasikan diri untuk bangsa yang kita cintai. Bukan sekedar kelar atau atribut yang mengekor dibelakang anama kita (pendidik). Semoga menjadi renungan pembaca yang budiman.

Menanti Kelahiran Perda Penataan PKL

Oleh : Sukardi

Dosen Fakultas Ekonomi UAD

 

Menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) di kota besar sampai kota-kota kecil, tidak terkecuali ditingkat kecamatan, kini menjadi persoalan tersendiri di negeri ini. Inilah sebagai konsekuensi dari sistem ekonomi kerakyatan, ekonomi berkembang melalui usaha kecil dan mikro. Bagi yang tidak memiliki lahan tersendiri mereka memanfaatkan trotoar dan lahan umum lainnya sebagai tempat mangkal menjajakan dagangannya. Tentu munculannya PKL menjadi sinyal perkembangan perekonomian rakyat. Di sisi lain terjadi ketidakrapian dan kekumuhan lingkungan. Pada kondisi demikian diperlukan regulasi PKL sehingga lingkungan menjadi lebih tertata, kota  menjadi lebih rapi.

Munculnya PKL akan menjadikan tempat itu ramai sejak pagi hingga larut malam. Mereka berjualan produk yang menjadi kebutuhan masyarakat. Masyarakat tidak harus ke luar daerah  untuk mendapatkan kebutuhannya. Tapi di sisi lain yang lebih penting adalah perkembangan PKL isyarat  perekonomian orang miskin semakin bergeliat.

Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) kemiskinan Indonesia mencapai 11,8 %, jika penduduk Indonesia 240 juta, maka  penduduk miskin di atas 25 juta orang. Penduduk miskin desa banyak  yang mengadu nasib di kota yang justru menambah populasi kemiskinan  kota. Penduduk miskin banyak yang menjadi buruh, tetapi tidak sedikit mereka yang melakukan usaha menjadi pedagang kaki lima. Bagi mereka yang  tidak mempunyai lahan, tak memiliki biaya sewa tempat,  cara yang ditempuh memanfaatkan trotoar atau sejenisnya untuk usaha dengan fasilitas tempat mangkal ala kadarnya.

Jika fasilitas tidak didukung dan penaataan tidak tersedia tempat yang mewadahi untuk PKL, maka yang terjadi lingkungan menjadi kumuh, lapak-lapak tidak rapi, dinding dan atap bangunan dari bahan sederhana yang kadang tidak sedap dipandang mata. Banyaknya PKL yang bermunculan banyak menutup trotoar yang seharusnya menjadi areal pejalan kaki. Tentu hal tersebut menyita jalan sekitar untuk tempat parkir para pengunjung yang berkendaraan. Dari sisi kebersihan dan kesehatan lingkungan kadang kurang diperhatikan. Termasuk para pedagang makanan anak-anak di halaman sekolah, yang sebenarnya menambah kesemrawutan lingkungan dan kurang mendidik. Anak anak makan jajanan sambil berdiri dan jalanan menjadi pemandangan  kurang etis dan membiasakan perilaku yang kurang sopan.

Masyarakat maju tentu berharap semakin berbudaya, penataan lingkungan, kebersihan, penataan kerapihan perlu terus dikembangkan. Dulu  banyak slogan yang dicanangkan: berhati nyaman (bersih, sehat, indah dan nyaman), projo tamansari (produktif,  ijo royo royo, ditata tanam dan asri), bersinar, berseri, beriman, sembada, binangun, dan sebagainya. Semua mengharapkan kesehatan, kerapihan, keindahan.

Membinaan PKL

Seharusnya pengusaha kecil dan mikro tetap dibina, disediakan areal khusus PKL dengan fasilitas bentuk bangunan yang tertata, arealnya dilokalisir, tidak menyebar di sembarang tempat, tidak mengganggu pejalan kaki, tidak menimbulkan munculnya tempat parkir yang mengganggu lalu lintas.

Supaya tidak memancing para PKL menempati sembarang areal, perlu ada daerah larangan mangkal, ada aturan bentuk dan syarat bangunan. Daerah-daerah larangan mangkal PKL dibangun taman dan fasilitas umum lain yang menciptakan keindahan lingkungan. Penertiban dan pembinaan PKL terus dilakukan, sehingga masyarakat memahami konsep penataan dan tata kota yang diinginkan oleh pemerintah.

Jika pemerintah kota Yogyakarta membangun taman dengan pot lahan permanen posisi tinggi di berbagai areal yang dilarang untuk jualan PKL. Maka pemerintah kota Bandung membangun zona merah, melakukan pembinaan dan penataan PKL. Pembeli yang belanja pada PKL di daerah zona merah dikenai denda satu juta rupiah. Lalu Pemda Solo terus melokalisir PKL, diharapkan tahun 2015 tidak ada lagi PKL yang menempati areal terlarang.  Kebijakan-kebijakan itu tentu tidak mudah pelaksanaannya, karena terkait dengan nasib usaha, kepemahaman tata lingkungan. Namun PKL memang membutuhkan santunan bimbingan usahanya. Jika terlambat menata semakin susah melokalisir PKL; kerapihan kota, kenyamanan trotoar dan gangguan parkir sudah tidak bisa menunggu lama lagi untuk penataannya.

 

BEASISWA KE TIONGKOK, MAU?

 

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen PBSI UAD; Pengajar Tamu di Guangxi University for Nationalities, Nanning, Tiongkok

 

Jumlah beasiswa studi lanjut, baik untuk jenjang S-1, S-2, maupun S-3 di Tiongkok sangat banyak, selain juga dari beragam bidang. Ada beasiswa dari pemerintah daerah, ada pula beasiswa dari pemerintah pusat Tiongkok. Sayangnya, mahasiswa asal Indonesia tak banyak yang berminat terhadap peluang beasiswa ke Tiongkok. Melalui artikel ini, saya ingin membagi informasi tentang syarat-syarat beasiswa ke Tiongkok berikut informasi lainnya yang terkait. Mau?

Langkah pertama, Anda dapat mengakses laman resmi milik pemerintah Tiongkok yang menawarkan beasiswa bagi mahasiswa asing, yaitu www.csc.edu.cn. Melalui laman tersebut, Anda akan mengetahui beragam informasi yang terkait universitas, program studi, masa studi, jumlah beasiswa per bulan, hingga bahasa pengantar perkuliahan. Perlu Anda catat pula, jumlah universitas milik pemerintah Tiongkok sekitar 317 kampus.

Universitas milik pemerintah Tiongkok didirikan di setiap provinsi atau kota. Di Kota Beijing, misalnya, terdapat 44 universitas, termasuk Peking University dan Tsinghua University, dua universitas terbaik di Tiongkok dan didorong untuk menjadi world class university. Sementara itu, di Provinsi Guangxi, terdapat 7 universitas, termasuk Guangxi University for Nationalities (GXUN), tempat saya mengajar saat ini.

 

Banyak Dipilih

Di Tiongkok, ada beberapa kampus yang banyak dipilih oleh mahasiswa asal Indonesia. Sekadar contoh, di Guangxi University yang berada di kota Nanning, Provinsi Guangxi, tercatat 24 mahasiswa asal Indonesia yang sedang mengambil studi S-2. Masih di kota Nanning, ada Guangxi Medical University. Di kampus yang berfokus di bidang kedokteran itu, tercatat sekitar 30 mahasiswa asal Indonesia, baik yang sedang mengambil studi S-1, S-2, maupun S-3.

Selanjutnya, masa studi untuk jenjang S-1 sekitar empat tahun, S-2 (tiga tahun), dan S-3 (tiga tahun). Bagi mahasiswa yang belum bisa berbahasa Mandarin, ada tambahan waktu satu tahun untuk belajar bahasa Mandarin (sebagai bahasa pengantar kuliah), dan itu bagian dari beasiswa yang diterimanya. Jumlah beasiswa per bulan untuk jenjang S-1 sekitar 1.200-1.300 RMB/yuan, S-2 (1.500-1.700 RMB/yuan), dan S-3 (2.000 RMB/yuan).

Terbatasnya jumlah beasiswa yang diterima, mau tidak mau, harus disiasati dengan banyak cara, salah satunya ialah memilih kota di Tiongkok yang biaya hidupnya terjangkau. Berdasarkan pengakuan seorang mahasiswa Indonesia di Guangxi University, biaya hidup di kota Nanning relatif terjangkau dibandingkan di kota Beijing. Selain itu, katanya, dari beasiswa yang diterimanya, ia berhasil menyisihkan sebagian uang untuk ditabung.

Oleh karena itu, saya menyarankan kepada Anda agar memilih universitas di Tiongkok yang letaknya di kota yang biaya hidupnya relatif terjangkau. Misalnya, Anda memilih universitas di daerah Tiongkok selatan, seperti Provinsi Guangxi. Selain biaya hidupnya terjangkau, Anda bisa menyisihkan sebagian uang beasiswa untuk biaya berlibur ke kota-kota di Tiongkok, dan untuk biaya pulang ke Indonesia setahun sekali.

 

Persiapan Dokumen

Langkah kedua, Anda persiapkan beberapa berkas atau dokumen yang terkait, seperti ijazah, transkrip nilai, rencana studi (study plan), dan surat rekomendasi, semuanya dalam bahasa Inggris atau Mandarin. Salah satu kekurangan dalam pendidikan kita selama ini ialah tidak adanya ijazah dan transkrip nilai dalam bahasa Inggris. Padahal, ijazah dan transkrip nilai dalam bahasa Inggris sangat penting dalam proses pengajuan beasiswa ke luar negeri.

Kemudian, rencana studi (study plan) dibuat sesuai dengan program studi yang ingin dilamar dalam beasiswa dan, yang tak kalah penting, harus linier dengan keilmuan yang bersangkutan. Berikutnya, surat rekomendasi yang berasal dari dua orang dosen berpangkat profesor atau guru besar (wajib!). Pengalaman teman saya menunjukkan, surat rekomendasi dari satu orang profesor dan satu orang doktor, ternyata ditolak oleh pihak universitas.

Di samping itu, Anda perlu membuat paspor dan visa. Untuk pembuatan paspor, Anda cukup datang ke Kantor Imigrasi Kemenhukham di setiap kota atau provinsi. Sementara itu, untuk pengurusan visa, Anda perlu datang ke kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Rakyat Tiongkok di Jakarta dan Surabaya. Bagi Anda yang ingin belajar di Tiongkok, Anda mengajukan permohonan visa mahasiswa kepada pihak Kedubes RRT. Selamat dan semoga sukses bagi Anda![]

Menimbang Calon Presiden Indonesia Pemilu 2014

 

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi UAD)

 

Seteleh pemilu legislatif kita laksanakan pada tanggal 9 April. Kini kita sudah mulai memiliki gambaran siapa gerangan yang akan berkuasa di negeri ini. Meskipun berpenduduk mayoritas muslim, namun dominasi kemenangan partai abangan atau nasionalis tetap terjadi. Masyarakat yang mayoritas muslim tidak serta merta memilih partai yang berbasis keislaman.

Sebaliknya partai yang menempati urutan tiga teratas adalah partai nasionalis; PDIP, Golkar dan Gerindra.

PDIP nampaknya memiliki kesempatan besar kali ini untuk mengusung Jokowi sebagai presiden. Setelah diumumkan beberapa hari menjelang pencoblosan, Partai berlambang banteng ini mulai bergerilya mencari pendukung untuk pemenangan pemilu. Hasilnya PDI menurut hasil survey menduduki urutan pertama dengan perolehan suara mendekati 20 persen. Meskipun demikian, perolehan suara ini masih mengecewakan PDIP, pasalnya target perolehan mereka minimal adalah 25 persen.

Sementara itu, Partai Golkar sepertinya masih memiliki kekuatan, meskipun sempat hampir pudar pasca kejatuhan Suharto, pada pecoblosan 9 April 2014 Partai ini masih memiliki posisi yang sangat setrategis. Dengan perolehan suara yang lebih dari 10 persen, partai ini masih memiliki kekuatan dibandingkan dengan partai-partai islam. Itulah sebabnya partai berlambang beringin ini dengan percaya diri sudah mengajukan Abu Rijal Bakri yang akrab dipanggil ARB sebagai calon presiden.

Partai pendatang baru yang melejit pada pencoblosan kali ini adalah Gerindra. Partai ini langsung melejit berkat karisma Prabowo. Sistem komunikasi effektif yang digunakan partai ini nampaknya mampu mendongkrak elektablilitas partai ini hingga menjadi 3 besar. Meningkatnya perolehan suara partai berlambang kepala garuda ini juga tidak lepas dari visi misi Prabowo yang dianggap lebih menjanjikan masyarakat Indonesia. Sebagai mantan Jendral, Prabowo mampu menggiring opini publik dengan pidato-pidatonya yang lantang dan tegas.

Melihat peta politik pasca pencoblosan 9 April, nampaknya hanya ada tiga kekuatan besar yang sudah nampak di depan mata. Hal ini terutama jika dilihat dari perolehan suara partai. Jokowi representasi dari PDIP, ARB Golkar, sedang Prabowo Gerindra. Namun demikian, dari tiga calon kuat ini nampaknya hanya Jokowi dan Prabowo yang akan mendominasi arus suara pada pemilihan presiden. Hal ini mengingat dua calon ini sampai saat ini belum ada celahnya. Berbeda halnya dengan ARB yang bakal mengalami beberapa keberatan di daerah, khususnya masalah Lapindo yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan.

Tiga arus besar yang sudah mendominasi percaturan bursa calon presiden itu nampaknya akan memudar jika partai-partai islam bersatu. Partai islam sebenarnya memiliki kekuatan strategis dalam bargaining politik untuk memperebutkan kursi kekuasaan di negeri ini. Sayangnya, dalam beberapa kesempatan beberapa partai islam sudah menentukan afiliasinya untuk berkoalisi dengan partai nasionalis. Hal ini tentu akan mempersulit kekuatan partai islam untuk merebut kekuasaan pada pemilu kali ini. Sehingga partai-partai islam yang seharusnya memiliki kekuatan sekitar 30an persen ini akan terbuang percuma.

Partai berbasis ke-islaman akan sangat berat untuk melakukan koalisi karena mereka tidak memiliki tokoh central yang bisa menyatukan mereka. Jika saja mereka mau, sebenarnya ada tokoh Jusuf Kala yang memiliki potensi sekaligus track record bersih. Tetapi karena Jusuf Kala tidak memiliki partai, dia tidak bisa mengajukan diri untuk menggalang kekuatan itu.

Isu yang berkembang Jusuf Kala akan disandingkan dengan Jokowi. Hal ini bisa jadi  hanya isu untuk memecah agar partai-partai Islam tidak bisa bersatu.

Nampaknya kepemimpinan negeri ini tetap akan dikuasai dua kekuatan nasionalis abangan. Jokowi merupakan representasi kepemimpinan yang santun dan sederhana. Sedang Prabowo adalah representasi tokoh yang idealis, tegas dan visioner.

Budaya ketimuran masih sangat kuat bercokol di dalam masyarakat sehingga rakyat masih menggandrungi model kepemimpinan seperti Jokowi yang lebih santun dan sederhana.  Model kepemimpinan Jokowi akan lebih berpeluang meskipun sampai saat ini kita belum mengetahui gagasan-gagasan visioner ala Jokowi untuk menyelesaikan masalah bangsa ini.  

Sebenarnya, Prabowo memiliki potensi besar di dalam menyelesaikan persoalan di negeri ini. Ketegasan, visi dan misi yang jelas harusnya menjadi modal pemimpin Indonesia dalam kondisi seperti ini. Sayangnya, Prabowo akan menghadapi tantangan besar bukan hanya dari dalam tetapi juga dari luar. Negara-negara yang merasa terancam kepentingannya di negeri ini akan ikut berupaya menggembosi langkahnya mencapai kekuasaan. Hal ini pun sudah nampak dari beberapa negara asing yang sudah mendekat ke kubu Jokowi untuk melakukan bargaining politik. Wallahua’lam bishawab.       

UAD Gandeng 6 Perguruan Tinggi Jepang

Guna Membangun kerja sama dengan institusi-institusi pendidikan di jepang, UAD diwakili oleh Dr. Kasiyarno, M.Hum., Rektor UAD, Dr. Muchlas, MT, Wakil Rektor I, Drs. Muhammad Safar Nasir, M.Si, Wakil Rektor II, Ida Puspita, M.A.Res. Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI), Rosyidah, MPH., Dekan FKM, Drs. Aris Thobirin, M.Si, Dekan FMIPA dan Prof. Imam Robandi sebagai Supervisor, melakukan kunjungan ke Universitas dan Institusi terkemuka di Jepang.

“Kami berkunjung ke 6 Universitas dan Institusi terkemuka di Jepang selama 9 hari dari tanggal 14-22 April 2014 di anatranya Tottori University, TUES (Tottori University of Environmental Studies), NAIST (Nara Institute of Science and Technology), Osaka University, Doshisha University, dan SNJ (Shinjuku Japanse Institute)” terang Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum saat ditemui Rabu (21/05)

Lebih lanjut Kasiyarno, memaparkan, Jepang merupakan Negara Maju, punya teknologi yang canggih, Negara yang peduli terhadap lingkungan, dan Jepang kental dengan budaya membaca. Itu kenapa kami memilih Jepang untuk kerja sama.

Wakil Rektor II Muhammad Safar Nasir, M.Si, menambahkan. Ada 3 point penting yang kami temukan ketika berada di Jepang. Pertama, Universitas di Jepang mempunyai penataan yang bagus, baik dari segi lingkungan, pelayanan, dan unit-unit bisnis. Di sana serba teknologi dan mandiri. Kedua, Bangunan fisik Kampus hemat energi. Ketiga, Jepang teguh memegang erat kebudayaan mereka. Ketiga point tersebut yang ingin kami terapkan di Kampus UAD kelak.

Wakil Rektor I, Dr, Muhlas, MT yang mewakili dari Fakultas Tekhnik Industri mengungkapkan rencana mengirimkan dosennya untuk melanjutkan studi S3 di NAIST dan kerja sama dalam pengembangan robotik.

Selanjutnya, Dekan FKM, Rosyidah, MPH., dan Drs. Aris Thobirin, M.Si, Dekan FMIPA menyampaikan juga berencana kerja sama dengan 5 universitas yakni Tottori University, TUES (Tottori University of Environmental Studies), NAIST (Nara Institute of Science and Technology), Osaka University, serta Doshisha University dalam bentuk joint research, visiting lecturer, doctoral degree, dan student exchange.

Kepala KUI, Ida Puspita, MA. Menambahkan, Dalam waktu dekat ini akan ada kunjungan dan MoU dengan Shinjuku Japanese Institute ke UAD.

”Seluruh kerja sama yang telah direncanakan diharapkan dalam waktu dekat dapat ditindaklanjuti dan segera terealisasi” terang Kasiyarno (MCH)

70 Santri Hafiz Pondok Pesantren Al-Amin Madura ke UAD

Rabu (21/05), Pondok Pesantren kunjungi Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara berlangsung di Masjid Darussalam Kampus I UAD di Jalan Kapas 09. Semaki. Yogyakarta.

Kujungan yang diterima langsung oleh Biro Akademik dan Admisi (BAA) tersebut juga disambut langsung oleh Ustadz Waharjani, M.Ag. selaku Kaprodi Tafsir Hadits Fakultas Agama islam UAD.

Selain memperkenalkan Profil UAD, dalam sambutan Waharjani juga memperkenalkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh UAD terutama mengenai Fakultas Agama Islam UAD selanjutnya disampaiakn juga pola kehidupan islami yang diterapkan di UAD demi terwujudnya Moral and Intellectual Integrity.

Ustadz Ahmad Robi Darwis, selaku Staff Pengajar di Ponpes al-Amin sekaligus Ketua rombongan acara tersebut menuturkan, ”Yang ikut dalam acara Studi Banding ke UAD ini totalnya ada 70 Santri Putri dan 13 Ustadz/Ustadzah Pendamping” terangnya.  

Lebih lanjut Robi menambahkan. Santri yang ikut dalam rombongan merupakan santri kelas III tingkat SMA dan MA yang sudah lulus UAN dan hafal al-Qur’an 30 Juz.”

“Tujuan Ponpes al-Amin ke Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta inilah untuk studi banding serta untuk memotivasi para santri agar punya minat untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Harapan kami agar UAD mempunyai program Beasiswa penuh untuk para hafidz dan hafidzah (penghafal al-Qur’an).” Ungkap Robi mengakhiri. (MCH)

UAD Bekali Mahasiswa Asing Dengan Budaya

Sabtu (17/05), di Auditorium Kampus I UAD Jalan Kapas No.09, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta Universita Ahmad Dahlan (UAD) adakan acara “Program Pembekalan Kepulangan Mahasiswa Asing” yang selanjutnya disebut sebagai acara perpisahan/pelepasan.

Acara tersebut diprakarsai oleh Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD bekerjasama dengan Kaprodi Sastra Inggris, PBSI, Ekonomi, MIPA, Darmasiswa UAD dengan mengusung tema “Menghidupkan Kembali Legenda Indonesia”

Ditemui di akhir acara, Ibu Ida Puspita, S.S., M.A. Selaku Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD menuturkan, “Mahasiswa asing yang hadir dalam acara tersebut ada 100 orang, diantaranya 23 dari Thailand, 5 dari Filipina, 2 dari India, 66 dari China, 1 dari Uzbekistan, 1 dari Iraq, 1 dari Timur Leste, dan 1 dari Turki.

Lebih Lanjut disampaikan, “Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk melepas mahasiswa asing UAD yang akan pulang ke negara masing-masing setelah selesai menuntut ilmu di UAD. Mereka juga termasuk bagian dari keluarga besar UAD. Kedatangan mereka disambut, kepulangannya juga harus diantar dan diberi bekal.”

Acara yang banyak menampilkan kebudayaan serta legenda di Indonesia tersebut dihadiri oleh Rektor, Wakil Rektor, Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA), Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (PPB), serta para dosen Darmasiswa Universitas Ahmad Dahlan.

“Kami berharap setelah diadakan acara ini dan sesampainya mereka di negara masing-masing, para mahasiswsa asing tersebut dapat menceritakan hal-hal yang baik yang telah mereka rasakan selama belajar di UAD dan kedepannya mereka dapat mengajak banyak mahasiswa asing untuk belajar di UAD.” Ungkap Ida Puspita, S.S., M.A. mengakhiri. (MCH)

Rekatkan Kekeluargaan Dengan Makrab Gabungan

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indeonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta gabungkan tiga organisasi yaitu HMPS PBSI, Teater JAB dan Kreskit dalam malam keakraban (makrab) 3 pilar.

Kegiatan yang diketuai oleh Bina Bani Mutaqin (HMPS PBSI) ini merupakan kegiatan yang kedua setelah tahun lalu juga dilaksanakan makrab 3 pilar yang sama. Dengan mengambil tema “Satukan 3 Pilar Kobarkan Jiwa Militan”, Bani berharap dengan adanya makrab ini akan semakin memperlacar kinerja HMPS, JAB dan Kreskit kepengurusan tahun ini.

Makrab yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 17-18 Mei 2014 ini merupakan agenda yang diharapkan bisa menjadi agenda tahunan HMPS PBSI sebagai wujud silaturahmi dan pengeratan antara HMPS dengan Lembaga Setingkat Organisasi (LSO) yang ada dibawahnya yaitu Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) dan Kreativitas Kita (Kreskit). Khairul Umam selaku ketua HMPS PBSI mengaku senang dengan terwujudnya acara tersebut. Dia berharap semoga kegiatan ini akan semakin merekatkan antara HMPS, JAB dan Kreskit.

Acara yang diselenggarakan di Villa Griya Taruna, Kaliurang, Yogyakarta ini tidak hanya menjadi kegiatan senang-senang saja, tetapi juga diselingi dengan pemberian materi  terkait dengan kepemimpinan (leadership) dan Emotional Spiritual Question (ESQ). Di akhir acara, Rona salah satu peserta mengaku senang. “Manis, asem, asin rame rasanya,” tuturnya singkat. (idj)

Teater dan Gending Jadi Satu Panggung?

Gending Bahana berduet bersama Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) isi Verity Show di Jogja Galery (12/5). Gending Bahana dengan gamelannya, teater JAB dengan tarinya. Mereka menjadi satu kesatuan dalam sebuah panggung meski berbeda organisasi.

Acara tersebut merupakan bentuk kerja sama yang di ajukan oleh Akademi Komunikasi Radya Binatama (AKRB) guna mensukseskan ujian mereka dengan menyelenggarakan siaran langsung. Acara tersebut mengangkat tema nasionalisme yang berjudul “Gumyak ing Negeri” dengan mengkolaborasikan Teater JAB dan Gending Bahana dalam satu panggung.

Faijah salah satu anggota teater JAB berharap kerja sama seperti ini tetap terjalin. Teater JAB sendiri merasa senang dengan kerja sama tersebut. “Dengan banya klink maka akan banyak ilmu yang di peroleh” terang Faijah.

Diakhir acara pihak AKRB mengucapkan banyak terima kasih atas kerja sama yang apik antara Teater JAB dan Gending Bahana UAD.  Mereka berharap kerja sama semacam ini akan terus berlanjut. (idj)