Penarikan KKN dengan Berbagai Kegiatan

Minggu, 16 Juni 2013 bertempat di Pendopo Kelurahan Purbayan Kotagede telah dilaksanakan penarikan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif periode XXXVII Kotagede. Sebanyak 104 mahasiswa KKN yang tersebar dari 14 RW di kelurahan Purbayan telah menjalani aktifitas selama 2 bulan. Berbagai acara kegiatan digalakkan oleh mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan mendampingi tiap RW untuk mendirikan Posdaya atau mendampinginya.

Penarikan KKN dihadiri oleh Bapak camat Kotagede Drs Nur Hidayat, Bapak Waris selaku Lurah Purbayan. Hadir juga Dr. Rina Ratih SS yang sekaligus menarik mahasiswa KKN. Tak lupa juga dihadiri oleh korlap KKN Kotagede Bapak Beni Suhendra.

Dalam sambutanya Ibu Rina menerangkan bahwa KKN UAD tematik posdaya ini selalu diadakan agar setiap RW yang sudah memiliki posdaya bias aktif di masayarakat.

Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan masayarakat warga kelurahan purbayan yang memadati pendopo sejak pagi. Selain acara inti juga dimeriahkan dengan berbagai rangkaian acara seperti jalan sehat, donor darah, cek gula darah dan pemeriksaan kesehatan gratis. Serta penampilan dari berbagai RW di Purbayan dengan berbagai potensi kesenianya. Seperti kesenian tari dari RW 10, pembacaan puisi dari RW 13 dll.

Selain itu juga dilakukan penyerahan hadiah lomba cerdas cermat agama yang dimenangkan oleh RW 11 dan berbagai RW lainya.

Menurut Bibit, ketua unit III.C.3 RW 11 mengungkapkan kesan dan pesanya selama KKN di Purbayan. “KKN di sini sangat menyenangkan karena warga menyambut baik dan sudah dianggap keluarga sendiri” ungkapnya. Sedangkan Edi ketua unit III.C.2 RW 10 mengungkapkan KKN di sini saya sangat senang sekali dan cukup bermanfaat. Kedepanya lagi perlu ditingkatkan koordinasi antar unit” paparnya.

S2 Psikologi Terakreditasi B

 

Terima kasih atas doa dan dukungan dari Civitas Akademika Program Pascasarjana dan semua jajaran di Civitas Akademika Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Berdasarkan SK Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) Nomor: 124/SK/BAN-PT/Ak-X/M/V/2013 bahwa Program Magister Psikologi Sains Sekolah, Universitas Ahmad Dahlan Terakreditasi B. Hasil akreditasi ini tentu menambah kebahagian khususnya bagi Pascasarjana UAD yang sebelumnya Pascasarjana Pendidikan Bahasa Fisika juga berhasil meraih B.

Menanggapi hasil akreditasi Dra. Listiatie Budi Utami, M.Sc., Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM UAD) menyampaikan “Setelah penantian cukup lama, akhirnya Psikologi Sains S2 meraih akreditasi B hingga th 2018. Selamat kepada Direktur dan Wakil Direktur Pasca yang berjuang gigih. Selamat kepada Kaprodi Psikologi Sains S2 dan seluruh dosen beserta staf yang sangat kompak. Selamat kepada calon wisudawan periode Juli 2013, semoga akreditasi pertama ini akan membawa Psikologi dan UAD tercinta menjadi lebih bermutu” ucapan melalui milis UAD.

Dr. Siti Urbayatun, S.Psi., M.Si. Ketua Program Studi (Kaprodi) Psikologi Profesi melalui milis UAD turut mengucapkan selamat. “Khusus kepada Pak Mujidin yg telah “mandegani” akreditasi Magister Psikologi Sains yang lalu, sebagai rekan ikut terharu dan bersyukur. Semua ini tak akan tercapai tanpa bantuan banyak pihak. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih. (danangs/Sbwh)

Kembangkan Kemampuan Mahasiswinya, UAD Adakan workshop Femaledev google

Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mempunyai potensi dan punya kemampuan yang terpendam dalam membuat coding. Menurut Lidia selaku inisiator asal Jakarta tersebut UAD sendiri sangat mendukung mahasiswinya. Mereka ingin memperjuangkan kemampuan mahasiswinya untuk bersaing di dunia Teknik Informasi (IT).

“Kenapa hanya perempuan, agar mereka bisa mengembangkan bakat dan bisa sering serta berkolaborasi dengan laki-laki” ungkap Lidia saat ditemui di sela-sela kesibukannya.

UAD menjadi tempat terselenggaranya workshop Femaledev google bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTIF), Himpunan Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi (HIMASI), Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (BISKOM), dan Kibar Kreasi Sabtu (15/06/2013). Acara yang berlangsung di kampus 3 tersebut mendatangkan Hadi Othman dari Google Business Group (GBG) Singapore, Neekharn Google Student Ambasador, dan Yansen Kamto Fonder google bisnis Grub Indonesia.

Melinda selaku panitia penyelenggara mengatakan, acara tersebut bertujuan untuk mengenalkan kepada teman-teman UAD tentang Android google API. Dengan mendatangkan punggawa Femaledev google tersebut diharapkan dapat mendorong, dan meningkatkan teknik yang sudah ada.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kami juga bisa. Biar kaum perempuan, kami juga bisa berkarya” terang Melinda mahasiswa jurusan Tekni Informatiak tersebut.

Acara tersebut sudah berlangsung di lima kota. di antaranya Jakarta, Medan, Semarang Surabaya, dan Jogjakarta. “Kami akan mengembangkan lagi. Kalau bisa seluruh Indonesia” terang Lidia. (Sbwh) 

FE UAD adakan Economic Fair 2013

 

Fakuktas Ekonomi (FE) Univesitas Ahmad Dahlan (UAD), tahun ini kembali mengadakan Economic Fair 2013. Program rutin yang selalu diadakan setiap tahun ini, merupakan salah satu program yang dicanangkan FE UAD sebagai bentuk mengasah kemampuan mahasiswa, dosen serta karyawan FE UAD untuk terus berprestasi dalam program keilmuan ekonomi (akademik) maupun olahraga (non akademik).

 Seperti tahun sebelumnya, pada economic fair 2013 dipertandingan sebuah kompetisi yang dapat memunculkan  nilai persaingan sehat dalam lingkup FE UAD. Adapun beberapa pertandingan yang diadakan adalah bazar ekonomi, lomba karya tulis (LKTI), Entrepreneuer bisnis plan, futsal economi cup, economi competition dan kreasi jilbab serta beberapa perlombaan baru yang dipertandingkan pada economic fair 2013. Yaitu Da’i muda ekonomi dan Voice D’economy.

Dari setiap kategori lomba yang dipertandingkan, diharapkan dapat memunculkan bibit muda yang nantinya dapat bersaing dengan universitas lain. Dan tentunya, besar harapan dapat mengharumkan nama UAD. Khususnya bagi FE UAD. Bagi mereka yang berhasil meraih juara pada event ini, FE UAD akan memberikan penghargaan berupa tropy, serifikat dan uang pembinaan.

Menurut Dini Yuniarti, S.E., M.Si selaku ketua panitia ekonomic fair 2013,”event ini bukan sekedar kompetisi, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antar civitas FE UAD”.(ZA)

Korupsi Kesadaran: Potret Pendidikan Kita

Hendra Darmawan*)

*) Dosen PBI FKIP UAD, Alumni Program Pertukaran Pemuda La Trobe University Melbourne.

Keprihatinan atas maraknya tindak korupsi di Indonesia memaksa kita untuk merunut kembali pola pendidikan yang semestinya memiliki perangkat formal sekaligus kultural untuk mencegah tindak amoral. Namun, sistem pendidikan kita yang semakin pragmatis ternyata justru menyuburkan bibit-bibit korupsi baik dikalangan guru, murid ataupun sistem itu sendiri.  Pragmatisme ini terlihat dari orientasi akhir yang lebih mengedepankan hasil ketimbang proses belajar. Beberapa kasus mengenai mencontek massal yang sempat ramai di pemberitaan menjadi bukti bahwa nilai ujian menjadi satu-satunya tujuan dalam belajar.  Dan tidak jarang, para guru sendiri yang menyarankan untuk berbuat curang. Jika sudah begitu, dimana tanggung jawab para pendidik yang semestinya tidak hanya melakukan transfer pengetahuan namun juga transfer nilai moral?

Kesadaran Moral

Kesadaran dalam konteks pendidikan bermakna integrasi kepribadian. Individu yang memiliki pribadi yang utuh benar-benar menyadari bahwa hidupnya adalah sebuah ‘proses menjadi’, ‘proses berubah’ dan ‘proses berkembang’. Dalam proses itu, seorang individu akan terus berusaha secara sadar memilih berbagai pengalaman yang kondusif untuk mendukung perkembangan, perubahan serta pertumbuhan dirinya. Idealnya, seorang anak didik yang berkepribadian terintegrasi memiliki suatu kesatuan kesadaran dimana ia akan merasakan betul keseimbangan antara keinginan, hati dan perhitungan nalarnya. Oleh sebab itu, kesadaran moral merupakan potensi sekaligus entitas yang perlu dipupuk dan dihadirkan dalam setiap ruang tumbuh manusia termasuk di dunia pendidikan.

Pendidikan Yang Korup

Proses pendidikan kita semestinya ditujukan untuk membentuk generasi yang memiliki kesadaran budi sebagai pangkal dari kecerdasan kreatifnya. Hal tersebut penting karena dari akar kepribadian yang berbudi luhur inilah seorang manusia bisa terus berkembang mandiri di tengah lingkungan sosial yang terus berubah semakin cepat. Namun apa yang terjadi dalam dunia pendidikan kita berbeda dengan yang semestinya. Sistem dibentuk bukan untuk membangun moral dan mental peserta didik, namun malah menjadikan tiap murid ibarat robot yang berkutat pada mesin-mesin ujian tanpa menghiraukan proses belajar.  

Kebijakan ujian akhir nasional juga perlu ditinjau ulang. Kasus siswa mencontek merupakan potret buram kehidupan berbangsa kita dimana para pendidik seolah mengalami neurotis sosial hingga dengan kalapnya menyuruh anak didiknya untuk mencontek. Mencontek bisa menjadi bibit bagi kecurangan-kecurangan berikutnya. Dalam dunia pendidikan, praktek ini jelas telah melanggar etika akademik. Ujian yang semestinya dijadikan sebagai media evaluasi dan alat ukur penguasaan anak didik atas apa yang telah dipelajarinya, akhirnya berubah fungsi menjadi ritual produksi angka-angka nilai semata. Kecurangan muncul dimana-mana; mencontek dan memanipulasi nilai dianggap wajar. Semua hal tersebut selain disebabkan oleh sistem pendidikan yang materialistis, juga tidak lepas dari ‘peran’ guru yang selama ini mengawal jalannya belajar-mengajar. Para pendidik yang membiarkan atau dengan sengaja menyuruh muridnya untuk mencontek adalah koruptor, alasannya adalah:

Pertama, mencontek merupakan bagian dari mengambil hak ‘tahu’ orang lain serta melanggar peraturan. Para guru ini secara tidak langsung mengabaikan dampak jangka panjang sebuah perilaku terhadap internalisasi nilai dasar peserta didik. Pada usia dini, seorang anak berada pada masa dimana ia memiliki penalaran moral yang dipandu oleh rasa keadilan dan keteladanan. Maka jika dari kecil saja sudah disuguhkan berbagai perilaku tidak jujur dan nalar amoral, bukan tidak mungkin ketika dewasa ia akan menjadi koruptor.  

Kedua, pendidik tersebut telah menutupi atau malah mematikan potensi kesadaran akan kebenaran pada diri anak yang dididiknya. Hak anak didik adalah mendapatkan pelajaran dan nilai-nilai kebenaran yang fair tanpa dimanipulasi oleh orang dewasa. Pemenuhan hak-hak tersebut merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan membentuk pribadi yang utuh yang dapat menentukan jalan hidup secara mandiri, dan mampu membedakan benar-salah berdasarkan pertimbangan hati serta nalarnya sebagai manusia terdidik. Memberikan lingkungan yang ‘curang’ sama artinya menjauhkan anak dari kesadaran akan kebenaran dalam tahap perkembangan moralnya.

Ketiga, pendidik tersebut menyalahgunakan wewenangnya sebagai guru dengan menunjukkan ke perbuatan yang salah. Guru sebagai status sosial tertinggi dalam hirarki relasi guru-murid memiliki modal kekuasaan untuk meminta anak didik menjalankan apa saja yang diperintahkannya. Dan menyalahgunakannya adalah dhalim.

Pada akhirnya, fondasi dasar moralitas bangsa ini tergantung pada generasi-generasi yang dilahirkannya. Imam Malik mengingatkan “la yasluhu amru hadzihil ummah illa bima soluha bihi awwaluha”, Tidak akan baik perkara ummat ini kecuali dengan kebaikan-kebaikan generasi sebelumnya. Dan kualitas budi para generasi bangsa tergantung pada kualitas pendidikannya. Jadi, jika kita ingin menghujat habis para koruptor, tengoklah dahulu guru dan sekolahnya; apakah selalu menanamkan nilai kejujuran?,  apakah hak untuk menjadi pribadi yang utuh diberikan?, dan apakah akses kebenaran disajikan secara lugas tanpa ada korupsi?. Jika jawabannya tidak, maka celakalah kita karena ternyata kesadaran generasi bangsa pun telah ikut dikorupsi sejak dini!!

HMPS PBSI Adakan Workshop Penulisan Skripsi

 

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan  (HMPS PBSI UAD) adakan Workshop Penulisan Proposal Skripsi dengan tema “Lulus Tepat Waktu Dengan Karya Yang Berkualitas” diauditorium kampus II Unversitas Ahmad Dahlan (UAD), Minggu 09 juni 2013.

Sudah menjadi tugas HMPS PBSI memberikan Workshop kepada semua mahasiswa yang belum menyelesiakan tugas akhir atau yang disebut dengan skrips. acara tersebut diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran terkait dengan skripsi baik berupa judul skripsi yang bagus, latar belakang masalah, rumusan masalah, pembahasan teori, kesimpulan, dan penulisan daftar pustaka yang dikumpas tuntas oleh tiga narasumber yang berasal dari dosen yang bersangkutan di bidangnya masing-masing.

Hadir Siti Salamah S.S.,M.Hum sebagai pembicara yang menjelaskan mengenai kajian lingustik yang disertai contoh judul skripsi yang sering dilakukan mahasiswa.

Selanjutnya Abdul wachid B.S. S.S., M.Hum yang membahas tentang sastra dan yang terakhir oleh Triwati Rahayu S.S., M.Hum  menjelaskan penelitian pengajaran bahasa dan sastra indonesia dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) hal ini disertai dengan berbagai tahap penyususan skripsi dan berbagai contoh judul  skripsi yang telah dilakukan oleh mahasaiswa yang telah menyelesiankan tugas akhirnya.

Pada dasarnya ketiga kajian inilah yang sering dilakukan oleh mahasiswa program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Ahmad Dahlan.

“Setelah diberikan warkshop ini diharapkan setiap mahasiawa mempunyai gambaran judul skripsi yang akan dijadikanya tugas akhir sesuai dengan kemampuanya setiap mahasiswa, dan tidak terjadinya sebuah plagiat sehingga dapat lulus dengan tepat waktu serta mendapatkan nilai yang memuaskan” tutur Triwati selaku kaprodi PBSI. (Ayy)

Kurikulum ‘Kreativitas’ Guru

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Munsyi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UAD Yogyakarta;

Penulis Buku Guru Bukan Tukang Mengajar (2012)

Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis sejak tahun 2004, dan telah melahirkan Kurikulum 2006 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Dengan kata lain, Kurikulum 2013 merupakan ‘kurikulum penyempurna’ dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jika demikian, apa-apa sajakah yang disempurnakan dari kurikulum saat ini?

Menurut catatan penulis, ada dua hal yang disempurnakan dalam Kurikulum 2013. Pertama, standar kompetensi kelulusan lebih menitikberatkan pada sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kedua, standar proses melalui pengembangan tematik-integratif (SD/MI), mata pelajaran (SMP/MTs), mata pelajaran wajib dan pilihan (SMA/MA), dan mata pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi (SMK). Kedua hal itu terkait erat dengan persoalan iklim kreativitas para guru di sekolah.

Selama ini, jujur diakui, iklim kreativitas para guru kita belum terwujud secara baik. Dari segi pembelajaran di kelas, umumnya para guru mengajar dengan metode ceramah. Selama satu-dua jam para guru mengajar di kelas, selama itu pula mereka berceramah. Bisa Anda bayangkan, suasana pembelajaran di kelas tersebut akan terasa bosan, kaku, dan siswa sulit memahami isi materi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

Pada gilirannya, siswa pun terus-menerus menjadi objek pendidikan yang harus “disuapi” beragam materi oleh guru. Sementara itu, karena posisi siswa sebagai objek pendidikan, maka penilaian guru sebatas mengukur kompetensi pengetahuan (kognitif) semata. Padahal, dua kompetensi lainnya, yakni kompetensi sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) tetap penting digunakan dalam menentukan standar penilaian.

Alih-alih mengukur kompetensi sikap dan keterampilan, justru para guru umumnya mengabaikan dua hal tersebut. Dalam pembelajaran bermain drama di kelas XI SMA/MA, misalnya, para siswa tidak diajak untuk betul-betul bermain drama di tempat yang representatif. Biasanya, para guru bahasa Indonesia di kelas XI SMA/MA “melompati” materi bermain drama dengan alasan tidak piawai atau tidak punya bakat bermain drama.

Melalui artikel ini, penulis ingin mengajukan beberapa usulan agar Kurikulum 2013 dapat menumbuhkan kreativitas guru dan siswa. Pertama, pihak pimpinan sekolah/madrasah perlu mendorong para gurunya untuk berpikir dan bertindak kreatif, terutama yang terkait dengan proses pembelajaran di kelas. Misalnya, adanya kewajiban para guru melaksanakan penelitian tindakan kelas per semester, dan pemberian insentif bagi para guru yang melaksanakannya.

Kedua, keberhasilan (atau kegagalan) implementasi Kurikulum 2013 juga didukung oleh peran aktif dan kreatif siswa, baik dalam kegiatan kokurikuler, intrakurikuler, maupun ekstrakurikuler. Harapannya, peran aktif dan kreatif siswa (yang didukung oleh orangtua) dapat mengarahkan mereka dalam memiliki kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara mumpuni. Jika itu terwujud, kelak harapan Mendikbud di atas bukan mimpi di siang bolong.[]

Fisika UAD Tambah Bidang Metrologi, MoU dilakukan dengan Balai Metrologi Yogyakarta

Jum’at (7 Juni 2013) telah dilakukan penanda tanganan dokumen MOU (Memorandum of Understanding) antara Program Studi Fisika Melins (Metrologi, Elektronika dan Instrumentasi) Universitas Ahmad dahlan (UAD) dengan Balai Metrologi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Pemerintah Daerah Daerah Istimewa (DIY) Yogyakarta. Acara yang berlangsung di ruang sidang Kampus 1 tersebut di sambut oleh Rektor UAD Drs. Kasiyarno. M.Hum. Hadir pada kesempatan tersebut Soedaryono, S.E Kepala Balai Metrologi Yogyakarta. 

Menurut Soedaryono Indonesia membutuhkan sekitar 6.000.000 Sumber Daya Manusia (SDM) dibidang Metrologi, terakhir Indonesia punya SDM 600 menyusut dari 800. Kurangnya SDM di lapanagan mengakibatkan kurang stabil. Dengan adanya penambahkan konsentrasi bidang Fisika untuk program S1 dalam bidang Metrologi di UAD, di harapkan dapat memberi tenaga untuk SDM Metrologi.

Sebagaimana dijelaskan Bagus Haryadi, S.Si., M.T. (Ketua Prodi Fisika Melins) bahwa seiring dengan perkembangan jaman dan ketatnya persaingan global dalam industri berbasis ilmu Fisika Terapan, maka Prodi Fisika UAD melakukan rebranding atau penciptaan identitas untuk pengembangannya dengan menambahkan konsentrasi bidang Fisika untuk program S1 dalam bidang Metrologi selain bidang Elektronika dan Instrumentasi yang berbasis ilmu Fisika. Strategi ini didukung dengan keberadaan Lab Kalibrasi dan Uji (LKU) yang sudah dimiliki Prodi tersebut dan berdiri sejak 2011.

Lebih lanjut Dosen Fisika tersebut menjelaskan bahwa, Pada tahun 2013 LKU berhasil mendapatkan hibah laboratorium dari DIKTI dan sekarang dalam proses akreditasi  KAN (Komite Akreditasi Nasional). Pencapaian yang diperoleh ini akan semakin memperkokoh landasan untuk pengembangan bidang metrologi oleh lembaga akademik UAD dan direncanakan akan dapat dikembangakan untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan industri nasional. Selain itu lulusan Prodi Fisika Melins UAD sejak awal sudah dibekali dengan ilmu dan ketrampilan bidang Metroogi yang diharapkan akan siap bersaing mengisi kebutuhan pasar kerja bidang tersebut baik di dunia industri, pemerintah atau swasta baik menjadi praktisi atau tenaga profesional.

“Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan dapat meningkatkan perkembangan di berbagai aspek berkaitan dengan bidang metrologi di masing-masing pihak.” Terang Pak Bagus Haryadi

MOU ini dibuat untuk melakukan kerjasama dalam peningkatan jumlah SDM yang memiliki kompetensi dalam bidang metrologi agar dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja metrologi yang sangat luas. Selain itu kerjasama ini juga meliputi kerjasama dalam penggunaan laboratorium dan SDM antar kedua lembaga untuk peningkatan kualitas akademik dan pelayanan metrologi kepada masyarakat.

“Bidang metrologi memegang peran yang sangat penting dalam aspek standarisasi berbagai alat ukur seperti timbangan berat, volume bahan cairan, suhu ruangan dan masih banyak lagi. Adanya standarisasi ini penting untuk memastikan akurasi dari obyek yang diukurnya yang akan dapat memberikan jaminan ketepatan pengukuran serta pengendalian mutu” terang Pak Bagus Haryadi.(Doc/Sbwh)

 

Kurikulum Bahasa Indonesia 2013 Tidak Sama dengan Kurikulum 1975

 

Dra. Pangesti Wiedarti, M.Appl. Ling.,Ph.D. dalam kuliah umum yang di adakan oleh Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Kamis (6/6/2013) di Auditorium Kampus 2 mengatakan Kurikulum Bahasa Indonesia 2013 yang diabeli sebagai Kurikulum berbasis teks diduga oleh Bambang Kaswanti Purwo (Kompas 20 Maret 2013) mirimp dengan kurikulum 1975.

Menurut Bambang dalam artikelnya, sebuah perjalanan yang panjang bagi guru Bahasa Indonesia untuk berjuang melepas diri dari belenggu ‘pendekatan struktur’: dari urusan hafal-menghafal menuju kepraktik pengajaran bahasa yang mengandalkan daya kreatif, daya imajinatif, daya nalar, dan daya kritis siswa ‘tak bakal terwujud’ karena guru Bahasa Indonesia dikondisikan untuk berputar haluan kembali ke praktik mengajar pada masa 30 tahun yang lalu.

Hal tersebut di bantah oleh Pangesti Wiedarti, staf pengajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universita Negeri Yogyakarta (UNY), bahwa hal tersebut tidak benar. Sebab, menurutnya kurikulum 2013 benar-benar tidak sama dengan kurikulum 1975 “Kurikulum 2013 senada dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Karena, keduanya berbasis teks, namun ada perbedaan terkait aspek kebahasaan” terang Pangesti Wiedarti dalam makalahnya.

Acara yang diikuti oleh mahasiswa PBSI tersebut berlangsung meriah. Menurut Kepala Program Studi (Kaprodi) PBSI Dra. Triwati Rahayu M.Hum acara tersebut diharapkan dapat menambah wawasan untuk mahasiswa PBSI. “Terlebih bagi mahasiswa yang semester 6 yang akan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) nanti” terangnya dalam sambutannya. (Sbwh)

Hari Raya Idul Fithri 1434 H (2013)

Hari Raya Idul Fithri 1434 H jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013