Puasa Itu Menyehatkan

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

 

Apa hubungan WHO (World Health Organisation)—salah satu lembaga di bawah United Nations (Perserikatan Bangsa-bangsa/PBB)—dengan ibadah puasa? Secara kasat mata, hubungan di antara keduanya jelas tidak ada. Namun, dalam salah satu rumusan WHO yang terkait dengan kesehatan psikis, ibadah puasa memiliki peran yang cukup penting. Menurut WHO, seorang manusia dinyatakan sehat psikis apabila memenuhi delapan syarat.

Kedelapan syarat itu adalah (1) dapat menyesuaikan pada kenyataan secara konstruktif meskipun kenyataan itu buruk, (2) dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan, (3) merasa lebih puas memberi daripada menerima, (4) bebas dari rasa tegang dan cemas, (5) dapat berhubungan dengan lingkungan secara tolong-menolong dan saling memuaskan, (6) dapat menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran di hari belakang.

Kemudian (7) dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian secara kreatif dan konstruktif, dan (8) mempunyai daya kasih sayang yang besar di samping mempunyai keinginan untuk disayangi. Kesemua syarat itu agaknya bisa dipenuhi dengan berpuasa secara baik dan benar. Melalui puasa, kita, umat Muslim, diajarkan untuk memberikan kasih sayang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Contoh sederhana, pemberian ta’jil atau hidangan berbuka puasa di masjid atau mushola bagi seluruh jamaah. Bagi pemberi ta’jil, kepuasan batin dapat terpenuhi dengan memberikan ta’jil kepada mereka yang berpuasa dan hendak berbuka di waktu yang tepat. Sebaliknya, bagi penerima ta’jil, kepuasan batin dapat terpenuhi dengan menerima ta’jil secara “apa adanya”. Dengan demikian, baik bagi pemberi maupun penerima ta’jil sama-sama berpuas diri.

Selain itu, dengan berpuasa, kita menjadi lebih tenang dan terjaga dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai puasa. Biasanya kita suka ngobrol ngalor-ngidul dan mungkin membicarakan aib orang lain; pada saat puasa kita justru mengurangi dan menggantinya dengan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah, seperti tilawah, dzikir, membaca buku-buku agama, dsb. Ketenangan merupakan kebutuhan rohani yang perlu kita cukupi selama hidup ini.

Di samping ketenangan, melalui puasa, kita dididik untuk memiliki sikap kecukupan diri (qanaah) atas rezki yang diberikan oleh Allah swt. Hemat saya, sikap qanaah itu penting, mengingat arus kehidupan kita saat ini cenderung diukur dari segi kebendaan atau materi. Adalah salah apabila kita berpandangan bahwa orang kaya itu memiliki rumah mewah dan harta banyak. Sebab, kemewahan harta tidak menjadi jaminan hidup orang itu bahagia.

Pungkasnya, puasa memiliki peran penting bagi kesehatan psikis kita yang secara ikhlas menjalaninya. Dengan berpuasa, kita pun dapat meraih kebahagiaan sejati guna meraih ridho-Nya. Menurut sebuah hadis, kebahagiaan orang yang berpuasa itu terletak pada dua hal, yaitu saat berbuka puasa dan berdoa kepada Ilahi Robbi. Dengan doa yang disertai puasa, kelak kebutuhan rohani seorang Muslim dapat terpenuhi secara maksimal. Semoga itu yang terwujud![]

Perkusi Kehidupan

Panji Hidayat

Dosen Universitas Ahmad Dahlan

Bersyukurlah kita karena diciptakan sebagai manusia, makhluk terakhir yang paling sempurna. makhluk ciptaan Sang Pencipta yang mempunyai pembawaan masing-masing (nature). Penciptaan manusia bukanlah sebuah permainan, tetapi diberi tugas sebagai mandataris dalam mengelola alam semesta. Di samping sebagai mandataris manusia mempunyai kewajiban untuk beribadah sekaligus memakmurkan bumi dengan menciptakan suatu peradaban. Manusia tidak ditinggalkan begitu saja di bumi ini kecuali juga dilengkapi dengan empat potensi yaitu potensi insting, pancaindera, akal pikir, dan keagamaan yang simultan sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya. Keempat potensi tersebut berkolaborasi yang menjadikan manusia mengalami perkembangan berbeda dalam berbagai dinamika kehidupan karena berinteraksi dengan lingkungannya (nurture).

Hidup adalah suatu hal yang tak pasti, tetapi kematian adalah suatu hal yang pasti. Sesuatu yang tak pasti menyebabkan orientasi manusia berbeda memaknai arti hidup. Ketidakpastian yang menyebabkan manusia berputar roda nasib dan rizki kehidupan. Kadang roda nasib berhenti lama di atas atau juga berhenti lama di bawah. Ada juga sebentar di atas dan cepat jatuh ke bawah bahkan sampai ke titik nadir. Tidak sedikit orang yang mengakhiri hidup disebabkan tidak kuat menghadapi problem kehidupan. Mereka menganggap itu merupakan solusi lari dari masalah kehidupan. Tetapi, ada juga terbangun dan tersadar bahwa di dalam dunia ini ada “The Perfect Being” mereka kembali mendapatkan energi ruhiah dan dadanya menjadi lapang dan menerima pahit, manis, getirnya kehidupan.

Dunia merupakan ladang kolektif untuk mengumpulkan amal kehidupan. Jadi hidup tidak sendiri karena sosial merupakan sarana untuk berlomba-lomba mencari puncak kehidupan yang bersifat pribadi. Ada yang jadi pendidik, dokter, pedagang, entrepreneur, trainer, dan buruh. Semua pekerjaan itu merupakan gift dan tidak bisa dipaksakan untuk menjadi yang diinginkan orang lain.  Tapi kadang mereka egois memaksakan kehendak dengan melakukan perilaku yang negatif, seperti mencuri, merampok, memerkosa, membunuh, dan tindakan negatif yang lain. Semakin bertambah usia manusia maka semakin stabil serta mudah menyesuaikan diri (stability), tetapi kadang menurut Driyarkara bahwa manusia mengalami proses menjadi dan tidak akan pernah jadi (Instability). 

Manusia mengharapkan kontinuitas dari kumulatif perkembangan sejak kelahirannya. Manusia pun ingin menjadi orang yang selalu baik sampai akhir hayatnya. Tetapi kadangkali orang yang dari kecil dididik dengan baik ternyata menjadi pelaku korupsi. Bahkan di akhir kehidupannya sangat tragis meninggal di tempat maksiat. Begitupun sebaliknya orang yang terkenal dengan keberingasannya tetapi dia menyadari perilaku buruknya sehingga kembali kepada kebaikan. Itulah diskontinuitas perkembangan manusia yang selalu menjadi perkusi kehidupan di dunia ini.     

Revitalisi Kultur untuk Indonesia Berhati Nyaman

Dani Fadillah*

Jika pahami secara lebih mendalam, Kultur adalah aktualisasi perilaku kita dalam kehidupan sehari- hari dalam menghadapi kenyataan yang ada di depan mata, sesuatu yang memiliki makna sebagai penandaan atas kenyataan itu. Juga kultur adalah sebuah dunia penghayatan atas hidup dengan melakukan keberpihakan pada kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kesucian dengan melakukan tindakan nyata pada nilai-nilai itu.

Sebuah kultur yang sehat merupakan acuan perilaku secara pribadi dalam besosialisasi guna memberi makna dalam kehidupan agar saling menghormati dalam martabat dan dalam perbedaan perilaku antar kelompok sosial dalam sebuah rumah besar yang ingin kita tinggali bersama dengan nyaman. Maka dalam timangan kultur sosial yang sehat jangan sampai ada seorangpun mendapat perilaku diskriminasi atas nama perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan untuk melahirkan sebuah peradaban yang beradab.

Lantas jika kemudian muncul pertanyaan tentang apa itu peradaban yang beradab, maka itu adalah suatu bentuk kristalisasi dari sikap saling menghormati antar individu sebagai manusia, sekali lagi, nilainya sebagai manusia. Peradaban yang beradab menjadi udara yang segar untuk kelanjutan nafas kehidupan untuk memperjuangkan pemerataan perekonomian, kesetaraan hak dan kewajiban warga negara, kesejatrahan, dan keadilan.

Kultur yang sehat akan memberi ruang tiap warganya untuk secara pribadi dan bersama dalam saling hormat untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya (dalam ilmu dan pengetahuan), kemampuan rasa dalam estetika, kemampuan refleksi asal usul hidup dan maknanya dalam yang suci sebagai kemampuan religius serta kemampuan menimbang tindakan baik dan buruk dalam etika.

Berjalan sebagai sosok indonesia bukanlah sebuah perjalanan tunggal, melainkan sebuah perjalanan dengan membawa suku, agama, ras, dan antar golongan yang sangat majemuk. Dan sosok indonesia itu mengenakan jubah NKRI, sebagai jubah yang telah disepakati menjadi harga mati oleh berbagai kalangan dan the great old mans yang paham betul bagaimana pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan untuk menjadi indonesia. Oleh karena itu di dalam keberagaman identitas tersebut harus ada spirit saling menghormati perbedaan, karena seandainya yang muncul adalah sifat anarkis dan hancurnya pensucian terhadap martabat sesama warga negara yang lahir adalah sebuah peradaban yang biadab.

Kesimpulannya, dalam praksis kehidupan yang dihayati dalam kemampuan memberikan  makna dan acuan nilai kebenaran, kesucian, kebaikan, dan keindahan dalam kehidupan, dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang beradab karena memiliki kemampuan cipta dan rasa dalam kehendak budi, akal, dan nuraninya.

Dan jika berlawanan dari itu maka yang lahir adalah peradaban yang biadab dengan hati yang seolah mengalami mati rasa. Efek sederhana yang dapat untuk dirasakan adalah pola berbahasa halus dan sopan yang tidak mendapat tempat. Bayangkan saja jika mulai dari anak-anak sampai orang tua sudah penuh dengan kosakata hewan dan anggota tubuh yang tabu untuk disebut-sebut. Jangan sampai kita lupa bahwa kultur yang sehat akan melahirkan sebuah bangsa yang sehat pula sehat, sedangkan kultur sakit akan jauh dari keberhasilan untuk menciptakan sebuah bangsa yang berhati nyama.

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan,

 

Puasa dan Asupan Gizi Seimbang

Drs. Sumarno, M.Sc. Apt,

Dosen Farmasi UAD

 

Bulan ramadhan umat islam menjalani puasa satu bulan penuh, di situ banyak terjadi ketidakseimbangan gizi. Hal tersebut disebabkan, banyak orang kurang dapat mengatur cara sahur dan berbuka karena kurang memahami aturannya. Selain itu, cara memilih bahan dengan  kandungan gizi atau nutrisi untuk santap sahur maupun berbuka kurang memadai. Walaupun beberapa surat kabar menyajikan menu berbuka dengan segala cita rasa dan aneka bentuk serta mutu tinggi. Tapi sayang sering tak terjangkau oleh masyarakat kurang mampu. Ada beberapa yang perlu diperhatikan pada bulan puasa.

Perhatikan Waktu Puasa

Puasa dimulai dari terbitnya fajar subuh dan berakhir ketika matahari terbenam. Allah Swt berfirman dalam surah Al-Baqaroh ayat 187: “Dan makan dan minumlah kalian hingga nampak bagi kalian benang putih dari benang hitam yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam”

            Dari perintah tersebut lama puasa diatur sesuai dengan batas kemampuan umat, sebab subuh pada saat sekarang lebih kurang jam  04,35 WIB, sehingga sahur yang dilakukan menjelang imsyak. Tetapi banyak orang yang melakukan sahur pada jam 02.00 atau jam 03.00 pagi. Karena itu waktu berpuasa lebih lama, bagi yang santap sahur lebih awal, dan magrib (sampai malam) saat sekarang lebih kurang lebih  jam 5,40 WIB.“Kami bersahur bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam kemudian kami berdiri untuk sholat. Saya berkata (Anas bin Malik yang meriwaytkan dari Zaid,.) :“Berapa jarak antara keduanya (antara sahur dan adzan)?”. Ia menjawab : “Lima puluh ayat”

            Bila dibandingkan dengan negara yang punya empat musim, maka negara yang mengalami musim panas waktu siangnya lebih panjang dan lama,  juga waktu puasanya akan lebih panjang. Waktu yang panjang tersebut cukupkah gizi dalam makanan yang dikonsumsi?

Waktu Berbuka

“Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.” (QS. Al-Baqaroh ayat 187)

“Adalah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam berbuka dengan beberapa biji ruthob sebelum sholat, apabila tidak ada ruthob maka dengan beberapa korma,dan kalau tidak ada korma maka dengan beberapa teguk air. (Berdasarkan hadits Anas bin Malik riwayat Abu Dawud dengan sanad hasan)

Ruthop atau kurma basah didahulukan dari kata kurma. Karena kurma basah akan lebih mudah dicerna sebab berair.

            Di tinjau dari ilmu  gizi dan  biokimia bahwa kurma berisi karbohidrat (glukosa dan fruktosa yang tinggi), masing-masing 19,5%, dan sukrose 23%. Bila dihitung total kalorinya adalah  270 k. kalor untuk tiap gram buah kurma. Fruktose dan glukose gula monosakarida yang mudah masuk dalam saluran darah, dan cepat menyebar keseluruh jaringan tubuh, karena itu rasa kelelahan kehabisan kalori dapat diatasi, tetapi sukrose agak lamban. Dengan demikian kita mengetahui betapa bijaksananya nabi Muhammad Saw, dalam menyampaikan pesannya untuk kemaslahatan umatnya.

Kecukupan Gizi

Kecupan gizi artinya makanan yang dikomsumsi, harus seimbang, agar tidak menyebabkan kegemukan, yang disebakan kandungan lemak darah terlalu tinggi. Kadar lemak yang tinggi akan menumpuk di jaringan adiposa. Sedangkan lemak yang dalam darah dan tidak tersimpan  menyebabkan terjadinya pengendapan di dinding korener bagian dalam, yang dapat mempersempit saluran darah, dapat menyebabkan jantung koroner. Lemak tidak saja dari lemak asli, tetapi dapat berasal dari metabolisme karbohidrat. Dalam Al-Qur’an telah diperingatkan oleh Allah Swt dengan firman-Nya: “Dan Janganlah kamu sekalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.“(QS. Al-An’am/6:141).

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan. (QS: Al-Isra/17:26-27)

            Dua ayat tersebut sangat jelas tujuaanya, kita tak boleh makan berlebihan sebab makan berlebihan meyebabkan pemborosan, dan pemborosan dilarang oleh agama. Sabda. Rasulullah Saw yang sejalan dengan firman Allah tersebut  adalah:

‘’Tidak ada suatu tempat yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan saja, asal dapat menegakkan tulang rusuknya. Tetapi bila ia terpaksa melakukannya, maka hendaklah sepertiga ( dari perutnya itu) diisi dengan makanan, sepertiganya dengan minuman dan sepertiganya lagi dengan nafasnya (udara, dikosongkan)” (HR. Imam Ahmad dan Turmudzi).

 

Walau puasa kebutuhan gizi tetap harus terpenuhi, sebagai contoh dalam tabel berikut:

 

Tabel  Kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kalori/hari)

Jenis kelamin anak

Umur

Tambahan energi

Anak laki-laki dan perempuan

10 – 14 tahun

15 tahun

16 – 18 tahun

2 kalori/kg berat badan

1 kalori/kg berat badan

0,5 kalori/kg berat badan

 

Mengapa anak-anak justru lebih banyak membutuhkan kalori. Karena, mereka dalam proses pertumbuhan.

 

Tabel hubungan aktivitas dan Energi Metabolisme Basal (EMB)

pada orang dewasa

Aktivitas

Laki-laki

Perempuan

Sangat tringan

1,30

1,30

Ringan

1,65

1,55

Sedang

1,76

1,70

Berat

2,10

2,00

EMB ini sangat dipengaruhi oleh, umur, aktivitas dan kelamin. Selain itu juga dihitung berdasar tetapan, yaitu 1 kal per kg BB per-jam (1 kal/BB/jam)  atau -perhitungannya : 1 kal x BB x 24 jam. Untuk anak umur 18 th, sehari semalam dibutuhkan  asupan makanan lebih kurang 1400 kalori. Kalori tersebut dapat disusun dari komposisi seperti berikut atau variasi lain:

               Tabel komposisi bahan pangan  harga kalori tiap gram

Komposisi Menu

Posen Bahan

Kalori Tiap Gram

Karbohidrat

60 %

4 kalori

Protein

20 %

9 kalori

Lemak

20%

4 kalori

             Sumber karbohidrat sangat bervariasi, seperti beras, ketela, jagung, gandum, ganyong, kentang, umbi-umbian. Sumber protein, selain daging, dari berbagai jenis binatang ternak,  unggas, dan  ikan laut maupun ikan tawar dapat pula dari telur unggas, atau bahkan dari kacang-kacangan. Tentu saja nilai kalorinya juga berbeda. Sedangkan lemak, selain minyak lemak nabati dapat juga lemak dari binatang ternak. Contoh sederhana untuk menghitung kebutuh kalori yaitu. 1 Gelas Nasi, 1 mangkuk sayur kacang (URT 50 gr), 1 potong Tempe (URT 25), 1 buah jeruk (URT 50), 1 potong, daging ayam (URT 50), dan 1 gelas susu (URT 200).

Contoh menu di atas mempunyai jumlah kalori 674.1 Kal, ini adalah salah satu menu makan siang, Untuk Rumah Tangga (URT),  padahal dalam puasa tak mungkin menyediakan makan tiga kali sehingga total akan dicapai 1400 Kal. Oleh karena itu sesuai ritme makan di bulan puasa dapat diatur menjadi tiga kali, ialah makan ketika berbuka, hanya berupa makanan dari kolak, roti dan buah belum dengan nasi kira-kira total menjadi 300 kal. Kemudian  sholat maghrib, dilanjutkan sholat taraweh, baru kemudian makan besar dengan jumlah kalori sampai 500 kalori, dan ditambah cemilan ketika bersantai dapat mencapai 200 kal, dan sisanya ketika bersahur lebih kurang 300 sampai 400 kal. Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

Puasa Lahirkan Pribadi Istimewa

 

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Tuan dan Puan, mengerti persamaan dan perbedaan antara batu bara dan batu permata? Awalnya, saya juga tidak mengerti sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Namun, setelah mendengar uraian dari Anies Rasyid Baswedan, (Rektor Universitas Paramadina, Jakarta) dan istri saya yang merupakan sarjana pendidikan kimia, barulah saya mengerti apa persamaan dan perbedaan antara batu bara dan batu permata. Simaklah uraian di bawah ini.

Menurut Anies, persamaan antara batu bara dan batu permata terletak pada unsur kimia keduanya. Baik batu bara maupun batu permata sama-sama berunsur karbon. Sementara itu, perbedaan keduanya ialah terletak dari ada-tidaknya tekanan. Permata memiliki tekanan yang cukup tinggi, sementara batu bara tidak memiliki tekanan sama sekali. Selain itu, permata dijual dengan ukuran gram, sedangkan batu bara dijual dengan ukuran ton.

Uraian Anies di atas lebih kurang sama dengan uraian dari istri saya. Istri saya menambahkan, karena memiliki tekanan yang tinggi, maka batu permata terbentuk sedemikian rupa. Sebaliknya, batu bara yang tidak memiliki tekanan yang tinggi, maka terbentuk sedemikian rupa pula. Ternyata, faktor tekanan memiliki pengaruh yang besar terhadap kedua benda tersebut, dan bahkan menentukan “suratan takdir” keduanya pula.

Lantas, apa hubungan soal batu bara dan batu permata dengan ibadah puasa di bulan Ramadan? Hemat saya, ibadah puasa menjadi salah satu sarana guna menuntun diri kita, selaku orang Muslim menjadi “batu permata” dalam kehidupan di masa kini dan mendatang. Dengan berpuasa, kita dididik (atau “ditekan”) menjadi orang yang pandai menahan hawa nafsu, baik nafsu makan-minum, syahwat, maupun godaan nafsu lainnya.

Dengan kata lain, melalui puasa kita seolah dilahirkan kembali menjadi pribadi-pribadi yang istimewa. Apa pasal? Sebab, puasa merupakan perintah dari-Nya yang diperuntukkan bagi orang-orang yang istimewa pula. Simaklah bunyi ayat Surah Al-Baqarah ayat 183: “Hai, orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu dapat menjadi orang yang bertakwa.”

Melalui ayat di atas, Allah swt memerintahkan kita untuk berpuasa apabila kita tergolong sebagai “orang-orang beriman”. Makanya, iman menjadi tolok ukur utama dalam ibadah puasa, khususnya di bulan Ramadan. Tanpa iman, ada orang Muslim yang tidak menjalankan ibadah puasa meskipun dirinya sehat wal afiat, bugar, dan tidak memiliki halangan apapun. Tanpa iman pula, ada pula orang Muslim yang tidak membayarkan zakat kepada yang membutuhkan.

Akhirnya, keistimewaan ibadah puasa terletak dari siapa orang yang menjalaninya, apa motivasi orang yang menjalaninya, serta manfaat apa yang akan didapatinya. Hanya orang-orang yang istimewa, hemat saya, yang dapat menjalani ibadah puasa dengan ikhlas dan penuh mengharap ridho-Nya. Semoga ibadah puasa dapat menjadikan diri kita, yang semula berlumur dosa dan hina, dapat menjelmakan diri menjadi pribadi yang istimewa. Amin.[]

Soft Competence Building Bagi Calon Pendidik

Ditulis Oleh: Ika Maryani, M.Pd.

Dosen PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan

 

Tuntutan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru di masa depan semakin tinggi. Tidak hanya kompetensi akademik dan pedagogik saja yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan sebagai guru professional. Akan tetapi, kompetensi sosial dan kepribadian yang merupakan bagian dari soft competence juga menjadi bagian penting dalam mewujudkan profesionalisme para guru. Internalisasi nilai positif terhadap siswa tidak cukup dilakukan melalui proses injeksi nilai saja melainkan guru harus mampu memberi contoh dan berperan sebagai living models.

Guru profesional dengan soft competence yang tangguh akan mampu menjadi teladan bagi pembentukan karakter siswa. Konsekuensi dari kondisi inilah, menurut pendapat penulis, menjadi alasan kuat mengapa Perguruan Tinggi sebagai penghasil calon guru diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan soft competence sebagai bekal menghadapi tantangan dunia pendidikan di masa yang akan datang.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Pendidik sebagai learning agent berperan sebagai motivator, fasilitator, serta harus dapat memberi inspirasi bagi peserta didik. Pendidik juga dituntut memiliki kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan potensi diri peserta didik.

Selain hal di atas, pendidik juga harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, arif, bijaksana, serta berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi tauladan bagi pembentukan karakter peserta didik. Penguasaan terhadap materi juga dibutuhkan oleh pendidik untuk mendukung fungsinya sebagai pembimbing bagi peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi sesuai dengan Standar Nasional. Pendidik sebagai bagian masyarakat juga harus memiliki kemampuan bergaul dan dapat berkomunikasi secara efektif.

Menurut teori dari beberapa ahli, soft competence atau yang sering dikenal dengan istilah soft skill merupakan keterampilan interpersonal yang berkaitan dengan Intellegence Quotient Emosional (EQ), karakter kepribadian, komunikasi, bahasa, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri unik yang berbeda dengan orang lain. Seseorang dengan soft competence yang tinggi akan memiliki keterampilan dalam berpikir logis dan analitis, mampu berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim, serta mampu memberikan resolusi atas konflik dan negosiasi.

Berangkat dari hal tersebut, saat ini mulai disadari oleh banyak perguruan tinggi, salah satu contohnya Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kesedaran tentang betapa besar sumbangan soft competence bagi kesuksesan lulusannya. Untuk itu, semakin gencar pula usaha yang mereka lakukan dalam menanamkan soft competence baik melalui written curriculum, hidden curriculum, co-curriculum, maupun extra curriculum.

Written curriculum, ini dilakukan dengan memasukkan soft competence ke dalam rancangan pembelajaran, dengan demikian penguasaan mahasiswa tentang soft competence tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata kuliah tersebut. Hidden curriculum, dilakukan secara informal melalui interaksi dosen-mahasiswa. Dosen berperan sebagai role model (tauladan) dengan cara menciptakan iklim akademik di lingkungan prodi. Co-curriculum, dilakukan dengan memanfaatkan kegiatan praktik pengalaman lapangan (PPL) maupun Kuliah Kerja Nyata (KKN). Extra-curriculum, dilakukan dengan melibatkan UKM sebagai wadah untuk melatih soft competence mahasiswa.

Membangun Soft competence calon guru merupakan langkah strategis dalam pembentukan kepribadian calon guru yang lebih mantap. Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pendidik dengan kepribadian yang dimiliki. Kepribadian positif dapat dibangun dari soft competence yang positif pula. Berdasarkan alasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa soft competence mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap kompetensi para calon pendidik apabila dibangun dan dikembangkan dengan cara yang tepat.

Puasa Lahirkan Pribadi Istimewa

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Tuan dan Puan, mengerti persamaan dan perbedaan antara batu bara dan batu permata? Awalnya, saya juga tidak mengerti sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Namun, setelah mendengar uraian dari Anies Rasyid Baswedan, (Rektor Universitas Paramadina, Jakarta) dan istri saya yang merupakan sarjana pendidikan kimia, barulah saya mengerti apa persamaan dan perbedaan antara batu bara dan batu permata. Simaklah uraian di bawah ini.

Menurut Anies, persamaan antara batu bara dan batu permata terletak pada unsur kimia keduanya. Baik batu bara maupun batu permata sama-sama berunsur karbon. Sementara itu, perbedaan keduanya ialah terletak dari ada-tidaknya tekanan. Permata memiliki tekanan yang cukup tinggi, sementara batu bara tidak memiliki tekanan sama sekali. Selain itu, permata dijual dengan ukuran gram, sedangkan batu bara dijual dengan ukuran ton.

Uraian Anies di atas lebih kurang sama dengan uraian dari istri saya. Istri saya menambahkan, karena memiliki tekanan yang tinggi, maka batu permata terbentuk sedemikian rupa. Sebaliknya, batu bara yang tidak memiliki tekanan yang tinggi, maka terbentuk sedemikian rupa pula. Ternyata, faktor tekanan memiliki pengaruh yang besar terhadap kedua benda tersebut, dan bahkan menentukan “suratan takdir” keduanya pula.

Lantas, apa hubungan soal batu bara dan batu permata dengan ibadah puasa di bulan Ramadan? Hemat saya, ibadah puasa menjadi salah satu sarana guna menuntun diri kita, selaku orang Muslim menjadi “batu permata” dalam kehidupan di masa kini dan mendatang. Dengan berpuasa, kita dididik (atau “ditekan”) menjadi orang yang pandai menahan hawa nafsu, baik nafsu makan-minum, syahwat, maupun godaan nafsu lainnya.

Dengan kata lain, melalui puasa kita seolah dilahirkan kembali menjadi pribadi-pribadi yang istimewa. Apa pasal? Sebab, puasa merupakan perintah dari-Nya yang diperuntukkan bagi orang-orang yang istimewa pula. Simaklah bunyi ayat Surah Al-Baqarah ayat 183: “Hai, orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu dapat menjadi orang yang bertakwa.”

Melalui ayat di atas, Allah swt memerintahkan kita untuk berpuasa apabila kita tergolong sebagai “orang-orang beriman”. Makanya, iman menjadi tolok ukur utama dalam ibadah puasa, khususnya di bulan Ramadan. Tanpa iman, ada orang Muslim yang tidak menjalankan ibadah puasa meskipun dirinya sehat wal afiat, bugar, dan tidak memiliki halangan apapun. Tanpa iman pula, ada pula orang Muslim yang tidak membayarkan zakat kepada yang membutuhkan.

Akhirnya, keistimewaan ibadah puasa terletak dari siapa orang yang menjalaninya, apa motivasi orang yang menjalaninya, serta manfaat apa yang akan didapatinya. Hanya orang-orang yang istimewa, hemat saya, yang dapat menjalani ibadah puasa dengan ikhlas dan penuh mengharap ridho-Nya. Semoga ibadah puasa dapat menjadikan diri kita, yang semula berlumur dosa dan hina, dapat menjelmakan diri menjadi pribadi yang istimewa. Amin.[]

Menilik Peragaan Puasa

Ulaya Ahdiani

Penulis adalah Dosen Fakultas Satra, Budaya, dan Komunikasi

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Saat saya sholat Maghrib di masjid, tiba-tiba terlintas dalam benak saya ucapan seorang ustadz beberapa waktu yang lalu. Dalam ceramahnya, beliau mengatakan, bahwa banyak di antara kita umat muslim yang ketika sholat, sebenarnya tidak benar-benar sholat. Mereka hanya memperagakan gerakan sholat saja. Terbukti dengan masih banyaknya perbuatan keji dan munkar yang dilakukan oleh umat muslim. Padahal, sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, khan?

Lalu, mengapa ini semua bisa terjadi? Karena itu tadi, masih banyak di  antara kita yang sholat hanya sebagai peragaan gerakan saja, bukan sholat sebenar-benarnya sholat. Pada dasarnya sholat adalah sebuah tanda keimanan seseorang terhadap Allah, tanda kepatuhan seorang hamba kepada Allah. Sholat diawali dengan takbir, Allahu Akbar, Maha Besarkan Allah, meng Esakan Allah. Kemudian diikuti dengan ruku’ dan sujud, sebagai perwujudan dari ketidak berartian seorang manusia. Di mana pada saat posisi sujud, kepala kita lebih rendah dari, maaf, pantat kita. Itu berarti, dihadapan Allah, wajah yang selalu kita banggakan sebagai pusat orientasi manusia, ternyata ada kalanya harus lebih rendah daripada pantat, yang selalu kita tutupi dan malu apabila sampai terlihat orang lain.

Sholat juga diakhiri dengan salam, yang merupakan hikmah untuk menyebarkan kedamaian dan keindahan dimuka bumi terhadap sesama. Jadi, sholat pada hakekatnya adalah perwujudan dari hablun minallah sekaligus hablun minannaas. Berarti, seandainya kita sudah sholat sebenar-benarnya sholat, tidak hanya memperagakan sholat. Maka, sholat kita akan mempunyai bekas, yaitu kita tidak akan menyebarkan dengki dan dendam, tetapi kita menyebarkan kasih dan sayang.

Kita tidak akan menyebarkan kekerasan, namun kelembutan. Kita tidak akan menyebarkan kejahatan, namun kemuliaan. Tapi apakah itu semua sudah kita lakukan? Begitu kira-kira penjelasan ustadz tadi.

 

Sudahkan Berpuasa dengan Sebenar-benarnya Puasa

Menganalogikan dengan peragaan sholat di atas, saya kemudian berpikir tentang puasa. Jangan-jangan selama 30 hari orang menjalankan puasa, ternyata selama itu pula mereka hanya memperagakan puasa?

Pada dasarnya hakekat puasa adalah Imsak, yaitu menahan diri. Menahan diri dari lapar dan dahaga, serta menahan diri dari hubungan suami istri dan menahan amarah. Tapi masih banyak yang belum paham akan arti menahan diri. Karena sebenarnya rasa lapar, dahaga, nafsu syahwat dan amarah, adalah sebagian kecil dari nafsu yang ada pada diri manusia.

Manusia mempunyai nafsu ingin menguasai, ingin menindas, ingin kaya, ingin banyak pasangan, ingin mempunyai segala macam barang yang dinginkan, dan nafsu-nafsu lain, yang sering tidak tersentuh oleh ”puasa”. Kita bisa puasa makan, minum, berhubungan dengan suami atau istri, dan juga puasa marah. Tapi, bagaimana dengan puasa belanja? Bisakah kita menahannya?

Banyak orang harus bolak-balik mencari baju untuk anak-anak, ibu, suami dan untuk yang lainnya di Mall? Apakah barang-barang yang ada di rumah belum cukup? Bukankah di lemari masih banyak baju yang digantung, yang belum tentu 1 bulan sekali dipakai? Bukankah di rak juga masih ada beberapa pasang sepatu yang semirnya masih mengkilat? Bukankah di meja selalu tersedia makanan dan minuman yang selama seminggu pun tak habis kita makan bersama dengan keluarga? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang akan muncul. Bukankah hal tersebut juga bagian dari nafsu. Keinginan untuk memenuhi lemari dengan baju baru, memenuhi rak dengan sepatu baru, memenuhi meja dengan makanan enak, memenuhi kebutuhan anak dengan hal-hal yang lain?

Orang jarang menyadari bahwa ada nafsu lain yang tak terlihat oleh mata, yang itu sulit untuk dikendalikan. Kebanyakan orang memahami tentang nafsu hanyalah sebatas nafsu syahwat, nafsu amarah, nafsu lapar dan haus saja.

Menjadikan Masjid Sebagai Pusat Pembinaan Masyarakat Melalui Kegiatan Ramadhan

 

Ida Nurmila Isandespha, M.Pd

Dosen PGSD, FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Masjid masih dianggap sebagai tempat untuk beribadah saja dan masih sedikit sekali yang memfungsikan masid lebih dari itu. Hal ini tidak sepenuhnya salah namun berdasarkan sirah rosul, masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat shalat saja melainkan juga digunakan sebagai tempat pembinaan masysrakat. Pada masa Rasulullah, masjid digunakan sebagai basis pembinaan moral, mental dan spiritual umat. Secara strategis sekarang ini masjid dapat difungsikan sebagai lembaga pendidikan untuk membina potensi masyarakat dari berbagai latar belakang. Pendidikan dan pembinaan masyarakat yang bisa dilakukan antara lain pembinaan dari aspek keagamaan, keilmuan, sosial, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya dan seni.

Berdasarkan firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 18 yang bunyinya “Sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.  Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang memakmurkan masjid hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Memakmurkan masjid disini tidak hanya sebatas melaksanakan ibadah saja melainkan memiliki arti luas yaitu membangun, membersihkan, merawat, memelihara dan melaksanakan aktivitas kebaikan yang dibenarkan oleh syariat islam.

Pendidikan dan pembinaan masyarakat melalui masjid bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan kajian ilmu dari berbagai bidang kajian yang disesuaikan dengan latar belakang, usia dan kebutuhan masyarakat. Bagi anak-anak pembinaan keilmuaan bisa dilakukan melalui Taman Pendidikan Al-Qur’an yang biasa dikenal dengan TPA. Sekarang ini tidak jarang pendidikan informal Anak Usia Dini (AUD) juga telah dilaksanakan di lingkungan masjid.

Pembinaan dan pendidikan aspek ekonomi dapat dilakukan dengan mengelola zakat, infaq dan sodaqoh. Tentunya di masyarakat ada keluarga mampu dan ada juga keluarga yang kurang mampu atau mungkin anak yatim piatu. Melalui lembaga zakat yang dikelola masjid diharapkan zakat, infaq, dan sodaqoh dari masyarakat yang mampu tersalurkan dengan baik kepada masyarakat yang kurang mampu di sekitarnya. Dari sini diharapkan terbentuknya masyarakat yang sejahtera.

Pembinaan dan pendidikan seni seperti seni membaca al-qur’an, qosidah, seni menulis kaligrafi, drama, puitisasi al-qur’an juga dapat dimaksimalkan di masjid. Fungsi sosial lain dari masjid yaitu masjid dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan aqad pernikahan, rekreasi keluarga dan tempat rapat untuk membahas kemslahatan umat.

Sekarang ini masih sedikit sekali masjid-masjid yang memiliki peran sebagai pusat pendidikan dan pembinaan masyarakat. Melihat fungsi masjid yang sangat starategis dalam membina masyarakat agar menjadi masyarakat cerdas dan sejahtera, tentunya kita tidak mau ketinggalan untuk ikut berperan dalam mewujudkan hal tersebut.

Bulan ramadahan adalah bulan yang tepat untuk memulai memakmurkan masjid. Di bulan ramadhan suasana masjid terasa tidak pernah sepi dari pelbagai aktivitas peribadahan seperti takjilan, tadarus al-qur’an, sholat terawih dan kajian subuh. Semua orang menyambut ramadhan dengan suka ria. Anak-anak maupun orang tua sangat antusis dalam mengikuti kegiatan ramadhan di masjid.

Tugas yang penting sekarang ini adalah bagaimana mempertahankan gegap gempita ramadhan di bulan-bulan berikutnya. Dalam hal ini peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan dalam memberdayakan masjid sebagai lembaga pendidikan kemasyarakatan. Kontribusi yang diberikan masjid sebagai pusat pendidikan dan pembinaan masyarakat adalah memberikan rasa tentram, aman, kekuatan, kemakmuran dan mampu meningkatkan potensi ruhiyah manusia melalui bekal-bekal keilmuan, keiklasan, kesabaran. optimisme dan akhlak mulia lainnya, sehingga pada akhirnya akan tercipta masyarakat yang memiliki kualifikasi intelektual dan spiritual yang menjadi basis akhlak masyarakat Indonesia.

Koordinasi PDPT PTN dan Kopertis Se-Indonesia

 

 
Dalam rangka peningkatan kualitas data pendidikan tinggi tahun 2013 dan pengenalan laman baru 
http ://forlap.dikti.go.id, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan mengadakan kegiatan Koordinasi 
PDPT Perguruan Tinggi Negeri dan Kopertis Se-Indonesia pada  :   
 
Hari/Tanggal : Jumat, 26 Juli 2013 
Waktu        : Pukul 13.30 – 16.00 WIB (diakhiri dengan buka bersama) 
Tempat       : R. Sidang Ditjen Dikti Gedung D Lt. 2 
               Jl. Jend. Sudirman Pintu Satu Senayan Jakarta     
 
Sehubungan dengan rencana tersebut, dengan ini kami mohon bantuan Saudara untuk menugaskan 1 
(satu) orang operator PDPT untuk mengikuti kegiatan yang dimaksud. Kepada peserta  diharuskan 
membawa perlengkapan kerja diantaranya laptop dan modem serta membawa data pelaporan semester 
tahun 2012-1 (wajib) dan pelaporan semester sebelumnya bagi perguruan tinggi yang belum 
menyampaikan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.   
 
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi hanya menanggung konsumsi selama acara berlangsung, untuk 
biaya perjalanan dinas dan akomodasi peserta mohon ditanggung masing-masing perguruan tinggi/Kopertis.   
 
Mohon peserta sebelum ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi agar dapat mengecek data pelaporan 
semester yang terdapat pada laman yang baru http ://forlap.dikti.go.id.   
 
Atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.