Pelatihan Farmasi: Menggali Potensi Diri, Percaya Diri, Melatih Performance Dunia Kerja

Fakultas Faramasi adakan Pelatihan dunia kerja apoteker. Acara yang berlangsung pada hari Kamis dan Jum’at tanggal 1 dan 2 Agustus 2013 di Ruang Profesi Lantai 2 Fakultas Farmasi Unversitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut diisi oleh Trainer Nasional Risma Kusumanendra dari Cristal Indonesia Manajemen.

Dalam pelatihan ini calon apoteker diberikan bekal kesiapan pasca kampus baik dalam menghadapi dunia kerja maupun mempersiapkan diri menjadi enterpreneur. Materi meliputi Leadership, Integritas, Teamwork, Entrepreneurship, Spiritual of life dan Attitude dalam menghadapi  masalah dalam dunia kerja.

Apoteker sebagai bagian terpenting dari tenaga kesehatan memiliki wewenang khusus dalam setiap proses yang berhubungan dengan obat. “Obat-obatan harus dikelola dengan baik mulai dari proses produksi, distribusi, sampai pelayanannya. Sehingga terjamin kualitas obat dari bahan awal obat sampai obat itu dikonsumsi. Untuk itu, dibutuhkan sebuah intelektualitas, integritas, leadership dan moralitas dari seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya.” ungkap Farida selaku Dosen Farmasi

Lebih lnjut Ibu Farida menjelaskan, bahwa Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UAD sebagai salah satu perguruan tinggi yang mencetak lebih dari 300 apoteker baru setiap tahun sangat konsen dalam pembinaan intelektualitas dan integritas agar apoteker lulusan UAD. “Dengan adanya pembinaan intelektualitas, integritas, leadership dan moralitas diharapkan Apoteker lulusan UAD mampu bertugas dengan baik dan mampu menghadapi tantangan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Apoteker” harapnya.

            Dalam hal intelektualitas secara akademis telah dilalui dalam proses perkuliahan dan Praktek Kerja Profesi Apoteker baik di apotek, Rumah Sakit, dan Industri Farmasi. Maka sebagai penyeimbang bekal integritas dan leadership diadakanlah Pelatihan Softskill dengan tema “Menggali potensi diri, percaya diri, melatih performance dunia kerja” untuk Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Angkatan XXIV tahun 2013 yang akan dilakukan pengambilan sumpah profesi apoteker pada 7 September 2013.(doc)

Membentuk Karakter Siswa dengan Musikalisasi Puisi

Penulis adalah Karyawan UAD

pengamat pendidikan dan arranger Musikalisasi Puisi

Puisi merupakan karya sastra yang paling padat dan paling pendek dari pada karya sastra lainnya. Lepas dari itu, puisi merupakan hasil renungan dari endapan sebuah peristiwa atau permasalah yang terjadi pada seorang pengarang. Renungan inilah yang menjadikan sebuah puisi lebih bermakna. Tapi membaca puisi tidak sekedar membaca surat kabar atau karya sastra seperti cerpen dan novel. Memahami puisi tentu tidak segampang membalikkan telapak tangan, sekalipun setiap pembaca bebas dan tidak ada keterikatan dalam mengartikan sebuah puisi. Meskipun begitu, simbol dan mitafor yang ada dalam puisi lebih sulit diartikan daripada karya sastra lainnya, terlebih bagi siswa atau pembaca awam.

Kesulitan memahami puisi tidak hanya terjadi pada siswa, tapi juga tidak sedikit seorang guru kesulitan memahami dan mengajarkan puisi kepada murid. Hal tersebut dikarenakan seorang guru bahasa Indonesia tidak secara khusus belajar karya sastra khususnya puisi saat kuliah. Ada tiga komponen yang biasanya dipelajari seorang guru bahasa Indonesia saat kuliah, yaitu pendidikan, bahasa dan sastra.

Lepas dari itu semua. Kita kembali pada pembahasan tentang puisi, tentang puisi yang sulit dipahami oleh siswa. Meskipun begitu, tidak sedikit siswa yang senang dengan puisi meskipun jenis puisi diafan (puisi dapat dengan mudah mengetahui isi atau maksud puisi yang dibacanya). Hal inilah yang membuat siswa tidak banyak berpikir keras dalam memahami puisi. Berdeda saat seorang siswa membaca puisi yang banyak mengandung simbol atau mitafor-mitafor. Mereka dituntut berpikir keras untuk memahaminya, dengan begitu mereka (siswa) dibentuk karakternya sejalan dengan pemahaman yang semakin berkembang dari kemauannya. Hanya saja tidak banyak siswa yang mau bekerja keras untuk membaca puisi-puisi yang sulit untuk dipahami. Sebab itu, puisi-puisi berbobot jarang dibaca dan proses pembentukan karakter siswa menjadi dangkal. Oleh sebab itu, untuk membantu siswa memahami puisi, Musikalisasi Puisi menjadi media yang paling enak diterapkan.

 

Musikalisasi Puisi   

Musikalisasi Puisi mungkin masih terdengar asing di teliga kita. Tapi tidak apa-apa. Penulis tidak ingin membahas itu. Musikalisasi Puisi merupakan gabunga atau perkawinan antara musik dan puisi, sebagian orang mengatakan Musikalisasi Puisi sebagian menyebut musik puisi.

Ada tiga jenis fariasi dalam Musikalisasi Puisi yang banyak dipentaskan beberapa tahun terakhir, yaitu. Puisi yang dinyanyikan secara penuh, Puisi yang dibaca diiringi dengan musik, dan puisi yang dibaca dan dinyanyikan. Tak masalah akan menggunakan fariasi yang mana, yang harus dipahami adalah bagaimana puisi itu lebih mudah ditangkap pesannya oleh siswa dan tidak membosankan bagi penikmat puisi.

Unsur musik dan puisi akan menjadi satu kesatuan utuh sehingga siswa yang mendengar akan lebih enak dan tidak begitu asing, karena unsur musik sendiri sudah bukan hal yang asing bagi kebanyakan orang terlebih untuk siswa. Di Musikalisasi Puisi, musik akan mengangkat puisi itu sendiri untuk membantu menyampaikan makna yang paling dalam sekalipun bagi pendengarnnya. Siswa akan lebih gampang memahami dan menghafalnya dengan penyuguhan Musikalisasi Puisi.

Sesuatu yang di dengar terus menerus akan mempengengaruhi bagaimana dia berpikir. Jika Musikalisasi Puisi menjadi media belajar untuk pelajar puisi tentu juga akan berdapak baik bagi perkembangan karakter siswa. Selain mendengarkan mereka (siswa) juga bisa diajak membuat Musikalisasi Puisi sendiri dengan puisi yang telah ditentukan tentunya.

Penulis berharap media Musikalisasi Puisi menjadi salah satu alternative bagi guru untuk pembelajaran puisi. Selain Musikalisasi Puisi juga ada alternative lain yaitu dramatisasi puisi. Musikalisasi Puisi adalah salah satu dari banyak cara untuk membentuk karakter siswa, agar menjadi penerus bangsa berkarakter dan kritis. Semoga.

Pemimpin Generik Organik Di Era Mabuk Demokrasi

Panji Hidayat, M.Pd

Dosen UAD

 

Demokrasi melahirkan pemimpin yang ingin memimpin negeri yang indah ini, namun banyak pemimpin yang belum mempunyai jiwa kepemimpinan karena di era demokrasi ini pemimpin pemenang pemilu sangat tendensius dan kebijakannya selalu afiliatif dengan partai pengusungnya sehingga banyak sekali ironi yang menyebabkan pemerintahan ini berjalan tersendat. Demokrasi yang diidam-idamkan ini bak jauh panggang dari api (mabuk demokrasi) karena hanya melihat suara mayoritas daripada minoritas yang berkualitas, sehingga opini yang dibangun adalah pemimpin yang dipilih masyarakat langsung dan masyarakat mempercayakannya untuk menjadi pemimpin meskipun dia menjadi pemimpin transaksional pada sejumlah elit politik atau pengaruh pihak asing. Perlu diingat pula pesta akbar lima tahunan sekali ini menelan biaya yang sangat tinggi yang yang finalnya justru APBN negara semakin membengkak. Sehingga hutang semakin menumpuk dan menumpuk yang justru negara ini akan limbung, terpuruk, serta kemungkinan akan bangkrut total. Untuk itulah marilah Indonesia memilih 2014 mampu meminang pemimpin yang mampu menyelamatkan bangsa ini.   

Seorang pemimpin yang ideal haruslah seorang yang mempunyai kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem yang baik. Pemimpin yang negarawan lahir dari masyarakat yang cerdas. Pemimpin yang negarawan berpikir untuk generasi bangsa selanjutnya, tetapi pemimpin pemenang pemilu berpikir untuk pemenangan partai politiknya Masyarakat yang cerdas secara politik tidak harus menempuh pendidikan tinggi. Masyarakat yang cerdas secara politik bisa cukup dengan dibangun rasionalitas politiknya. Masyarakat yang cerdas politik bisa cukup dengan dibangun kesadaran politiknya. Dengan modal rasionalitas dan kesadaran politik inilah, masyarakat akan mampu memilih pemimpin sejati. Selama proses demokrasi berlangsung yang terjadi justru pembodohan dan pendangkalan kesadaran politik masyarakat. Elite politik mengajarkan masyarakat dengan politik uang, mendidik masyarakat dengan pragmatisme dan oportunisme, mengajarkan masyarakat berperilaku korup dan bertindak amoral, membangun politik devide et impera varian baru. Dari itulah saatnya dimunculkan pemimpin generik organik untuk mengatasi bangsa yang sedang krisis kepemimpinan ini.

Pemimpin adalah laksana obat yang dapat menyembuhkan borok-borok kumulatif di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini dan mampu menyadarkan masyarakat dari mabuk berat demokrasi. Pemimpin generik adalah pemimpin yang mempunyai kemampuan sama dari pemimpin yang lain terutama (shidiq, amanah, tabliq, dan fathonah), berpenampilan biasa, sederhana, dan bersahaja, diterima oleh masyarakat dari lapisan atas sampai bawah (dikenal masyarakat karena komunikasi yang baik), mempunyai kemampuan dalam memimpin dan berwawasan luas, mampu menyelesaikan masalah jangka pendek dan panjang. Sedangkan pemimpin organik adalah pemimpin asli pribumi yang ingin memperbaiki bangsanya sendiri karena dikehendaki oleh masyarakat dengan endegenous knowledgenya,tidak afiliatif pada kepentingan satu partai atau non partai, belum terkontaminasi elit politik dan tidak berpolitik praktis, mempunyai kualitas asli personality bukan hanya pencitraan, serta selalu memberi manfaat dan nasehat dari setiap perilakunya.

Pemimpin generik organik inilah yang perlu digali melalui pendidikan dengan melihat historis yang sudah berlalu demi kebangkitan Indonesia agar tidak semakin luluh lantak dan ditelan bumi atau hanya menjadi sejarah dunia bahwa Indonesia pernah ada dalam peta dunia. Untuk menciptakan itu semua ayo para elit politik, janganlah terus berperang opini atau menciptakan konflik berkepanjangan sementara pihak luar menertawakan. Janganlah menjadi musuh bangsa sendiri marilah bersatu wujudkan negara Baldatun Toyyibun wa Rabbun Ghafur yang kita cita-citakan bersama bukan merebut kekuasaan semata dengan menghalalkan segala cara. Ingatlah bahwa kepemimpinan adalah sebuah amanah yang tanggung jawabnya bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada Allah, Sang Maha Pencipta.

Meraih Kemuliaan Hidup Bersama Al-Quran

Oleh: Hermanto, M.Hum.

                Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan berjuta nikmat. Hal ini tentunya dikarenakan kitab suci Al-Quran diturunkan pada malam “lailatul qadar” yang penuh rahmat. Kitab suci Al-Quran adalah kitab suci yang memiliki kemuliaan yang berisi tentang petunjuk kehidupan, pengarah langkah, pijakan setiap amal, tolok ukur, serta barometer dalam segala hal. Petujuk Al-Quran digaransi “terjamin” kesempurnaannya dan terjaga kemurniannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 185:“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan menjadi pembeda (furqan, antara yang haq dengan yang bathil)”.

                Adanya krisis kehidupan terjadi ketika Al-Quran ditinggalkan. Mereka kembali jika tidak ada lagi solusi. Berarti Al-Quran sebagai “cahaya kehidupan” yang seharusnya menjadi pemandu langkah, baru diambil ketika “tersandung dan jatuh” Umar bin Khathab mengingkatkan, “Barangsiapa menjadikan Al-Quran di depannya maka akan membawanya ke surga. Barangsiapa membelakangi Al-Quran maka akan mendorongnya ke neraka.

                Tentunya ada alasan-alasan yang menjadi dasar utama mengapa Kita harus hidup bersama Al-Quran. Pertama, Al-Quran memuat segala aturan kehidupan kita, jawaban atas segala masalah. Allah Sang Maha Pecipta, Yang Maha Mengetahui seluruh ciptaan-Nya dan segala seluk beluknya yang sangat rinci. Allah yang paling pantas menentukan aturan. Sebagai sebuah gambaran saja. Sebuah produsen yang membuat kendaraan bermotor ketika meluncurkan sebuah produk ke pasaran pasti dilengkapi dengan dengan buku petunjuk penggunaan dan perawatan agar kendaraan tersebut berjalan baik, benar, awet, dan bermanfaat secara luas. Bagi konsumen yang patuh terhadap petunjuk dijamin motornya akan selalu awet dan tahan lama serta dapat berfungsi dengan baik. Dan sudah pasti bagi yang konsumen yang tidak patuh atau ngeyel, sudah dapat dipastikan pasti kendaraan tersebut akan rusak.

                Manusia diciptakan Allah dilengkapi dengan aturan berupa “penggunaan dan perawatan”. Bagi mereka yang tertib aturan dijamin akan “awet” dan akan menuai keberhasilan, lancar, dan bermanfaat dunia akhirat.

                Kedua, Al-Quran petunjuk kehidupan yang terjamin keasliannya. Tahan uji dari berbagai penyelewengan, perusakan, pemalsuan, dan pembelokkan makna. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi: Kami telah menurunkan Al-Quran dan Kamilah yang senantiasa menjaganya. Allah juga berfirman pada surat Al-Fushilat ayat 42 yang berbunyi Yang tidak datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang.

                Ketiga, terbukti mukjizat Al-Quran mudah dihafal, dipahami, dan tentunya diamalkan. Banyak ulama dan hafidz yang selalu menjaga kemurnian Al-Quran. Tumbuhnya mujaddid (pembaharu) yang mengembalikan kemurnian Islam. Tumbuh suburnya TPA, TPQ, TK Al-Quran. Maka satu huruf yang diganti, atau dipalsukan pasti Allah akan membeberkan kejahatan para pemalsu itu.

                Keempat, Al-Quranlah undang-undang kehidupan yang paling pas bagi manusia dan seluruh alam. Berpijak di atasnya tidak akan tersesat selamanya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam surat Al-Isra ayat 9, Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. Rasulullah Saw bersabda, “Aku tinggalkan untukk kalian dua perkara yang apabila berpegang kepadanya niscaya tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al-Quran dan Sunah.”

Refleksi Puasa dan Tantangan Berperilaku Jujur

Oleh: Khusnul Hidayah*

Alkisah diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar, suatu hari ia melakukan perjalanan bersama Khalifah Umar bin Khathab dari Madinah ke Mekah. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan seorang anak gembala yang tampak sibuk mengurus kambing-kambingnya. Seketika itu muncul keinginan Khalifah untuk menguji kejujuran si gembala. Kata Khalifah Umar, “Wahai gembala, juallah kepadaku seekor kambingmu….”

Dengan lantang si gembala menjawab “Aku hanya seorang budak, tidak berhak menjualnya” kata sipegembala

“Katakan saja nanti kepada tuanmu, satu ekor kambingmu dimakan serigala” lanjut Khalifah. Kemudian si gembala menjawab dengan sebuah pertanyaan “Lalu, di mana Allah?”

Khalifah Umar tertegun karena jawaban itu. Sambil meneteskan air mata ia pun berkata,
“Kalimat ‘di mana Allah’ itu telah memerdekakan kamu di dunia ini, semoga dengan kalimat ini pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak”

Kisah di atas banyak menjadi inspirasi ketika bercerita tentang  gambaran pribadi yang amanah, jujur menjalankan kewajiban dengan disiplin yang kuat, tidak akan melakukan kebohongan walau diiming-imingi dengan keuntungan materi. Berkebalikan dengan  cerita di atas, pada tanggal 9 Juli yang lalu Transperency Internasional Indonesia merilis Global Corruption Barometer 2103 yang menginformasikan 5 lembaga publik terkorup di Indonesia, yakni Kepolisian, parlemen, peradilan, Partai politik dan Pejabat Publik.  Ironis memang, lima lembaga yang disebutkan di atas sejatinya adalah pengemban amanah utama dalam pengelolaan negara, akan tetapi realitasnya tidak menggambarkan citra yang mereka sandang.

Berpuasa, utamanya di Bulan Ramadhan, sejatinya adalah kawah candradimuka melalui disiplin yang kuat selama satu bulan penuh bagi pribadi muslim untuk mengimplementasikan nilai-nilai amanah, dan kejujuran guna meretas sebelas bulan yang lain. Selain menahan dari nafsu makan-minum, biologis juga menahan nafsu tamak dan serakah, Refleksi  terpenting dalam ibadah shaum adalah kujujuran diri kepada Allah SWT.

Selama 1 bulan, setiap individu Muslim tidak peduli kaya, miskin, jenis kelamin, pangkat dan kedudukan, dituntut untuk bersikap jujur kepada Tuhan karena ini adalah ibadah yang sangat pribadi antara manusia dengan Rabbnya. Bisa jadi orang tersebut berbohong mengatakan puasa kepada orang lain dan lingkungannya untuk menjaga wibawa padahal sejatinya tidak. Dia bisa berbohong kepada orang lain namun tidak pada Tuhan.

Kejujuran yang diajarkan dalam berpuasa akan melahirkan perilaku Ihsan, perilaku agar manusia ikhlas beramal semata kepada Allah. Sebagaiman Nabi SAW pernah ditanya jibril perihal pengertian ihsan? maka jawab Beliau: “Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, sekalipun engkau tidak dapat melihatNya, namun Dia tetap melihatMu (HR Bukhari).

Menghadirkan Wajah  Tuhan ketika Ramadhan berlalu?

Sudah jamak dilihat ketika ramadhan usai, maka individu pun tak lagi mengenal wajah Tuhannya bahkan menjauh dari perilaku ihsan. Mereka yang terbiasa berperilaku korupsi, suap dan perilaku tidak jujur lainnya akan kembali mengulang kebiasaanya, tak berbekas sedikitpun hikmah kesalehan yang dilakukannya selama berpuasa. Semestinya nilai-nilai kejujuran dapat diimplementasikan dalam pola gerak keseharian kehidupan baik selama ramadhan dan setelah ramadhan usai.

  Untuk itu diperlukan penghayatan Ihsan dalam kehidupan yang bisa dicapai dengan menghadirkan wajah Allah dalam melakukan kesalehan individu maupun kesalehan sosial seperti dalam cerita anak gembala di atas. Kesalehan individu dilakukan dengan memelihara ibadah kita kepada Allah, seperti shalat, dzikir, dan ibadah lain yang berhubungan dengan Allah.  Sementara kesalehan sosial tercermin dari tanggungjawab sosial terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu yang merupakan simbol orang-orang lemah (al mustadz’afin) sebagai konsekuensi dari peribadatan kepada Allah. 

Empati kepada kaum lemah ditujukan bukan karena pencitraan diri tapi semata-mata karena ingin mengharap RidhaNya. Disinilah relevansi ibadah puasa dalam Bulan Ramadhan menjadi sangat penting, karena lewat puasalah manusia diajarkan untuk jujur baik kepada diri sendiri, lingkungan  dan terutama kepada Allah dalam setiap amalnya. Kehilangan kejujuran akan mendatangkan kepemimpinan diri yang kurang amanah dan cenderung korup. Tipisnya jiwa amanah akan mengakibatkan tipisnya iman dan membuat orang mudah terjermbab dalam jurang korupsi.

 

*Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi UAD

dan Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengembangan PP ’Aisyiyah (LPPA)

SYUKUR, IKHLAS DAN SABAR: Kunci Keberhasilan Berpuasa

Oleh: Dra. Salamatun Asakdiyah, M.Si.

(Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan)

 

            Berpuasa dalam Bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh orang muslim dengan menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat lainnya. Perintah berpuasa ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh: 183-184 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa yaitu dalam beberapa hari tertentu

            Setiap orang yang berpuasa selalu berharap bahwa puasanya akan diterima oleh Allah SWT. Namun dalam menjalankan ibadah puasa banyak godaan, cobaan dan tantangan yang dihadapi, baik yang berasal dari internal orang tersebut yang terkait dengan karakter jelek yang dimiliki oleh manusia maupun dari eksternal yang berasal dari lingkungan baik keluarga, tetangga, tempat bekerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh orang berpuasa untuk berbuat kebajikan seperti banyak membaca Al-Qur’an dan banyak bersedekah. Semua yang dilakukan oleh orang yang berpuasa akan tergantung kepada iman, kemurnian niat dan keikhlasan yang semua berada dalam hati. Sedangkan sesuatu yang berada di dalam hati hanya Allah yang maha mengetahui. Selain itu, dengan bersyukur dan bersabar dalam berpuasa akan meningkatkan kualitas puasa seseorang sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas iman seseorang.

            Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah sehingga manusia selalu berkeluh-kesah dalam menghadapi kesulitan hidup. Seperti ditegaskan dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-21 yang dinyatakan bahwa manusia diciptakan dengan sifat keluh-kesah dan kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia akan berkeluh-kesah dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir. Demikian pula pada saat berpuasa kadang-kadang orang lupa berkeluh-kesah, sehingga akan mengurangi kualitas dalam berpuasa. Oleh karena itu, sebagai manusia yang beriman maka harus selalu berkhusnudhon kepada Allah, bahwa apapun kesulitan atau kesusahan yang menimpa seseorang selalu ada hikmah yang memiliki sisi kebaikan bagi orang tersebut.

            Dengan demikian, bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini menjadi penting untuk dilakukan oleh setiap orang karena Allah akan menambah nikmat lebih banyak lagi kepada setiap orang yang bersyukur. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim: 7 yang berbunyi: “Dan ingatlah, tatkala Tuhuanmu mempermaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” Oleh karena itu, terlepas dari berbagai godaan dan tantangan yang dihadapi dalam berpuasa, maka bersyukur merupakan salah satu sikap yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari baik dalam beribadah kepada Allah maupun beramal kepada sesama manusia, sehingga dengan bersyukur maka akan meningkatkan kualitas iman seseorang.

            Selain bersyukur, maka keikhlasan seseorang dibutuhkan dalam berpuasa karena ikhlas merupakan sikap dan perilaku yang menjadi pondasi dari iman seseorang. Allah tidak akan menerima suatu awal perbuatan tanpa dikerjakan secara ikhlas. Perintah untuk ikhlas ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah: 5 yang berbunyi: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (dengan ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, yang demikian itulah agama yang lurus” Dengan demikian, dalam berpuasa hendaklah memurnikan niat guna mendapatkan keridhoan Allah sehingga puasanya diterima oleh Allah SWT.

            Dalam berpuasa juga diperlukan kesabaran karena Allah akan menguji iman orang yang berpuasa dengan permasalahan yang dihadapi baik permasalahan yang berhubungan dengan pihak lain maupun dengan diri pribadi dan keluarga. Sabar merupakan sikap pasrah terhadap keadaan dan kesulitan yang dihadapi yang didahului dengan perjuangan atau ikhtiar secara terus menerus. Perintah sabar ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Imron: 200 yang berbunyi: “Bersbarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga”. Dengan demikian, dalam berpuasa diperlukan sikap sabar dalam menghadapi segala permasalahan dan cobaan yang ada. Dalam hal ini dibutuhkan sikap sabar yang menagndung T-7 yaitu: tenang, tahan, tabah, tekun, teliti, tanggulangi dan tawakal kepada Allah sehingga sabar akan meningkatkan kualitas iman orang berpuasa.Amin

Ramadhan Bulan Visioner

Panji Hidayat, M.Pd

Dosen PGSD UAD

Tidak terasa Ramadhan terus bergulir dan 10 hari yang kedua akan berakhir serta memasuki 10 hari yang terakhir. Begitu sangat istimewanya bulan Ramadhan sehingga umat muslim mengharapkan kehadirannya bahkan melihat historis sewaktu zaman Rasulullah SAW, para sahabat menginginkan semua bulan Hijriah adalah bulan Ramadhan yang selalu memancarkan cahaya keberkahan. Momentum istimewa yang penuh berkah ini Allah SWT langsung memberikan pahala bagi setiap amalan yang dilaksanakan kaum muslimin dengan melipatgandakan pahala semua amal ibadah.

Intensitas kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah sangat terasa di seluruh penjuru dunia. Bulan yang penuh maghfiroh ini masjid dan musholla penuh sesak dengan jamaah karena euforia Ramadhan yang membakar dosa-dosa. Tetapi setelah beberapa hari berlalu masjid sudah seperti biasa, dan hanya sedikit sekali yang istiqomah sampai akhir Ramadhan. Fenomena tersebut telah lama menjangkit di masyarakat seluruh penjuru dunia.

Memeriahkan malam Ramadhan bukanlah hanya melaksanakan keshalihan ritualitas saja, tetapi seorang hamba harusnya juga melaksanakan keshalihan sosial. Banyak yang mengekpresikan Ramadhan adalah malam semarak masjid dengan mengeraskan suara bacaan tadarus Qur’an melalui speaker luar (TOA) yang sudah membudaya di masyarakat. Padahal  membaca Alqur’an disunahkan dibaca dengan pelan, baik, tartil, serta mengetahui kandungan isinya, dan mengamalkan ajaran isi Al-Qur’an tersebut. Apakah hanya sekadar amalan-amalan sunnah seperti shalat tarawih, tadarus, i’tikaf, dan menjamurnya majelis ilmu yang mengidentifikasi Ramadhan? Itu hanyalah lahiriah semata padahal makna Ramadhan sangatlah komprehensif lebih dari itu.

 Menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan shalat malam serta banyak berdzikir dan bermunajat agar semua doa dikabulkan tanpa ada unsur transaksional kepada Allah Sang Maha Pemberi karena keyakinan “Iyyaka na’budu waiiya kanastain” telah tertancap dari sang hamba kepada Sang Khaliq bahwa manusia harus beribadah dulu baru meminta pertolongan-Nya. Aktivitas sosial yang sangat membantu masyarakat dengan banyak mengeluarkan shadaqah, infak, dan zakat adalah bentuk keshalihan sosial yang merupakan penyeimbang dari keshalihan ritual yang banyak membantu masyarakat.

Aktivitas kebaikan selama bulan Ramadhan yang dilakukan menjadi visioner untuk muslim dan muslimah agar melakukan kegiatan serupa di bulan-bulan selain Ramadhan dengan melakukan puasa sunnah baik puasa senin-kamis atau puasa yang dicontohkan Nabi Dawud sehingga ruh Ramadhan mendarah daging dan mewarnai setiap insan taqwa yang telah dididik di kawah Candradimuka Ramadhan. Jadi keistiqomahan dalam ketaatan kepada Allah sangat penting agar manusia selamat di dunia dan akhirat, tetapi hanya sedikit yang membawa keistiqomahan ini saat ruh telah meninggalkan raga ini. Sejatinya jika setiap insan menyadari bahwa hati menuntun pada kebaikan karena apabila menghadapi sikap galau “istafti qalbaka” mintalah fatwa pada hatimu. Allah juga melarang orang beriman merasa lemah dan bersedih seperti yang tertera dalam surat Ali Imran ayat 139 “ Dan janganlah kamu merasa lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika orang yang beriman”.  

Melaksanakan puasa Ramadhan bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban tetapi didasari keinginan untuk mencapai derajat takwa yang dijanjikan oleh Allah SWT, maka dengan datangnya puasa bersegeralah mencari ampunan-Nya yang sudah tentu jaminannya adalah surga yang luasanya seluas langit dan bumi dan terhindar dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Insya Allah, puasa ini Allah mengampuni dosa-dosa kita, memaafkan kesalahan kita, menjadikan diri kembali fitrah, dan memberikan tempat yang terbaik yaitu surga. Amien.

FTI UAD Gandeng 2 Perusahaan

Di ruang Serbaguna Kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dekan Fakultas Teknologi Industri UAD menandatangani Memorandum Of Understanding (MoU) dengan 2 Instansi sekaligus, yaitu PT. Citra Mandiri Sawita (PT. CMS) yang beralamat di Guntung-Indra Giri Hilir Propinsi Riau, serta CV. Truscoco yang beralamat di Malangjiwan Kidul Sewon Bantul Yogyakarta Rabu, (31/7/2013).

PT.Citra Mandiri Sawita dengan direktur Budi Wiyarno,ST.MT adalah perusahaan nasional yang bergerak dibidang agroindustri dengan fokus pada industri kelapa sawit dan turunanya. Secara umum perusahaan memiliki empat devisi bidang usaha, antara lain devisi perkebunan, devisi pengolahan, devisi perdagangan dan devisi kontraktor.

PT Citra Mandiri Sawita konsisten dalam upaya pengembangan pengelolaan industri berbasis agro yang didukung oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dalam bidangnya yang owner, direktur beserta stafnya adalah alumni FTI-Teknik Kimia UAD.

Budi Wiyarno selaku Direktur Utama PT Citra Mandiri Sawita mengatakan, tempat riset, sudah kami sediakan 10 hektar tanah untuk menunjang perkembangan dan inovasi. “Kami berharap UAD dapat bisa memanfaatkan” harapnya.

Sedangkan CV. Truscoco merupakan industri pengolahan tempurung kelapa yang diproses melalui pembakaran untuk menghasilkan arang tempurung kelapa yang berkualitas tinggi. Untuk  kedepannya melalui MoU ini dari  2 dosen Teknik Kimia FTI – UAD, Ir. Siti Jamilatun, M.T. dan Martomo Setyawan, S.T., M.T  akan memberikan konsultasi dalam perancangan alat pengembun (condensor) dalam upaya memanfaatkan asap hasil pembakaran menjadi asap cair (liquid smoke) dan akan diolah lebih lanjut sebagai pengawet makanan. Selanjutnya kerjasama akan ditingkatkan dalam memberi nilai lebih pada arang tempurung kelapa menjadi arang aktif dan pengembangan prodik turunan kelapa lainnya.

Menurut Kartika Firdausy, kerjasama ini merupakan wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat, yang didukung oleh 4 (empat) program studi yang ada di Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan, yaitu Teknik Informatika, Teknik Industri, Teknik Kimia, dan Teknik Elektro.

Lebih lanjut Kartika Firdausy menuturkan, dengan adanya kerjasama ini diharapkan pelaksanaan Penelitian, Kerja Praktek, dan Kunjungan Industri mahasiswa lebih baik. dan mahasiswa dapat menerapkan pengembangan di bidang teknologi. Selain itu diharapkan bisa rekruitmen karyawan terutama dari Alumni Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UAD.

Dalam MoU ini Fakultas Teknologi Industri UAD, diwakili oleh Dekan FTI Kartika Firdausy, S.T., M.T., dari pihak PT. Citra Mandiri Sawita (PT. CMS) diwakili oleh  Direktur  Budi Wiyarno, S.T., M.Eng., serta dari CV. Truscoco diwakili oleh Pimpinannya Teguh Sayoto.(ns)

Team “Kandang Galau” UAD Raih Juara 2

Lomba Malang Cyberpark Web Design Competition 2013

“Kandang Galau” begitulah Nama Team dari Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Informatika (FTI-TI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang digawangi oleh Afriq Yasin Ramadhan dan Zudan Taufiq. Mereka berhasil meraih juara 2 lomba web design kategori Mahasiswa dengan mengalahkan 67 tim lainnya.

Lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Kominfo kota Malang dalam rangka peresmian Malang Cyberpark

Pengumuman pemenang dimulai dengan pembukaan dan peresmian Malang Cyberpark oleh  Menkominfo Tifatul Sembiring. Selain lomba poster dan web design, Dinas Kominfo kota Malang juga mengadakan lomba untuk anak-anak maupun masyarakat umum seperti lomba mewarnai, lomba menggambar, pameran teknologi, pagelaran budaya dan lain sebagainya.

Menurut Sitti Jamilatun, lomba web tidak hanya dalam bentuk web statis saja, tapi include sistem juga di dalamnya. “Pemenang lomba websitenya dipakai untuk website Dinas Kominfo kota Malang” tambahnya.

Pada lomba tersebut, peserta boleh menggunakan CMS dalam lomba web design tersebut. Pengerjaan website untuk lomba tersebut hanya dalam waktu 2 hari. Hari pertama membuat mockupnya kemudian diconvert menjadi HTML/CSS themes dengan menggunakan framework CSS twitter bootstrap Pengerjaan theme-nya untuk mempercepat pengerjaan dan mempersingkat waktu serta mendapatkan tampilan website yang responsive yang support diberbagai perangkat. Hari kedua  diconvert dalam bentuk wordpress theme.(Doc)

Menilik Ekonomi Selama Bulan Ramadhan

 

”Diskusi Ilmiah Ekonomi dan Buka Bersama”

Kerjasama ISEI dan FE UAD  

 

Aktivitas bulan Ramadhan berdampak nyata terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Sebagai contoh, penyajian takjil di masjid-masjid menjelang puasa. Hal ini tentu berdampak pada industri makanan, khususnya skala mikro dan kecil. Demikian pula aktivitas berjualan minuman dan makanan di sepanjang menjelang maghrib akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat. Selanjutnya aktivitas ekonomi, khususnya dalam industri ritel, juga meningkat signifikan.

Kondisi tersebut dapat dilihat dari aktivitas yang terjadi di sejumlah pertokoan. Hal yang sama juga terjadi di pasar tradisional, transaksi juga meningkat signifikan. Secara keseluruhan aktivitas bulan Ramadhan dan menjelang hari lebaran berdampak positif, namun juga berdampak negatif khususnya inflasi. Berdasarkan hal tersebut maka perekonomian di bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Lebaran layak untuk didiskusikan, sebagai acara menjelang buka bersama.

Atas dasar hal tersebut pada hari Senin, (29/72013) Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta laksanakan diskusi ekonomi dan buka bersama bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kegiatan diskusi mengambil tema “Ekonomi Bulan Ramadhan dan Lebaran” dengan pembicara Eko Witoyo SE (Disperindagkop DIY); Arif Budi Santoso, SE (Perwakilan BI DIY); dan Rai Rake Setyawan, SE., Gd.Bus, MSA (Dosen FE UAD). Diskusi ekonomi dimoderatori oleh Ronny Sugiantoro, SE., MM (Wakil Pimpinan Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat).

Kegiatan yang berlangsung di Ruang Sidang UAD kampus 1 Jl Kapas No 9 Yogyakarta. tersebut dihadiri oleh pengurus ISEI Cabang Yogyakarta dan perwakilan anggota ISEI Cabang Yogyakarta, serta dosen Fakultas Ekonomi UAD. Hadir juga Dekan FE Dra. Salamatun Asakdiyah, M.Si dan dibuka oleh Rektor UAD Dr. Kasiyarno. M.Hum

Pada kesempatan tersebut Kepala Disperindagkop & UKM DIY akan membahas pasokan dan distribusi sembako di bulan Ramadan di DIY. Dari paparan materi ini diharapkan diperoleh informasi pasokan dan stok sembako untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Demikian pula system distribusi sembako agar dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat. Sedangkan Kepala Perwakilan BI DIY akan menjelaskan pengendalian inflasi di bulan Ramadan di DIY. Pengendalian ini dilakukan agar inflasi tidak cenderung melambung.

"Tentu BI DIY telah mempunyai berbagai instrumen pengendalian inflasi untuk kasus bulan Ramadan di DIY. Sedangkan Dosen FE UAD, Rai Rake Setyawan, SE MBus akan memaparkan mengenai dampak ekonomi, selama Ramadan," paparnya.

Salamatun Asakdiyah menyatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dosen (sharing ilmu pengetahuan) serta aplikasinya dalam bidang ekonomi, terutama berkaitan dengan bulan Ramadhan dan lebaran. Selain itu dengan adanya diskusi dan buka bersama ini akan mempererat tali silaturahmi dan mengembangkan jaringan antara anggota ISEI, UAD, dan lembaga pemerintah maupun swasta di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

”Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Yogyakarta secara rutin menyelenggarakan diskusi ekonomi dan buka bersama setiap tahun. Biasanya topik diskusi disesuaikan dengan kondisi bulan Ramadhan dan suasana menyambut lebaran” terang Wakil Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta, Y Sri Susilo dalam sambutannya.(Doc)