IMM UAD Zona 1 Lantik Bersama Pengurus Baru

IMM UAD Zona 1 Lantik Bersama Pengurus BaruKebersamaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) harus selalu dijalin. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengadakan pelantikan bersama.

Pelaksanaan prosesi pelantikan IMM Fakultas Ekonomi, Psikologi dan Agama Islam berlangsung sangat meriah dengan dihadiri lebih dari 50 aktivis organisasi islam tersebut. Tema yang diangkatpun mencerminkan bahwa ukuwah islamiyah selalu menjadi kebiasaan mereka, yaitu "Satu Ikatan Satukan Gerakan". Pengurus lama yang telah purna tugas telah menorehkan banyak prestasi, kini waktunya pengurus baru periode 2013-2014 menapaki jalan yang lebih serius.

"Jadikanlah tema kita ini sebagai inspirasi bagi immawan dan immawati sekalian untuk menlanjutkan estafet dakwah ini, IMM harus selalu berkarya untuk agama, bangsa dan Negara" ujar immawan Deki, mantan ketua ujmum IMM Psikologi ketika menyampaikan sambutannya.

Ruang Auditorium kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dipenuhi dengan gegap gempita perjuangan malam itu, Ahad (14/04/2013). Bapak Sucipto S.Pd M.Pd yang turut hadir dalam acara tersebut tersenyum ketika pelantikan bersama se-Zona 1 dapat terlaksana. Beliau tidak menyangka hari yang dipilih pun bertepatan dengan malam senin yang notabene besok paginya adalah hari aktif kuliah.

"Saya tidak tau filosofi kenapa immawan dan immawati memilih malam senin padahal besok kalian masuk, tetapi sebagai aktifis waktu harus kalian genggam dan jangan sampai waktu yang menggenggam kalian" ujar Pembina IMM Zona 1 itu.

Acara yang berlangsung pada pukul 19.30-22.00 WIB tersebut berjalan lancar dengan ditutup oleh penampilan performance dari immawan-immawan FAI dengan membawakan lagu-lagu islami. (aay)

TIM FH UAD JUARA II LOMBA FUTSAL SE-DIY

TIM FH UAD JUARA II LOMBA FUTSAL SE-DIYTim futsal Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) meraih Juara II dalam Pertandingan Futsal Antar Fakultas Hukum Se-DIY. Kompetisi yang memperebutkan Piala Permahi 2013 ini diikuti oleh 14 tim dari 7 Perguruan Tinggi se-DIY, yaitu UMY, UII,  Atmajaya, Janabadra, UIN, Widya Mataram dan UAD.
Pada babak penyisihan, dua tim UAD berada di Grup yang sama (Grup B), yang terdiri dari Tim FH UAD a, Tim FH UAD b, Tim FH UIN a dan Tim FH Widya Mataram. Pada awal pertandingan Tim FH UAD a langsung tersingkir setelah dikalahkan oleh Tim FH Widya Mataram. Kekalahan tersebut menjadi motivasi Tim FH UAD B untuk berjuang mengalahkan lawan-lawannya dan kemenangan pertama diraih setelah tim dengan mengalahkan tim FH UIN A (skor 3-1) melalui adu finalti. Kemenangan Tim FH UAD B berlanjut setelah melibas tim Widya Mataram dengan skor 3-1, juga melalui adu finalti karena sebelumnya skor imbang 2-2. Kemenangan ini mengantarkan tim FH UAD B lolos ke semifinal.
Di partai semifinal tim FH UAD b berhadapan dengan Tim UIN A, pertandingan berjalan dengan seru dan saling kejar-mengejar gol hingga mencapai skor imbang 3-3, terpaksa pertandingan disudahi dengan adu pinalti, kembali skor 3-1 untuk kemenangan UAD. Partai puncak atau Babak final terjadi pada tanggal 13 April 2013, dengan mempertemukan Tim FH UAD b dengan Tim FH UII. Tim FH UII sudah lama terbentuk dan  telah menjadi UKM Futsal di FH UII sedangkan Tim FH UAD baru dibentuk 1 minggu sebelum pertandingan. Namun Tim FH UAD tetap memberikan perlawanan sengit sepanjang pertandingan, gol pertama diraih oleh Tim FH UAD namun gol selanjutnya lebih banyak dilakukan oleh Tim FH UII, akhirnya Tim FH UAD harus puas di posisi kedua dalam perebutan Tropi Permahi 2013. Semoga tahun depan dengan persiapan yang lebih matang Tim FH UAD bisa meraih gelar Juara 1. 

Penerjunan KKN Alternatif XXXVII Kotagede

Selasa, 16 April 2013 bertempat di Aula Kecamatan Kotagede UAD adakan acara penerjunan KKN Alternatif XXXVII Purbayan Kotagede. Penyerahan dilakukan oleh Ibu Rina Ratih dan Bapak Beni Suhendra selaku perwakilan dari LPM. Acara penerjunan juga dihadiri oleh Camat Kotagede Drs. Nur Hidayat dan Kades Purbayan Bapak Waris.

 

Dalam sambutanya Bu Rina Ratih menyatakan penerjunan KKN ini akan dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 16 April sd 16 Juni 2013. KKN Purbayan kali ini berjumlah 126 mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu yang ada di UAD, dan tujuh diantaranya adalah mahasiswa asal China yang ikut KKN.

“Tema yang diangkat dalam KKN adalah tematik posdaya dan sudah tahun ke-3 diadakan KKN di Kotagede tersebar dari berbagai kecamatan.”ungkapnya.

 

Sedangkan Bapak Nur Hidayat selaku Camat Kotagede sendiri menuturkan. Mahasiswa yang diterjunkan supaya aktif dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada di RW tempat KKN. Acara diakhiri dengan penandatanganan berita acara penyerahan KKN oleh LPM dan Kecamatan. Selamat KKN semoga sukses. (@Datudwija )

EDSA UAD Adakan Talk Show β€œMembangkitkan Etos Mendidik”

Devisi kemahasiswaan bekerjasama dengan EDSA UAD mengadakan Talk Show dengan tema Membangkitkan Etos Mendidik belajar dari Indonesia mengajar dan sekolah guru Indonesia. Rabu, 17 April 2013 di Hall kampus 2 Universitas Ahmad Dahlan.
Acara yang dimulai pukul 09.30 wib tersebut menghadirkan pembicara yang berasal dari Sekolah Guru Indonesia dan Indonesia Mengajar, yaitu Desti Sarah Sagita, S E dan Nahari Latifah, S. S. Selain dihadiri oleh mahasiswa bahasa inggris, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa program studi lainnya dari fakultas keguruan dan ilmu pendidikan.
Hendra Darwaman selaku pembimbing mahasiswa mengaku tujuan diselenggarakan acara ini agar memantapkan kembali niatan mahasiswa yang telah memilih jurusan pendidikan dan kedepannya dapat melahirkan pendidik yang berkualitas. Selain itu juga, agar mahasiswa dapat meraih dan mendapatkan informasi serta hikmah mengambil jurusan pendidikan.
Rani selaku panitia dalam acara tersebut berharap dengan terselenggaranya acara ini mahasiswa akan lebih sadar mengenai pendidikan di Indonesia dan nantinya pendidikan di Indonesia akan semakin maju dan berkembang.(ayy) 

 

Berpikir Praktis Memahami Perbankan

 

Wawasan mengenai dinamisasi perbankan sangat penting bagi mahasiswa yang menggeluti tentang ekonomi. Kebutuhan itu terpenuhi dengan hadirnya perwakilan dari Bank Indonesia (BI) cabang Yogyakarta di Program Studi Managemen Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Ruang Auditorium kampus 1 UAD dipenuhi dengan mahasiswa dari Prodi tersebut dari semester paling bawah sampai dengan semester paling pada jumat (19/04/2013). Acara yang mengangkat tema “Konsep Dasar Perbankan Syariah dan Bank Konvensional” ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih kepada peserta yang hadir.

Deny Ismanto S.E ketika ditemui setelah acara berlangsung berharap, mahasiswa yang mengikuti acara ini bisa lebih berpikir secara teoritis maupun praktis dalam memahami dunia perbankan.

Acara yang menghadirkan Fikri Ausyah S.E, M.Si sebagai pemateri meyuguhkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang isu-isu terkini di dunia perbankan. Hal tersebut mendapat antusias yang bagus dari mahasiswa dengan keaktifan mereka dalam bertanya. (aay).

SMA Negeri ManonJaya Kunjungi UAD

SMA Negeri ManonJaya Kunjungi UADPelajar jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat memang butuh banyak informasi tentang sebuah universitas. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta pun tak luput diburu informasinya oleh berbagai SMA.

 

Sabtu (20/04/2013) di ruang Auditorium Kampus 1 UAD menjadi ajang pertukaran informasi antara pihak kampus dengan SMA Negeri ManonJaya yang berasal dari Tasik Jawa Barat. Penyambutan yang diwakili oleh Badan Admisi dan Akademi (BAA) yang dipimpin oleh bapak Drs. Dedi Pramono M.Hum menyampaikan terima kasih kepada pihak sekolah yang telah berkunjung ke kampus Muhammadiyah ini.

Dalam pertemuan yang berlangsung pada pukul 09.00-11.30 WIB dimulai dengan sambutan dari kedua belah pihak. Sekolah sebagai tamu menyampaikan maksudnya dan latar belakang kedatangan mereka dengan penuh suka cita.

 

“Sebenarnya ini semua bukanlah kemauan kami, namun anak-anak sendiri yang mengajak kami ke sini agar tahu kampus UAD secara nyata seperti apa. Melihat antusias anak-anak yang begitu besar. Maka, kami turuti apa yang mereka mau” tandas bapak Suherman S.Pd ketika menyampaikan sambutannya mewakili sekolahan.

Dalam studi tour yang diadakan tiap tahun ini diikuti oleh siswa kelas 11 yang terbagi ke dalam Sembilan kelas dengan didampingi oleh guru wali kelas dan pembina kesiswaan. Pelajar yang rata-rata belum pernah datang ke Yogyakarta dan hanya melihat UAD dari internet pun memberikan kesan yang membangun kepada pihak kampus.

 

“UAD ini selayaknya terus teguh pendirian mendidik umat agar lebih dikenal masyarakat, khusunya pada bidang pembelajaran”, ujar Fajar Iswandi siswa kelas 11 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) satu. (aay).

Berkaca pada Hati: Jabatan atau Kepakaran?

 

Sebagai seorang akademisi, mestinya yang dikejar bukanlah jabatan (rektor, wakil rektor, dekan atau wakil dekan), tetapi mengejar kepakaran di bidang masing-masingnya. Banyak meneliti, dan menulis, dan banyak menginspirasi mahasiswa yang dibimbingnya. Salah kaprah jika seorang akademisi meng-impikan jabatan struktural disebuah Perguruan Tinggi (itu impian yang sesat). Mestinya mereka meluruskan niat, bahwa menjabat itu berarti harus mampu membawa perubahan positif bagi lingkungannya, tidak sekedar memimpin tapi juga memberikan solusi pada setiap perkembangan yang ada sebagai tangggungjawab.

Tanggungjawab terbesar dipundak dan dibenak orang-orang yang menjabat ini, adalah mereka yang harus mampu menciptakan strategi-strategi yang sistematis dalam membawa kemajuan lembaga yang dipimpinnya. Para pemimpin harus bekerja lebih keras dari orang lain. Lebih keras dalam berpikir dan menemukan titik kebijakan bagi lembaga yang dipimpinnya.

Mereka juga harus mampu menjadi role model dan inspirator terbaik, tidak saja perannya sebagai seorang akademisi (menghasilkan karya gemilang), sebagai pemimpin (mampu memimpin), maupun juga sebagai seorang pribadi (menunjukkan kinerja terbaik).

Sesungguhnya seorang akademisi yang terpilih menjabat disebuah universitas atau fakultas, tentunya adalah orang-orang hebat, yang mampu bekerja lebih keras, lebih cerdas, dan mampu menginspirasi banyak orang untuk maju. Jangan sampai salah kaprah, hanya duduk di belakang meja, menikmati fasilitas, menikmati gaji yang lebih banyak, tetapi tidak membawa perubahan yang signifikan bagi lembaga yang dipimpinnya. Hal ini telah terjadi pada para menteri, gubernur, bupati, walikota, atau pun anggota DPR yang terhormat di Indonesia. Tidak banyak membawa perubahan, tetapi justru mengerogoti bangsanya sendiri dengan perbuatan tercela (korupsi). Na'uzubillah.

Untuk itu hendaknya kita berkaca pada hati masing-masing. Dari mana kita berasal, apa yang telah kita perbuat, dan mau kemana pada akhirnya hidup kita berlabuh. Kita semua adalah seorang akademisi yang dituntut untuk mampu melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi, dengan sebaik mungkin, dan sepenuh hati. Jabatan bukanlah tujuan kita, tetapi mendidik mahasiswa menjadi orang-orang terpelajar dan berbudi pekerti adalah tujuan kita, menghasilkan karya ilmiah terbaik, melakukan pengabdian pada masyarakat dan bangsa adalah tujuan kita. Jika pun pada akhirnya kita dipilih untuk menjabat, hendaknya mengingat niatan awal, bahwa tujuannya adalah membawa perubahan positif bagi lembaga, bekerja lebih keras dari orang lain, berpikir lebih keras dari orang lain, dan mampu menjadi role model yang terbaik bagi orang lain. Karena setiap orang sudah ditakdirkan pada sekelumit waktu di kehidupannya untuk berperan pada posisinya masing-masing, maka pilihan ada ditangan manusia itu sendiri. Menjadi pemenang, pecundang, atau malinkundang, semua tak terlepas dari kontribusi diri manusia itu sendiri. Jadi hal terbaik apa yang akan kita lakukan ke depan?

 

————————-

Oleh: Triantoro.Safaria.PhD@gmail.com.

MENYONGSONG KURIKULUM 2013 TANPA CEMAS

 

 

Wacana perombakan kurikulum masih menjadi berita terhangat di kalangan pendidik dan praktisi pendidikan. Praktisi pendidikan Ki Supriyoko telah mengingatkan, uji publik perubahan kurikulum jangan formalitas. Menurutnya, pemerintah perlu terbuka menerima masukan dan kerja keras untuk menghasilkan kurikulum yang menjawab tantangan zaman. Lebih dari itu, kata Supriyoko, bisa diterjemahkan di kelas. Bisakah kita menyongsong Kurikulum 2013 tanpa cemas?

 

Perubahan kurikulum merupakan suatu keniscayaan yang terjadi. Di Indonesia, kurikulum mengalami perubahan dari masa ke masa, seiring dengan pergantian menteri. Dulu semasa penulis duduk di bangku SD, dikenalkan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Lambat laun berubah menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan yang saat ini berlaku, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

 

Atas fenomena itu, sebagian masyarakat mengkritiknya dengan sebuah pameo yang khas, "ganti menteri ganti kurikulum". Kini, tatkala pemerintah sedang menggulirkan rencana perombakan kurikulum (dari KTSP menjadi Kurikulum 2013), pameo khas tersebut muncul kembali. Bagi saya, munculnya kembali pameo "ganti menteri ganti kurikulum" perlu dijadikan semacam warning bagi pemerintah, khususnya Kemdikbud. Apa pasal?

 

Sebab, pertama, publik memiliki harapan yang besar terhadap Kurikulum 2013. Publik berharap, Kurikulum 2013 dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas, serta kualitas pendidikan nasional. Kedua, peran guru sebagai penerjemah isi dan konsep Kurikulum 2013 di kelas. Kedua hal tersebut, menurut hemat saya, perlu dicatat oleh pihak Kemdikbud agar isi dan konsep kurikulum yang tengah dirancang terus mengalami perbaikan.

 

Terkait peran guru di kelas sebagai penerjemah kurikulum, saya ingin berikan argumentasi lain. Becermin dari pengalaman pribadi, setiap tahun ajaran baru saya selalu memikirkan cara-cara inovasi mengajar yang baru pula. Selain itu, saya bukan tipe guru yang menyuruh para siswanya harus membeli Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk materi ajar dan latihan soal saya sering mencupliknya dari buku-buku teks yang ada, selain juga hasil kreativitas sendiri.

 

Bagi saya, menjadi guru kreatif dan inovatif tidaklah repot dan harus mengeluarkan biaya mahal. Kuncinya, asalkan kita rajin membaca buku, koran, senang berdiskusi (lewat forum MGMP), kelak kualitas pembelajaran di kelas akan meningkat. Di samping itu, siswa pun tidak menjadi bosan dalam mengikuti mata pelajaran yang kita ampu. Barangkali, kejenuhan yang dialami para siswa saat ini karena gurunya mengajar dengan satu pendekatan semata.

 

Selain faktor guru, yang tak kalah penting ialah peran orangtua. Dalam pandangan saya, orangtua memiliki peran yang sama pentingnya dengan guru di kelas. Keberhasilan (atau kegagalan) implementasi kurikulum senyatanya ditentukan oleh peran guru dan/atau orangtua. Di lingkup pendidikan dasar, peran orangtua dianggap peletak dasar bagi perkembangan intelektual, moral, dan spiritual anak-anaknya. Tanpa itu, keberhasilan kurikulum hanyalah mimpi.

 

Pungkasnya, jika pihak Kemdikbud bersikeras bahwa Kurikulum 2013 jalan terus, maka persiapan yang dilakukan harus betul-betul matang. Lebih dari itu, kurikulum baru tersebut dapat menjawab tantangan zaman. Guna menyikapi hal itu, guru dan orangtua memiliki peran penting dalam mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013. Demi terwujudnya generasi emas Indonesia, saya pikir pihak Kemdikbud tidak berbuat setengah-setengah, apalagi setengah hati.[]

 

 

————————————————

 

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UAD Yogyakarta;
Penulis Buku Guru Bukan Tukang Mengajar (2012)

 

Andai Bumi Bisa Bicara: “RAWAT AKU AGAR HIDUP LEBIH LAMA”

 

Pada hari Senin, 22 April 2013, Prodi PGSD dan PG PAUD yang bertempat di Kampus V Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jl. Kyai Ageng Pamanahan no. 19, Sorosutan, Yogyakarta, telah menyelenggarakan peringatan hari bumi dengan tema “Satukan Tekad Selamatkan Bumi Kita Dari Sekarang untuk Masa Depan” Ketua Program Studi PGSD Dra. Sri Tutur Martaningsih, M. Pd beserta Ketua Program Studi PG PAUD Dra. Alif Mua’rifah, S. Psi, M. Si sangat mendukung terhadap berlangsungnya kegiatan tersebut. Tujuan diselenggarakannya acara ini ialah sebagai wujud kepedulian terhadap bumi, serta memunculkan kesadaran bagi mahasiswa, dosen dan segenap civitas akademika, serta masyarakat terhadap pentingnya menyelamatkan bumi dari kerusakan.

 

Peringatan hari bumi ini sejalan dengan visi misi Prodi dimana salah satu visinya adalah berwawasan lingkungan. Hal tersebut juga dituangkan dalam mata kuliah pendidikan lingkungan hidup (PLH) bagi mahasiswanya. Diharapkan ke depan Prodi PGSD dan PG PAUD bisa mencetak calon pendidik SD dan PAUD yang berwawasan lingkungan dan dapat menularkan ilmu yang didapatkan kepada anak sedini mungkin.

Berbagai rangkaian acara telah diselenggarakan, antara lain car free day. Ketika masuk lingkungan kampus, kendaraan dimatikan mesinnya yang  berlangsung dari pukul 08.00-12.00 WIB. Selain itu, dilakukan aksi penulisan pesan di atas kain putih sepanjang 5×2 meter. “Segenap civitas akademika baik mahasiswa, dosen, karyawan, satpam, cleaning service, terlibat dalam kegiatan tersebut dan cukup antusisas menuliskan pesan sebagai wujud kepedulian terhadap keselamatan bumi mendatang” ujar salah satu dosen Dholina Inang Pambudi, M. Pd.

 

Salah satu cuplikan pesan yang ditulis oleh mahasiswa adalah “Andai bumi itu bisa bicara, dia akan berkata “Rawat aku agar dapat hidup lebih lama” Marilah selamatkan bumi sekarang juga dari kita, untuk kita. (Doc)

Guru Inspiratif Ujung Tombak Keberhasilan Pendidikan

 

Guru adalah sebuah profesi yang mulia. Bahkan guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Profesi guru adalah sebuah amanah yang besar, yang harus dijalani dengan melibatkan segenap kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Apabila guru hanya melibatkan kemampuan intelektual saja, maka guru tersebut hanya akan menjadi guru yang teoritis. Apabila hanya melibatkan sisi emosional saja yang dominan, maka akan melahirkan guru yang temperamental. Ada beberapa kasus guru memukul siswa karena siswa tidak bisa menjawab sesuai dengan keinginan guru. Seharusnya menjadi seorang guru adalah panggilan hati sehingga bersinergi antara sisi intelektual (ilmu yang dikuasai), emosional (peka dan mampu memahami peserta didik), dan spiritual (guru adalah sebuah amanah sekaligus ibadah yang akan dipertanggung jawabkan kepada Yang Maha Kuasa).

Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiwaan peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah kemajuan.

Guru yang inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda (fisik, intelektual, sosial-emosional). Setiap individu adalah unik, ketika kita memperhatikan peserta didik di kelas dengan latar belakang usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan, kemampuan, temperamen, minat yang beragam terhadap suatu pelajaran.

Belum tentu anak yang duduk manis, diam itu memperhatikan dan mampu menyerap materi pelajaran dengan baik. Belum tentu juga anak yang ramai, tidak bisa diam di kelas itu identik dengan anak yang nakal dan bodoh. Agar kita bisa menjadi guru yang inspiratif seharusnya kita mampu memahami kondisi siswa yang beragam, dan selalu kita tanamkan bahwa “tidak ada anak yang bodoh” . Belum tentu anak yang dicap bodoh oleh gurunya itu tidak punya kelebihan, bisa jadi anak tersebut mempunyai kelebihan di bidang lain mungkin bisa menonjol di musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, matematic logic, spacial, naturalis,  maupun perpaduan dari beberapa multiple intelegency tersebut.

Untuk itu, guru sebagai ujung tombak sekaligus garda terdepan terhadap keberhasilan pendidikan harus memiliki beberapa kompetensi, baik profesional, pedagogis, personal, sosial. Selain itu, kompetensi guru bukan hanya menguasai apa yang harus diajarkan, tapi bagaimana membelajarkan kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan siswa menjadi semakin termotivasi ketika sedang belajar dengan sosok guru yang mampu memberi inspirasi tersebut.

Agar bisa menjadi sosok guru yang inspiratif, guru harus mampu memegang prinsip care, share, trust. Care, artinya mampu memberi perhatian pada siswa dari latar belakang (fisik, intelektual, sosio-emosional) yang berbeda, guru harus bisa merangkul, memberi semangat, dan memotivasi siswa di kelas. Share, artinya guru harus mampu membagi ilmu yang dimiliki dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang bagi siswa. Guru harus mampu merancang strategi pembelajaran,  metode, media yang menarik bagi siswa. Trust, artinya guru harus bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya, dan bisa memberi teladan, serta  menanamkan karakter yang baik bagi siswa di sekolah.

Dengan mengenal lebih dekat pada peserta didik, guru akan dapat menemukan strategi yang tepat dalam memberikan bimbingan dan membangkitkan motivasi belajar mereka.

Apabila semua guru mampu memiliki mindset demikian, mampu memegang prinsip care, share, trust dan mempunyai kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Maka, peserta didik akan merasa nyaman berada di kelas, tidak ada anak yang membolos, bahkan kehadiran guru inspiratif tersebut akan selalu dinanti di kelas. Pada akhirnya guru inspiratif akan bisa mencetak generasi penerus yang berkarakter dan bisa menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan. Siapkah Anda menjadi guru yang inspiratif?

 

————

Dholina Inang Pambudi, M. Pd, Dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.