Kembali Alumni UAD Diminta Mengajar Di Thailand

Sebanyak 22 alumni dari 4 program studi yang akan mengajar di Thailand, di antaranya dari Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) 10 alumni, Sastra Inggris 5 alumni, FAI 6 alumni, serta 1 alumni dari Pendidikan Matematika. “Mereka akan mengajar selama satu tahun, ditempatkan di berbagai sekolah yang sudah MoU dengan UAD,” ungkap Drs. Hendro Setyono, M.M.,  M.Si Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Hendro menambahkan, pada tahun 2013, UAD mengirim 9 alumni. Alhamdulillah pada tahun ini meningkat menjadi 22 alumni. Beberapa minggu sebelum para alumni diberangkatkan ke Thailand, mereka mendapat pelatihan bahasa Thailand dan pembekalan yang dilaksanakan oleh KUI dan BIMAWA.

Wakil Rektor (WR) IV Prof. Drs. H.M. Sarbiran, M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya meminta agar para alumni bisa membawa diri dan bekerja dengan baik. Diharapkan di sana dapat memperoleh kesuksesan ganda, yakni kesuksesan untuk diri sendiri dan kesuksesan untuk UAD, sehingga program "Alumni Mengajar di Thailand" dapat semakin berkembang pada tahun-tahun selanjutnya.

Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Ida Puspita, M.A.res. menegaskan bahwa permintaan alumni UAD untuk mengajar juga datang dari Kamboja. “Pada saat ini sedang proses komunikasi untuk mencapai kesepakatan,“ jelasnya, saat pelepasan Alumni UAD yang akan mengajar di Thailand di ruang sidang kampus 1. Senin (28/4/2014). Acara tersebut dihadiri oleh Pimpinan Universitas, Fakultas, Prodi, dan Biro. (Doc)

Opening Ceremony Gebyar FKIP 2014

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta selenggarakan Opening Ceremony Gebyar FKIP tahun 2014 pada Sabtu, 26 April 2014 di depan Hall Kampus 2 UAD dengan sangat meriah.

 “Acara ini merupakan agenda tahunan dan program kerja pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP tahun ini. Selain itu, agenda ini juga menjadi ajang silatirahmi dengan berbagai HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi), LSO (Lembaga Setingkat Organisasi), demisioner dan semua organisasi-organisasi lain di UAD,” tutur Rizki Prasetyo selaku ketua panitia.

Acara yang didukung penuh oleh UAD dan seluruh organisator FKIP ini dibuka langsung oleh Wakil Dekan FKIP Dr. Suparman, M.Si., DEA., dengan pelepasan beberapa balon sebagai simbol pembukaan. Kemudian, acara dilanjutkan dengan berbagai pertunjukan diantaranya tari, musik, pembacaan puisi dan pantomim. Selain pembukaan yang sangat meriah nantinya Gebyar FIKP ini akan menyajikan berbagai perlombaan mulai dari lomba futsal putra dan putri, basket putra dan putri, pembuatan dan presentasi media pembelajaran, penulisan esai, lomba pentas seni, jalan sehat, dan stand up comedy.

Tidak hanya melibatkan mahasiswa sebagai target kegiatan, namun Gebyar FKIP ini juga melibatkan masyarakat umum seperti, donor darah, seminar nasional dan tabligh akbar yang sedianya akan diselenggarakan hingga awal Juni. Untuk mensukseskan acara ini keluarga besar BEM FKIP sangat berharap adanya kerjasama dari berbagai pihak dan mengikuti perlombaan yang akan diselenggarakan. Informasi bisa dilihat di @GebyarFKIP2014, Facebook: Gebyar FKIP UAD, bisa juga menghubungi HMPS masing-masing atau datang langsung ke sekretariat BEM FKIP di Kampus 2 UAD. (idj)

UAD adakan Workshop Tracer Study

Sabtu (26/04), UAD adakan Workshop tentang Tracer Study atau disebut juga Workshop Penelusur Alumni Program Studi (PAP). di Hotel Wisanti. Jalan Taman Siswa No. 79 Yogyakarta.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) UAD yang bekerjasama dengan BISKOM UAD. Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari masing-masing Program studi baik itu karyawan ataupun dosen yang bertugas untuk mengelola Web Tracer Study nantinya.

“Diharapkan setelah diadakan acara ini, para peserta bisa mengelola dan mengaplikasikan web Tracer Study yang diperuntukkan untuk para alumni UAD ini dengan baik dan benar”. Ungkap Bapak Hendro Setyono, S.E, M.Sc selaku Kepala Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Tujuan Tracer Study itu sendiri ialah sebagai media informasi terkait perkembangan dan pengembangan kampus, sebagai database alumni, sebagai alat evaluasi untuk melihat relevansi antara perguruan tinggi dengan dunia kerja dan yang terpenting yakni sebagai sarana evaluasi akreditasi perguruan tinggi. (MCH)

Mengenal Lebih Dekat Sosok KH Ahmad Dahlan Melalui Novel

“KH Ahmad Dahlan adalah sosok yang kharismatik, cerdas, jenius, visioner, revolusioner, serta inspiratif. Keberadaannya mampu memberikan pencerahan bagi umat serta menginspirasi banyak kalangan” Kata Syaiful Bahri (33) Penulis novel “Secret From Ahmad Dahlan” dalam acara Bedah Novel. Rabu (23/04) di Aula PDM Kota Yogyakarta. Jalan Sultan Agung 14 Yogyakarta.

“Salah satu bukti yang menegaskan kecerdasan dan kejeniusannya (Ahmad Dahlan) ialah ketika dia membenarkan arah kiblat dengan kompas miliknya. Inilah salah satu rahasia kejeniusan Ahmad Dahlan yang diuraikan di dalam novel Secret From Ahmad Dahlan.” Sambung Syaiful.

Acara yang diselenggarakan oleh LSBO PDM Kota Yogyakarta bekerjasama dengan UAD tersebut selain dihadiri Syaiful Bahri (Penulis Novel) juga dihadiri oleh Adnan Katino (Novelis dan Pemilik Hikam Pustaka Group) pembedah buku.

Ditemui diakhir acara, Muhammad Nur Romdhon (33) selaku sekretaris LSBO PDM Kota Yogyakarta sekaligus panitia acara menjelaskan, tujuan diadakannya acara ini adalah untuk menepis anggapan masyarakat yang mengatakan muhammadiyah kering akan seni serta cenderung anti terhadap seni.

Lebih lanjut M. Nur Romdhon menyampaikan, melalui acara ini kami ingin membuktikan bahwa anggapan tersebut salah. Muhammadiyah tidak anti terhadap seni bahkan cenderung untuk senantiasa melestarikan kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia di mulai dari tingkat ranting hingga pusat, selama seni tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.

Peserta yang hadir dalam acara tersebut datang dari kalangan pengurus pimpinan Muhammadiyah baik dari tingkat ranting hingga tingkat daerah, ada juga dari kalangan pengurus ortom Muhammadiyah serta Warga Muhammadiyah. (MCH)

UAD Terbitkan Novel Tentang Ahmad Dahlan

“Alhamdulillah, Atas berkat rahmat Allah dan dukungan dari UAD, setelah terkendala selama empat tahun dalam penulisan. Akhirnya novel ini dapat diterbitkan dan dibaca banyak orang dengan harapan semoga para pembaca lebih mengenal sosok Ahmad Dahlan serta visi-misinya terutama dalam konteks tekhnologi“ ungkap Syaiful Bahri, penulis novel “Secret From Ahmad Dahlan”.

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta. Bukan sebuah rahasia lagi, bahwa Nama Universitas Ahmad Dahlan diambil dari nama sosok pendiri Muhammadiyah yang sangat kharismatik, KH. Ahmad Dahlan. Dengan harapan dipakainya nama tersebut, UAD mampu menelurkan Dahlan-dahlan muda yang mampu berkiprah dan memberi pencerahan bagi umat.

KH Ahmad Dahlan merupakan sosok yang sederhana, kharismatik, cerdas, jenius, visioner, serta inspiratif. Keberadaannya mampu memberikan pencerahan bagi umat serta menginspirasi berbagai golongan.

Syaiful Bahri (33) alumnus Fakultas Sosiologi UGM ini merupakan salah satu anak muda yang sangat terinspirasi oleh sosok Ahmad Dahlan terutama dibidang pemikiran dan teknologi. Hal inilah yang mendorong dirinya untuk menuliskan karakter Ahmad Dahlan ke dalam bentuk novel sederhana.

Melihat potensi dan harapan ini, UAD bekerjasama dengan Yayasan Akar Rumput ( Komunitas yang menaungi penulis) menerbitkan sebuah Novel karya Syaiful Bahri tersebut. Novel yang  menggambarkan sosok Ahmad Dahlan dengan konteks Teknologi Mutakhir diberi judul “Secret From Ahmad Dahlan” .

Alhamdulillah, Atas berkat rahmat Allah dan dukungan dari UAD, setelah terkendala selama empat tahun dalam penulisan. Akhirnya novel ini dapat diterbitkan dan dibaca banyak orang dengan harapan semoga para pembaca lebih mengenal sosok Ahmad Dahlan serta visi-misinya terutama dalam konteks tekhnologi “ ungkap Syaiful Bahri. (MCH)

Kartini ala FemaleDev di UAD

 

Dunia Information Technology alias IT bukan monopoli pria saja melainkan Sudah banyak perempuan pakar IT di dunia, tidak terkecuali di negara kita.  FemaleDev, komunitas developer alias programmer perempuan merupakan komunitas wanita yang mempunyai bakat maupun minat di dunia IT. Meski perempuan tapi soal kemampuan dalam bidang programming tidak diragukan lagi.

FemaleDev hadir untuk mengajak dan menumbuhkan semangat IT bagi perempuan di Indonesia. Perempuan yang tergabung dalam organisasi FemaleDev tersebut punya cara sendiri untuk menyambut hari Kartini, yang jatuh pada tanggal 21 April 2014. Sebuah acara bertajuk FemaleDev Kartinian dengan mengambil tema “ Make Change Happen” yang diselenggarakan komunitas perempuan IT FemaleDev bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Acara yang berlangsung di Hall Kampus 3 UAD Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH Janturan Yogyakarta, dihadiri Dekan Fakultas Teknologi Industri UAD (Kartika Firdausy, S.T., M.T.), Dr. Ratna Wardani serta  kartini- kartini IT gabungan dari Perguruan Tinggi yang ada di Yogyakarta seperti UGM, UNY, UAD dan UTY.

Dekan FTI UAD ibu Kartika Firdausy, S.T. M.T.,  menyanpaikan dalam sambutannya, kegiatan FemaleDev tersebut merupakan bukti nyata untuk mematahkan mitos bahwa perempuan tidak bisa berkiprah di  dunia teknologi. Di era persaingan global ini para perempuan yang menekuni dunia IT dituntut untuk meningkatkan soft skill serta kemampuan dalam bidang teknologi, guna memberi sumbangsih bagi bangsa Indonesia. Acara FemaleDev juga digelar di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Madura, Medan, Makasar, dan Pontianak.

Selain tersebut, pada kesempatan tersebut juga melaunching aplikasi pertama yaitu informasi Panti Asuhan di DIY berbasis maps untuk memudahkan mereka yang akan mendonasikan 2,5% rejeki mereka, aplikasi ini dibuat oleh Osiany Nurlansa (UNY), Merlinda Wibowo (UAD), Rhapsanty Propeliena (UTY), Maharany Firdhausya (UGM), Achicha Wahyunani (UAD), dan Pingkan Prisilia (UGM). Aplikasi kedua berbasis game tentang matching baju adat nusantara Indonesia. Game ini bernama “Kartika fashion” yang diperuntukkan untuk anak usia 3 sampai 5 tahun dengan desain yang sangat menarik untuk anak-anak dengan tujuan menanamkan nilai budaya pada anak-anak agar tidak terlalu terbawa arus kebarat-baratan dan melupakan budaya asli bangsanya sendiri. (Doc)

Mahasiswa UAD Raih Prestasi lagi dalam Festival Timur Tengah 2014

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional pada acara Festival Timur Tengah (FTT) ke-IV yang diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) pada 14-16 April 2014 di Kampus UI Depok, Jawa Barat. Tema yang diangkat dalam acara tersebut ialah “Kemilau Warna Negeri Matahari Terbenam”.

Tim mahasiswa UAD didampingi oleh dosen pendamping Abdul Malik, S.S., M.Hum. meraih Juara 2 Lomba Debat Bahasa Arab Nasional tingkat Mahasiswa se-Indonesia. adalah Ahmad Luqman Hakim Prodi Bahasa dan Sastra Arab, Al-Muallim Prodi Bahasa dan Sastra Arab, dan Fahmi Humaidi Abdillah Mahasiswa Fakultas Farmasi yang berhasil mengharumkan nama UAD di kanca nasional.

“Ini adalah kedua kalinya UAD berpartisipasi dalam FTT UI” terang Abdul Malik. Sebelumnya pada acara yang sama, UAD pernah meraih juara 1 pada pada Lomba Membaca Puisi Berbahasa Arab, dan juara 2 Membaca Berita Berbahasa Arab

Lebih lanjut Abdul Malik menyampaikan, Tim Debat UAD mungkin kecewa karena gagal meraih juara pertama. Namun saya berharap mereka berbesar hati karena lawan yang dihadapi di Final adalah juara bertahan tahun lalu sekaligus Juara debat bahasa Arab tingkat ASEAN yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” ujar Abdul Malik.

“Mudah-mudahan tahun depan prestasi UAD bisa lebih baik lagi,” harapnya kemudian. (Doc)

Dosen FAI UAD Menjadi Juri FTT 2014

Festival Timur Tengah (FTT) tahun 2014 yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) memberikan kebanggaan tersendiri bagi kontingen Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan (FAI UAD). Selain keberhasilan meraih juara II dalam lomba debat pada festival tahunan berskala nasional tersebut, salah seorang dosen FAI, Abdul Malik, S.S, M.Hum, terpilih menjadi juri dalam lomba puisi berbahasa Arab.

Pemilihan tersebut dilakukan berdasarkan penilaian terhadap bidang keahlian masing-masing calon anggota tim juri dan rekomendasi dari staf ahli kepanitiaan FTT yang terdiri dari sejumlah duta besar negara-negara Timur Tengah untuk Indonesia, budayawan, dan guru besar bidang kesusastraan Arab. Dalam hal ini Abdul Malik adalah dosen mata kuliah Kajian Puisi Arab pada Program Studi Bahasa dan Sastra Arab FAI UAD terpilih menjadi juri.

Selain itu, prestasi UAD pada FTT tahun lalu yang menyabet juara I untuk lomba puisi dan juara II untuk lomba baca berita juga berpengaruh terhadap penilaian.

“Menjadi juri pada saat tim yang saya bimbing menjadi peserta lomba adalah beban berat. Saya harus berusaha keras untuk menjaga profesionalitas dan netralitas, terutama ketika utusan UAD tampil,” ujar Abdul Malik saat ditemui.

Dosa Sosial 2014*)

Oleh Hendra Darmawan

Pemilihan Umum (pemilu) adalah sarana untuk memperbaiki arah kepemimpinan Nasional, regenerasi, mengembalikan Indonesia sesuai dengan cita-cita the Founding Fathers, menjadikan Indonesia Negara yang berdaulat, sejahtera, adil dan makmur. Partisipasi masyarakat tidak terkecuali pelajar sebagai pemilih pemula sangat menentukan harapan masa depan itu. HPL, hari perkiraan lahir dalam kontek pemilu 9 April 2014 adalah HPL bagi kepemimpinan nasional yang baru. Regenerasi lima tahunan dalam konteks kepemimpinan nasional harus terjadi. Estafet kepemimpinan itu harus disambut oleh calon pemimpin pengganti baik itu dari kalangan yang lebih muda atau tua.

Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), R. Siti Zuhro optimis bahwa angka Golput pada Pemilu 2014 tidak akan berada di angka 50 persen. Siti memperkirakan angkanya akan berada pada 30-an persen. Angka tersebut masih bisa ditekan seminimal mungkin jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) mau blusukan ke daerah-daerah hingga kepelosok-pelosok sekalipun untuk mensosialisasikan pemilu (web.antara.com). Dia katakan, 60 persen kantung-kantung suara itu berada di daerah-daerah, bukan di kota-kota urban atau provinsi. Karenanya, meskipun adanya sikap apatis dan tidak percaya lagi publik terhadap politikus dan pejabat negara, intensitas sosialisasi akan bisa memobilisasi masyarakat untuk mencoblos pada Pemilu mendatang.

Momentum 2014 menempatkan pelajar sebagai pemilih pemula yang digadang-gadang suaranya juga menentukan arah kepemimpinan nasional, arah legislasi dan yang pasti menjadi incaran banyak para caleg dan aktivis partai. Dalam tradisi sekolah masa lalu ada konsul-konsul perdaerah, embrio kepempiminan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dimunculkan dari bawah (grass root). Ada banyak pelajar senior yang diidolakan dan dapat menjadi kandidat ketua OSIS mewakili konsulnya, atau kelasnya masing-masing. Sistem keterwakilan, pencalonan, pendelegasian telah menjadi tradisi yang melekat pada siswa kala itu. Entah tauladan itu apakah masih eksis hari ini atau tidak sebagai proses pendidikan politik sejak dini. Para guru, kepala sekolah dan pihak-pihak terkait termasuk didalamnya komite sekolah, sangat berkesempatan untuk melakukan pendidikan politik jauh-jauh hari sebelum 2014. Isu tanggung jawab politik intelektual dalam hal ini pelajar yang juga menjadi pemilih pemula harus menjadi mainstreaming, isu yang diarusutamakan. Pelajar tidak lagi ditakut-takuti bahwasanya politik itu kotor, politik itu jahat. Ibn Khaldun (2012), menegaskan dengan gamblang hanyalah manusia sebagai makhluk Allah yang satu-satunya diberi potensi untuk berpolitik. Sehingga berpolitk harusnya menjadi manifestasi tertinggi dari prilaku terbaik  manusia, akhlak manusia, etika manusia. Dengan terejawantahkannya akhlak karimah itu maka politik menjadi sesuatu yang mulia.

Tan Malaka muda, Sukarno muda, Sjahrir muda telah mencontohkan bagaimana pelajar harus melek realitas, melek politik dan melek kebijakan. Model debat semu yang biasa diselenggarakan bagi mahasiswa Fakultas Hukum, perlu dikenalkan pada  pelajar, agar mereka tune in dengan isu-isu kebijakan pemerintah tentang pendidikan. Dengan pelajar melek isu politik pendidikan (politically literate), mereka tidak akan gamang realitas politik kekinian.

 

Pemilu Berintegritas

Pada tahun 2011, Electoral Integrity Group, mendeklarasikan keadilan Pemilu dengan judul “Towards an international Statement of Principles of Electoral Justice, terdiri atas 11 prinsip. Setahun kemudian Stockholm, global commission on election. Integrity dalam Pemilu, dalam laporan  Deepening Democracy: A strategy for Improving the Integrity of Elections Worldwide. Ramlan Surbakti mengutip laporan di atas (Kompas 10/02/2014) dan mengharap pemilu di Indonesia dapat mengusung prinsip-prinsip integritas. Kita menginginkan pemilu 2014 itu bernilai keteladanan dalam berpolitik bagi bangsa Indonesia. Sejak tahapan-tahapannya sampai penentuan siapa mereka yang terpilih oleh rakyat. Stephen L Carter (1999),  mendefinisikan integritas adalah “it is a journey not destiny”. Integritas adalah proses yang berkelanjutan dalam membangaun kapasitas baik individu maupun institusi dengan warna kebajiakan, keadaban public.

 

Dosa Sosial

Jauh sebelum Gustavo Gutierez mendeliberasikan teologi pembebasan, Rasyid ridha telah mempopulerkan Istilah dosa sosial (adz dzanbu al ijtimaiyyah) dipopulerkan oleh Syeh Muhammad Abduh dan ditulis ulang oleh muridnya Rasyid ridha dalam Tafsir Almanar Jilid 4 Surat Ali-Imran ayat 121. Keterangan itu terkait dengan upaya pembiaran sebagian kaum Muslimin terhadap mereka yang tidak konsisten berperang dan berjuang dijalan Alloh lalu meninggalkan medan perang karena tergoda dengan harta rampasan, meskipun mereka telah menang sekali dalam sebuah Ghazwah. Kaum muslimin tidak mengira bahwa kemenangan mereka atas campur tangan Alloh, sehingga mereka terlena dengan kemenangan yang baru sekali mereka raih. Mereka yang sadar dan tidak tergoda dengan kenikmatan sesaaat punya tanggung jawab untuk mengingatkan mereka, membangkitkan mereka dari kedzaliman, agar  kembali ke jalan yang lurus. Jika mereka yang sadar itu membiarkan, mereka telah melakukan dosa sosial.

Ada kesamaan istilah dipostulatkan Gutierez dan Ridha. Konferensi para bishop di Medellin yang menjadi cikal bakal tradisi teologi pembebasan tiba pada konsep dosa sosial (structure of sin).  Kemiskinan, ketertindasan, kebodohan adalah ekspresi tuhan dimuka bumi untuk menunjukkan dosa-dosa manusia. Keadaan yang demikian tidak boleh dibiarkan, karena pembiaran akan mengakibatkan dosa social.Konsep dosa social (social sins) yang lain diintrodusir oleh Gandhi. Salah satu dosa social menurut gandi adalah politik tanpa prinsip (Politics Without Principle). Politik tanpa prinsip inilah yang kita waspadai dan harus menjadi concern kita bersama. Jangan sampai pendidikan politik tidak terjadi dan hanya terjebak pada politik transaksional,demokrasi “wani piro”, dan kebusukan-kebusukan yang lain.

 

Partisipasi, Hindari dosa sosial

Perubahan paradigma, bahawasanya hanya melalui jalur politiklah obsesi-obsesi keummatan, public dapat dengan cepat terwujud. Tidak heran kalo akhir-akhir ini ada pragmatisme sesaat yang dilakukan kalangan tertentu baik oleh caleg maupun partai politk yang sejak lama tidak pernah dekat dengan rakyat, dengan konstituennya, baru akhir-akhir ini mendekat kembali demi meraih apa yang disebut status quo-terpilihnya kembali (re-elected) mereka dalam pileg atau pemilu 2014. Ikatan emosional, ikatan primordial dan terlebih ikatan patronase antara calon pempimpin dan calon konstituennya. Trust, kepercayaan antar kedua belah pihak adalah modal utama pemimpin dalam memulai karir politiknya. Sekali ia mengkhianati konstituennya, kepercayaan yang diembankan masyarakat padanya sulit untuk ditebus dalam waktu dekat. Meskipun kadang ingatan masyarakat sangatlah pendek, kadang tidak mengambil pelajaran dari kejadian sebelumnya, sehingga suara hanya digadaikan pada kepentingan sesaat, uang alakadar dan rela kedaulatan diabaikan. Ini dua hal yang paradox yang potensial menjadi dosa sosial pasca pemilu 2014, harus kita hindari dan antisipasi, camkanlah!.

 

*) Dosen PBI FKIP Univ. Ahmad Dahlan, mahasiswa American Studies, Graduate School of GMU.

Dunia Digital dan Pendidikan Karakter

Dwi Sulisworo. Wakil Direktur Pascasarjana UAD

 

Bulan April hingga bulan Juli merupakan bulan-bulan yang dianggap kritis oleh orang  tua. Hal ini karena pada periode itu latihan ujian dan ujian akhir sekolah dilaksanakan. Orang tua sibuk untuk memberikan pelajaran tambahan pada anak-anaknya dengan berbagai les, baik privat maupun tidak. Satu tujuan yang diinginkan adalah anak memperoleh nilai terbaik untuk sekolah berikutnya. Aktivitas ini akan terlihat secara rutin tahunan pada orangtua di Indonesia secara kebanyakan. Ini bukan hal yang salah hanya perlu dikaji kembali apakah benar pendidikan anak-anak kita akan seperti ini.

Di sisi lain perkembangan dunia maya dengan dorongan dari teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah lingkungan belajar secara dramatis. Teknologi ini sesungguhnya telah membagi masyarakat menjadi dua generasi yang memiliki cara pandang yang berbeda. Generasi pertama adalah masyarakat yang dilahirkan sebelum era digital atau dikenal dengan digital immigrant. Generasi kedua dilahirkan setelah era digital atau dikenal sebagai digital native.  Digital immigrant dicirikan dengan kemampuan literasi TIK yang rendah, tidak cepat menyesuaikan diri dan cenderung melihat TIK bukan suatu kebutuhan penting. Sebaliknya pada digital native memiliki literasi TIK yang tinggi, cepat menyesuaikan diri dan merasa TIK sangat penting dalam kehidupan mereka.

Dalam pendidikan di sekolah cara pandang ini mewarnai cara-cara pengelolaan pendidikan. Para guru yang notabene mewakili generasi digital immigrant akan berbenturan dengan siswa yang mewakili digital native. Kalimat-kalimat seperti ‘siswa dilarang membawa HP dan tablet di sekolah’, ‘saat pelajaran semua laptop dimatikan’, dll. adalah tanda adanya perseteruan antara kedua generasi yang berbeda pandangan ini. Tentu banyak alasan yang dapat digunakan untuk pembenaran atas berbagai fenomena ini. Namun jelas dapat dikatakan ada orientasi baru yang harus dilakukan dalam proses mendidik anak-anak kita dengan benar sesuai zamannya.

Semua orang mengakui bahwa TIK telah membawa kemudahan dalam memperoleh pengetahuan apapun. Dengan TIK sesungguhnya siswa dapat belajar dengan teman dari belahan dunia lain, dengan para ahli dalam bidangnya, memperoleh pengetahuan yang dapat lebih tinggi dibandingkan para guru-gurunya, dan lain sebagainya. Kita juga tahu bahwa pengetahuan yang kita ajarkan kepada anak didik kita akan segera menjadi usang begitu anak-anak kita menjadi dewasa dan masuk di dunia kerja, di dunia nyata. Hal ini karena pengetahuan berkembang terus menerus. Sehingga kemampuan beradaptasi dan mempelajari hal yang baru menjadi sangat penting dengan tidak terkungkung pada pengetahuan lama yang kita pelajari.

Dengan lingkungan seperti itu, sebagai akibatnya adalah fokus pendidik tidak pada seberapa banyak pengetahuan yang telah dipelajari. Apalagi terjebak pada menilai kinerja belajar anak sekedar pada seberapa tinggi nilai ujian sekolahnya. Karena semua itu akan segera menjadi usang saat mereka dewasa. Semua itu tidak dapat diwariskan. Yang jauh lebih penting adalah mendidik mereka sehingga memiliki karakter dan moral yang baik.

Kemampuan untuk belajar dengan cepat, kemampuan bekerja sama, kemampuan peka sosial, keberagamaan yang baik adalah hal yang dapat menjadi kekuatan untuk berdiri tegak bagi anak-anak kita. Peran guru perlu diorientasikan ke pembentukan karakter dan moral, dorong dan bantu anak-anak mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan TIK yang sesuai dengan dunia mereka. Perubahan tatakelola pendidikan di sekolah seperti ini tentu memerlukan pemikiran bersama dari orang tua dan guru-guru di sekolah. Namun tentu bukan suatu yang mustahil dengan semangat untuk menjadikan anak-anak kita sebagai tonggak kemajuan bangsa ini dalam menyongsong Indonesia emas. Jangan salahkan mereka sebagai digital native yang berbeda dengan kita. Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya.