PERUBAHAN KURIKULUM JANGAN MELENAKAN TUGAS UTAMA GURU

Oleh : Muhammad Joko Susilo

(Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,

email: jokoms_uad@yahoo.com / Hp: 08122586080)


Sejarah perubahan kurikulum pendidikan bangsa Indonesia sejak mulai merdeka tahun 1945 sudah mengalami perubahan selama 10 (sepuluh) dekade, yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan akhir-akhir ini ditahun 2013. Jika ditelaah dari perjalanan perubahan kurikulum tersebut, memang ada hal-hal yang mendasari perlunya ada kebijakan perubahan yang harus dilakukan oleh pelaku-pelaku bangsa ini. Namun demikian, setidaknya perubahan perlu diminimalkan dari kepentingan-kepentingan politik perseorangan/kelompok tertentu. Hal ini, bukan berarti tidak boleh ada muatan politis dalam perubahan, namun secara tinjauan sistem maka, muatan politis itu harus membawa pada kepentingan umat (baca: bangsa Indonesia) sebagaimana yang terjadi pada perubahan kurikulum tahun 1968 pasca meletusnya pemberontakan G 30 S PKI, saat itu pemerintah menitipkan untuk dimasukan dalam kurikulum tentang kecintaan kepada negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945 agar kasus pemberontakan G 30 S PKI tidak terulang lagi.

Sebenarnya secara teoritis, terdapat beberapa azas yang dijadikan pertimbangan dan perhitungan dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum bangsa ini, yakni: azas filosofis, azas psikologis, azas sosiologis, azas organisatoris, dan azas kemajuan teknologi. Azas filosofis harus didasarkan pada filsafat bangsa Indonesia, yang secara estimologis mengandung makna kecintaan akan kedamaian abadi dan kesejahteraan sosial. Azas psikologis lebih ditekankan pada aspek-aspek kejiwaan belajar dari peserta didik yang diistilahkan dengan psikologi perkembangan siswa, dan ditekankan pada psikologi belajar yang akan menentukan metode-metode dan/atau model-model belajar yang mengarah pada pemataan kejiwaan peserta didik. Azas sosiologis ditekankan pada aspek-aspek sosial budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat tempat sekolah itu didirikan, sehingga dalam kurikulum perlu sekali mengangkat muatan-muatan lokal (mulok) untuk diajarkan kepada peserta didik.

Dalam sudut pandang manajemen sekolah dipandang sebagai sistem organisasi yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan tujuan yang sama, yaitu tujuan sekolah juga tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal inilah yang menjadi dasar penekanan pada azas organisatoris. Jadi sekolah tidak layak jika ditunggangi kepentingan-kepentingan individu ataupun golongan untuk mencapai hajat individualnya / golongannya. Yang terakhir adalah azas kemajuan teknologi, artinya bahwa penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak menutup diri dengan perkembangan zaman, sehingga proses adaptasi dan adopsipun perlu dilakukan dalam kurikulum yang sesuai dengan arah perkembangan zaman, apalagi di era global yang semuanya berbasis pada teknologi canggih, azas terakhir sebenarnya mengisyaratkan bahwa para pelaku pendidikan dituntut untuk tidak gaptek (gagap teknologi), sehingga akan mampu mengaplikasikan dalam proses pembelajarannya dan semakin lebih mudah proses akses keilmuannya.

Jadi, sangat jelas bahwa sebenarnya perubahan kurikulum itu mutlak diperlukan, sehingga sebagai pelaku pendidikan (baca:guru) tidaklah gusar, sebenarnya istilah yang sudah berkembang dimasyarakat “Ganti Menteri Ganti Kurikulum”, “Ganti Pemimpin Ganti Kebijakan” tidaklah tepat 100%. Justru yang paling penting adalah dengan adanya perubahan kurikulum itu tidak menganggu aktivitas/tugas utama guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Namun, jika secara teknis pelaku pendidikan banyak yang menganggap bahwa perubahan kurikulum merupakan suatu proyek, maka akan terjadi perebutan anggaran proyek tersebut, sehingga banyak pelaku pendidikan yang tergiur dan melupakan tugas utamanya yang ada tujuh (7) M, sebagaimana yang ditercantum dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 Ketentuan Umum, disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Amanah Undang-Undang merupakan amanah Pancasila dan UUD 1945 yang artinya amanah para pendiri bangsa Indonesia, sehingga jika perubahan kurikulum dipolitisi sebagai proyek dan pelaku pendidikan banyak diarahkan untuk mengikutinya hingga melenakan tugas utamanya dalam mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran yang baik, maka sangat jelas potensi peserta didik tidak akan bisa berkembang karena bapak/ibu gurunya disibukkan oleh kebijakan-kebijakan atasannya. Dengan begitu, sebenarnya proses pendidikan tidak dilakukan secara sadar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melainkan karena dipaksakan untuk menjadikan peserta didik cerdas yang sebaliknya. Karena modusnya dipaksakan maka perjalanan prosesnya pun tidak akan baik, terbukti banyak hilangnya karakter peserta didik yang jauh di luar karakter sebagai bangsa yang berladaskan pancasila dan UUD 1945. Perilaku seperti itu sangat bertentangan dengan makna pendidikan yang sebenarnya, seperti yang sudah ditorehkan dalam peraturan yuridis bangsa ini yang tertuang dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Bab 1 Pasal 1 yang menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Allohu’alam.

Read more

HMPS PBSI ADAKAN TURNAMEN FUTSALL

 

Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS PBSI). Minggu, 7 April 2013 menyelenggarakan kegiatan turnamen futsal di Joglo Futsal di jalan Paris Km 4 no 303. Kegiatan tersebut di mulai pukul 08.00 wib dan diikuti oleh mahasiswa PBSI semester  2, semester  4, dan  semester 6.


Kegiatan tersebut disambut antusias oleh seluruh mahasiswa PBSI, terbukti  sejak pukul 07.00 wib para pemain dan para pendukung tim sudah memadati area permainan. Para pemain mengaku, mereka datang lebih awal karena tidak ingin ketinggalan melihat lawan yang lebih dulu bertanding, dengan melihat pertandingan terlebih dahulu para pemain akan mengetahui kelemahan dan trik yang digunakan oleh lawan mereka nantinya.


Said selaku wakil panitia dalam kegiatan tersebut mengaku kegiatan ini diikuti oleh 9 tim yang akan bertanding. Ia juga menambahkan tujuan diselenggarakan kegiatan ini yaitu membangun kerjasama dan kekompakan antar kelas. Selain itu juga ia berharap acara seperti ini dapat di adakan lagi pada tahun-tahun sebelumnya ”Ya, kalau bisa pertandingannya tidak hanya khusus  program studi PBSI saja, tapi juga bisa antar fakultas, nah pasti lebih seru kan” ujarnya.


Syaiful Amrin selaku ketua HMPS mengaku kegiatan ini merupakan program kerja dari HMPS sendiri, dengan terselenggaranya acara ini berarti kita berinteraksi tidak hanya di lingkungan kampus saja tetapi juga di luar kampus. Ia juga berpesan bahwa para pemain harus menjunjung suportivitas nya, nantinya  tim yang kalah harus berbesar hati menerima kekalahannya dan tim yang menang tidak boleh bersikap sombong. (ayy)

Read more

UAD Lantik Wadek dan Kaprodi

 

 

 

Pergantian pengurus dalam suatu jabatan merupakan hal yang sudah biasa dalam setiap instansi. Hal tersebut sebagai upaya penyegaran kepengurusan instansi. Barangkali hal tersebutlah harapan Drs.Kasiyarno, M.Hum dalam sambutannya pada pelantikan seluruh wakil dekan (Wadek) dan ketua program studi Kaprodi Kamis (04/04/2013).

 

Dalam usaha memajukan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) untuk menjadi kampus islami yang baik, diperlukan pengorbanan yang besar. Tujuan yang diimpikan itu disematkan kepada seluruh Wakil Dekan (Wadek) dan ketua Program Studi (Kaprodi) di Auditorium kampus 1.

 

Pelantikan dihadiri oleh para dosen, rektor, wakil rektor, Badan Pembina Harian (BPH) dan para tamun undangan. Wadek yang dilantik untuk kepengurusan tahun 2013 sampai 2017 antara lain :

1. Rika Astari S.S, M.A : Wakil Dekan Fakultas Agama Islam

2. Tina Sulistyani S.E, M.M : Wakil Dekan Fakultas Ekonomi

3. Faridah Ainur Rohmah S.Psi. M. Si., Psi : Wakil Dekan Fakultas Psikologi

4. Ulaya Ahdiani S.S, M.Hum : Wakil Dekan Fakultas Sastra

5. M. Hajir Susanto S.H,M.H : Wakil Dekan Fakultas Hukum

6. Dr. Suparman, M.Si., DEA. : Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

7. Endah Sulistiawati, S.T., M.T. : Wakil Dekan Fakultas Teknik Industri

8. Nining Sugihartini, M.Si., Apt. : Wakil Dekan Fakultas Farmasi

9. Yuniar Wardani, SKM, MPH. : Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

10. Agung Budiantoro, S.Si., M.Si. : Wakil Dekan Fakultas Matematika dan IPA

Sedangkan kaprodi yang dilantik untuk masa jabatan yang sama dengan wadek antara lain :

1. Abdul Mukhlis, S.Ag., M.Ag. : Bahasa dan Sastra Arab

2. Drs. H. Waharjani, M.Ag. : Tafsir Hadist

3. Erny Hidayati, S.Psi., M.A : Psikologi

4. Dini Yuniarti., S.E., M.Si. : Ekonomi Pembangunan

5. Dyah Fitriyani, S.E., M.M. : Manajemen

6. Dewi Amalia, S.E., M.Si. : Akuntansi

7. Tri Rina Budiwati, S.S., M.Hum. : Sastra Inggris

8. Dra. Ani Yuliati., S.S., M.Hum. : Sastra Indonesia

9. Rendra Widyatama, S.IP., M.Si. : Ilmu Komunikasi

10. Wita Setyaningrum, S.H., LLM : Ilmu Hukum

11. Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd. : Bimbingan Konseling

12. Dra. Triwati Rahayu, M.Hum. : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

13. R. Muhammad Ali, S.S., M.Pd. : Pendidikan Bahasa Inggris

14. Dra. Sumaryati, M.Hum. : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

15. Muhammad Joko Susilo, S.Pd., M.Pd. : Pendidikan Biologi

16. Dian Artha Kusumaningtyas, S.Pd.,M.Pd.Si : Pendidikan Fisika

17. Dra. Sri Tutur Martaningsih, M.Pd : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

18. Yudi Ari Adi, S.Si., M.Si. : Matematika

19. Mursid Wahyu Hananto, S.Si., M.Kom. : Sistem Informasi

20. Bagus Haryadi, S.Si., M.T. : Fisika

21. Dr. Dwi Suhartanti, M.Si. : Biologi

22. Choirul Bariyah, S.T., M.T. : Teknik Industri

23. Sri Winiarti, S.T., M.Cs. : Teknik Informatika

24. Nuryono Satya Widodo, S.T., M.Eng. : Teknik Elektro

25. Ir. Siti Jamilatun, M.T. : Teknik Kimkia

26. Dr. Nurkhasanah, Apt., M.Si. : Farmasi S1

27. Dr. Moch. Saiful Bachri, Apt., M.Si. : Profesi Apoteker

28. Liena Sofiana, S.K.M., M.Sc : Ilmu Kesehatan Masyarakat

29. Drs. Abdul Taram, M.Si. : Pendidikan Matematika

 

Atas dilantiknya para wadek dan kaprodi tersebut rektor serta pimpinan badan pembina harian memberikan ucapan selamat ketika menyampaikan sambutan mereka.

 

"Jabatan saudara semuanya merupakan amanah dari persyarikatan Muhammadiyah, maka peganglah amanah tersebut dengan sekuat tenaga", tambah Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.

 

Pejabat yang telah dilantik tersebut diharapkan dapat menambah kegiatan kerjasama kepada Universitas lain sebagai upaya pengembangan UAD supaya lebih maju. UAD juga sudah mengikrarkan siap maju bersama persyarikatan. (aay)

JANGAN BIARKAN PREMAN BERKUASA

Hendra Darmawan*)

Baru-baru ini Hercules putra Dili itu ditangkap polisi karena aksi pemerasan, dalih pengamanan lokasi dan lain-lain. Tetapi tetap saja modus kekerasan di negeri ini makin membesar dan bervariasi. Hari sabtu yang lalu 23/3/2013 di LP Cebongan Sleman Yogyakarta telah terjadi operasi senyap, pembunuhan yang sadis atas empat orang. Beberapa waktu lalu Kementrian Kehutanan Republik Indonesia dengan 100 personil polisi hutan gagal mengeksekusi hutan rakyat di Bogor yang telah diisi dengan vila-vila yang diduga milik sebagian pejabat dan artis (kompas 20/03/13). Kejadian-kejadian serupa menunjukkan bahwasanya Negara dalam keadaan lemah atau diperlemah bahkan diposisikan tersandra kepentingan-kepentingan individu.

Jika Negara lemah, lalu bagaimana tugas negara yang menjamin keamanan negara, menciptakan rasa aman, menjamin kepastian hukum harus dinikmati oleh rakyat. Tentu Perubahan bangsa tidak semata-mata diukur oleh pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Negara perlu mengukur index kebahagiaan (Index of happiness). Salah satu yang perlu ditekankan adalah rasa aman.

Untuk membangun rasa aman, perlu sebuah revolusi yang digerakkan oleh pemimpin dengan jiwa besar, karismatik. Jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka kemungkinan besar yang menggerakkan adalah kesadaran kolektif, gerakan organik menjadi driving force disaat perwakilan dilembaga legislative tidak lagi merepresentasikan suara rakyat (Yudi Latif, kompas 27/03/13). Saat demo sudah dibeli dengan uang, maka gerakan akar rumput, turun ke jalan menjadi alternative gerakan. Padahal di era demokrasi harusnya perdebatan wacana menjadi sebuah tren. Mungkin rakyat jengah melihat perdebatan wacana yang hanya menjanjikan perubahan kearah perbaikan.

Editorial Media Indonesia beberapa hari lalu bertajuk “negeri anak bawang”. Sebuah analisis yang tajam lagi mendalam, menghentak kesadaran kita semua. Indonesia yang dilukiskan negeri gemah ripah loh jinawi, tongkat dan kayu jadi tanaman, dll. Hari ini lukisan itu dipertanyakan hanya karena kelemahan memanaj potensi negara. Berkuasanya segelintir orang di Indonesia mendominasi perekonomian ribuan orang di Indonesia, hal ini tidak boleh dibiarkan (Jefreey Winter, 2010). Oligarki seperti ini mungkin dikira telah berakhir sejak reformasi 1998 bergulir tapi nyatanya penjajahan model baru makin menggelora, yakni kita dijajah oleh londo ireng (bangsa sendiri) meminjam istilah Buya Syafii.

Jauh-jauh hari Mahatma Gandhi telah mengingatkan jika ada sepuluh orang yang rakus, tamak di sebuah negeri, keberadaannya dapat mengalahkan ribuan orang baik. Hal ini sejalan dengan pesan Sahabat Umar Bin Khatab “Camkan akan ancaman Sebuah kebathilan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir ..”

Lalu bagaimana menolong saudara kita yang Dzalim, tiran, melakukan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan), dll. Menolong mereka yang dzalim adalah dengan mencegah mereka untuk tidak berbuat dzalim. Saya kutipkan redaksi arabnya ..”Unshur akhokadholim awil madzlum”- Tolonglah saudaramu yang dzalim dan yang terdzalimi. Untuk mewujudkan hal tersebut, sebuah Negara perlu strategi. Jika strategi perubahan structural tidak efektif maka strategi cultural dapat menjadi alternatif. Kuntowijoyo (1997) menekankan faktor perubahan itu ada dua yakni struktural dan kultural. Ia menegaskan bahwasanya perubahan yang akan bertahan lama serta bersifat sustainable adalah perubahan yang dipicu oleh faktor internal (from within).

Fukuyama dalam bukunya menegaskan untuk menciptakan demokratisasi yang berkelanjutan dibutuhkan Negara yang kuat, tapi bukan Negara yang otoriter. Premanisme tidak boleh dibiarkan. Jika dibiarkan, berarti Negara dan kita semua berinvestasi akan sebuah kebatilan yang mungkin saja resiko yang tidak terduga datang begitu saja. Siapapun kita, kita harus berlomba-lomba dalam berinvestasi kebaikan, memperdayakan masayarakat, melakukan pendidikan politik, kritik tidak dilarang selama itu disampaikan secara santun dan bermartabat. Dengan upaya itu control sosial akan efektif, abuse of power dapat dicegah, Negara yang kuat dapat terwujud.

Penulis adalah Dosen Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UAD

Read more

Penganugrahan Juara Lomba Puisi Manusia Cinta

Kelompok Studi Sastra(KSS). Rabu, 3 April 2013. Bertempat di Hall kampus 2 Universitas Ahmad Dahlan(UAD) mengadakan malam penganugrahan juara lomba penulisan puisi KSS PBSI UAD dan peluncuran dokumentasi puisi”Manusia Cinta”. Acara tersebut dihadiri oleh Bapak Wahid Eko Purwanto dan Bapak Hari Leo Air serta 25 orang mahasiswa yang mengikuti perlombaan tersebut.Wahid Eko Purwanto selaku penikmat puisi dalam sambutannya mengatakan mahasiswa yang mengikuti perlombaan tersebut berjumlah 37 orang, tak lupa Ia juga mengucapkan selamat kepada para mahasiswa yang telah mengikuti perlombaan tersebut karena tidak setiap orang bisa menulis puisi tetapi semua orang bisa menikmati puisi. Ia juga menambahkan walaupun yang mengikuti perlombaan hanya sedikit tapi ia cukup bangga  karena sedikit orang tetapi punya kualitas, lebih baik dari pada banyak tetapi hanya menjadi buih.
Hari Leo Air selaku juri memutuskan bahwa juara pertama diraih oleh Aditya Dwi Yoga dengan judul puisi “Suatu Malam di Pendopo Tua” dan juara 2 diraih oleh Arfiansyah Panji Punandaru dengan judul puisi “Rebah Senja” serta juara 3 diraih oleh Ari Prasetyo Nugraha dengan judul puisi “Insomnia”. Sedangkan juara harapan diraih oleh Niswatun Khasanah dengan judul puisi “Narasi Merindu” dan Widya Prana Rini dengan judul Angin dan “Hujan Riris Menyatu”.
Hari Leo Air menambahkan hasil penilaian tersebut dilihat dari gagasan atau ide dalam menulis, pengembangan ide, kebahasaan dalam puisi dan greget dari puisi. Maka dengan pertimbangan itu ia memutuskan nama-nama tersebutlah yang menjadi pemenang. Menurutnya puisi-puisi yang mengikuti perlombaan itu semuanya bagus hanya kebanyakan pada puisi-puisi tersebut pembendaharaan masih kurang sehingga ia berpesan agar kita sering membaca atau melihat puisi- puisi yang sudah ada terutama dari sastrawan yang sudah terkenal agar puisi yang kita buat nantinya bisa lebih bagus dari sebelumnya.
Laili selaku peserta lomba mengaku senang mengikuti acara ini karena walaupun ia tidak berhasil mendapatkan juara tapi banyak pengalaman-pengalaman baru yang didapatnya. “saya pun merasa cukup bangga karena puisi-puisi yang saya dan teman-teman tulis itu dibuku kan oleh panitia sehingga itu bisa menjadi bukti bahwa kami pernah menulis” Ujarnya. (ayy)

Redaksi Online Adakan Pelatihan Blog

Minggu, 31 Maret 2013. Redaksi Online Kreativitas kita (Kreskit) mengadakan pelatihan blog bagi seluruh anggota Kreskit. Acara tersebut dilaksanakan di kampus 2 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Kurniawan Restu Pambudi selaku pembimbing dalam pelatihan itu mengajarkan mulai dari pembuatan blog sampai hal-hal yang lebih jauh mengenai blog. Acara tersebut  mendapatkan antusias yang sangat baik dari seluruh anggota Kreskit terbukti hampir 30 orang mengikuti pelatihan tersebut. Mereka mengaku pelatihan tersebut sangat penting diikuti karena banyak manfaat yang dapat diambil, khususnya untuk para mahasiswa.

Rio Pamungkas selaku ketua panitia pada acara tersebut sangat senang dengan terselenggaranya acara tersebut karena dapat meningkatkan kemampuan anggota kreskit mengenai blog, ia pun berharap agar para anggota kreskit dapat memanfaatkan blog dengan sebaik-baiknya.

Diana salah satu anggota yang mengikuti acara tersebut mengaku senang karena banyak pelajaran yang didapatnya mengenai blog. “saya berharap acara seperti ini tidak hanya sekali dilaksanakan tetapi juga harus sering dilaksanakan dan tidak hanya blog saja yang diajarkan tetapi juga pelatihan-pelatihan lainnya agar anggota kreskit lebih berbeda dari yang lainnya”ujarnya. (ayy)

Read more

Tiga Pilar Satu Hati Kuatkan Organisasi

Kamis, 28 Maret 2012. Bertempat di Pondok pemuda ambarbinangun kasihan Bantul.  Himpunan Mahasiswa Program Study(HMPS)Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia(PBSI) mengadakan Malam Keakraban(Makrab).

Acara yang bertemakan Tiga Pilar Satu Hati Kuatkan Organisasi itu dihadiri oleh 50 peserta yang terdiri dari anggota  Himpunan Mahasiswa Program Study(HMPS), Jaringan Anak Bahasa(JAB), dan Kreativitas Kita (Kreskit). Acara  Makrab tersebut diisi oleh permainan-permainan yang membutuhkan kerjasama dan dapat mempererat tali persaudaraan. Selain itu yang paling penting pada acara tersebut yaitu terdapat materi-materi yang cukup menarik seperti materi pertama tentang dinamika organisasi oleh Andi Irfana Ardhi dan materi kedua  tentang administrasi organisasi oleh ibu Dedi Wijayanti serta materi ketiga tentang motivasi oleh Iqbal H Saputra, dengan materi-materi tersebut kita banyak mengetahui hal-hal baru yang sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri.

Nely salah satu panitia dalam acara tersebut mengaku acara ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan antara HMPS, JAB, dan Kreskit karena dengan acara ini semua anggota akan saling mengenal satu sama lain sehingga kedepannya kerjasama diantara ketiganya akan semakin baik. Ia pun berharap tidak hanya pada acara makrab saja mereka saling mengenal tetapi kedepannya mereka akan saling menyapa dimanapun mereka berada. 

Wulan salah satu peserta mengaku banyak manfaat yang didapat dalam acara tersebut. Seperti banyak mendapatkan teman-teman baru dan banyak mengetahui hal-hal yang terkait dengan administrasi organisasi. Ia berharap acara seperti ini akan sering diadakan. (Ayy/Doc)

 

Read more

GURU: JURU KUNCI PERUBAHAN

 

Ika Maryani, M.Pd

Dosen Prodi PGSD, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Dunia Pendidikan memang sedang diramaikan oleh “tamu” yang menjadi perdebatan di banyak media. Kurikulum 2013, yang beberapa waktu lalu, baru pada tahap uji publik nampaknya tak lama lagi akan menjadi bagian dari kita yang berkecimpung di dunia pendidikan. “Bukan waktunya lagi memperdebatkan kurikulum 2013 halal atau haram dan benar atau salah,” kata M. Nuh saat Pemantapan Sosialisasi Kurikulum 2013 di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis (28/3/2013). Yang paling dibutuhkan sekarang adalah saran dan solusi terbaik agar pelaksanaan dari kurikulum 2013 ini dapat berjalan sesuai dengan harapan kita semua.

Jika kita flashback ke belakang, Indonesia pernah mengalami lebih dari sepuluh kali perubahan kurikulum. Setelah tahun 1945 saja, ada sekitar 12 (dua belas) kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1984,Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikulum 2006, dan yang terakhir KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Menurut penulis, bukan hal yang buruk sebenarnya jika pemerintah terus berupaya memperbaiki kualitas pendidikan melalui perubahan kurikulum. Penulis yakin, hal ini didasari pada riset dan pertimbangan matang semata-mata demi terwujudnya pendidikan Indonesia yang berkualitas. Hal yang sebenarnya menjadi masalah adalah, Siapkah guru-guru kita menerima perubahan kurikulum 2013 ini?

Guru memiliki peran besar di dalam  proses pembelajaran pada setiap pergantian kurikulum. Setidaknya ada empat aspek kompetensi guru yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi pelaksanaan kurikulum 2013. Keempat Kompetensi guru yang dimaksud adalah Kompetensi pedagogi, kompetensi akademik, kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial. Kompetensi pedagogi merupakan kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, guru dituntut untuk menguasai metodologi pembelajaran agar dapat membawa peserta didik dalam proses belajar yang maksimal. Kompetensi akademik (keilmuan), ini juga penting, karena guru sesungguhnya memiliki tugas untuk bisa mencerdaskan peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya, jika guru hanya menguasai metode penyampaiannya tanpa kemampuan akademik yang menjadi tugas utamanya, maka peserta didik tidak akan mendapatkan ilmu pengetahuan apa-apa.

Guru harus juga bisa dipastikan memiliki kompetensi sosial, karena ia tidak hanya dituntut cerdas dan bisa menyampaikan materi keilmuannya dengan baik, tapi juga dituntut untuk secara sosial memiliki kompetensi yang memadai. Apa jadinya seorang guru yang asosial, baik terhadap teman sejawat, peserta didik maupun lingkungannya. Kompetensi yang terakhir adalah kompetensi manajerial, pada diri gurulah sesungguhnya terdapat teladan, yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya.

Guru sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan dapat menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Kesiapan guru sangat penting, karena dalam tujuan kurikulum 2013, diantaranya mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan- mempresentasikan, apa yang mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran. Melalui empat tujuan itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Disinilah guru berperan besar di dalam mengimplementasikan tiap proses pembelajaran pada kurikulum 2013. Guru ke depan dituntut tidak hanya cerdas tapi juga adaptip terhadap perubahan, karena guru merupakan “Juru Kunci” dari segala perubahan.

Read more

KURIKULUM UNTUK ORANGTUA-GURU

 

Sebelum menghadiri Sidang Senat Terbuka Dies Natalis ke-37 Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Senin (11/3) lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan, pelatihan guru untuk penerapan Kurikulum 2013 akan dilaksanakan mulai Juni mendatang. Pernyataan mantan Rektor ITS itu kiranya dapat dibaca dari perspektif lain, yaitu tentang peluang kurikulum baru tersebut bagi orangtua dan guru. Bagaimana penjelasannya?

Dalam berbagai rilis beritanya, Kemdikbud menyatakan bahwa implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap. Tahun ini dijadikan tahun pertama dalam implementasi kurikulum baru tersebut. Selanjutnya, tahun 2014 sebagai tahun kedua, dan tahun 2015 sebagai tahun ketiga. Dengan cara demikian, diharapkan Kurikulum 2013 bisa “diamankan” dari adanya ancaman perombakan kurikulum seiring pergantian kabinet/menteri.

Itulah jawaban sekaligus harapan dari Kemdikbud saat ditanya mengapa Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap. Meskipun posisi Mendikbud nantinya tidak lagi dijabat oleh Mohammad Nuh, tetapi implementasi kurikulum baru tersebut harus tetap jalan. Saya pikir, harapan tinggal harapan jika pihak Kemdikbud tidak melakukan perbaikan-perbaikan isi dan konsep kurikulum yang tengah dirancangnya saat ini.

Dalam bacaan saya, isi dan konsep Kurikulum 2013 hanya diperuntukkan bagi siswa dan terbatas pada lingkup sekolah. Sementara itu, peluang kurikulum baru tersebut bagi orangtua di rumah dan guru di sekolah cenderung disisihkan. Atau, jikalau disinggung tentang peran guru di kelas, itu pun lagi-lagi masih dipertanyakan. Pasalnya, selama ini tak sedikit guru kita yang mengajar dengan cara itu-itu saja, tidak mengalami perkembangan yang signifikan.

Tegasnya, meskipun kurikulum telah berganti-ganti, cara mengajar dan pendekatan yang digunakan oleh para guru umumnya tidak bervariasi. Padahal, berbagai penelitian dan literatur terbaru menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran yang digulirkan oleh guru, apapun mata pelajarannya, akan berpengaruh besar bagi keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran dari gurunya di kelas. Lantas, bagaimana dengan Kurikulum 2013?

Sejauh ini, yang terkait dengan keberadaan guru ialah adanya pelatihan bagi guru-guru yang akan dilaksanakan pada Juni mendatang. Pelatihan tersebut diperuntukkan bagi guru-guru yang mengajar di kelas-kelas tahun pertama penerapan Kurikulum 2013. Terhadap pelatihan itu, saya perlu memberikan komentar; apapun pelatihan yang diberikan kepada guru-guru, toh hal itu tidak lantas menjadi jaminan bahwa guru bisa berinovasi dalam mengajar.

Inovasi dalam mengajar hanya terwujud apabila seorang guru telah memiliki rasa keingintahuan dan kepeduliaan yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh siswanya di kelas. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, misalnya, guru tahu bahwa siswanya sulit mengembangkan imajinasi saat menulis puisi atau cerita pendek. Kesulitan yang dialami siswa tadi sepatutnya menjadi tugas bagi guru untuk mencarikan jalan keluar baginya.

Walhasil, mau tidak mau, guru juga dituntut untuk berpikir guna menghasilkan formula atau cara jitu guna mengatasi persoalan siswanya di kelas. Formula atau cara jitu tersebut mungkin dapat diperoleh, misalnya dari memperkaya diri dengan bahan bacaan, berinteraksi dengan koleganya, ataupun melakukan penelitian ilmiah (bersama dosen). Saya pikir, apa-apa yang dilakukan guru seperti contoh tersebut perlu diperhatikan.

Yang tak kalah penting, isi dan konsep Kurikulum 2013 perlu memberikan ruang bagi peran orangtua di rumah. Selama ini, makna mendasar dari pendidikan nasional telah bergeser jauh. Pendidikan kini hanya dimaknai sebagai proses yang berlangsung di sekolah atau kampus. Sementara itu, tak sedikit orangtua yang memiliki persepsi bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sebagai pelengkap dari pendidikan di lingkungan sekolah/kampus.

Padahal, jika kita merujuk pada bunyi cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub pada Pembukaan UUD 1945, ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’, sepatutnya pencerdasan anak bangsa tak hanya berlangsung di sekolah/kampus formal. Proses pencerdasan anak bangsa dapat berlangsung di mana pun, termasuk di lingkup keluarga. Dalam hal ini, kedua orangtua menjadi peletak dasar bagi perkembangan intelektual, moral, dan spiritual seorang anak.

Untuk itu, jika Kemdikbud betul-betul ingin merombak kurikulum, saatnya pihak orangtua di rumah dan guru di sekolah dijadikan sebagai mitra dialog yang tepat dan mumpuni. Yang pasti, Kurikulum 2013 hanyalah sepertiga dari kurikulum kehidupan bagi seorang anak. Sisanya, duapertiga bagian merupakan ranah yang perlu diisi oleh orangtua di rumah dan guru di sekolah. Dan, hal itulah yang kelak dapat menentukan keberhasilan hidup seorang anak. Begitukah?[]

Ngudarasa KORAN MERAPI PEMBARUAN

Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD Yogyakarta.

HP.: 081578031823.

Read more

KKN UAD Launching Posdaya Kotagede

Yogyakarta, Minggu (31/3), KKN Alternatif UAD Periode XXXVI melaunching 41 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di setiap RW se-Kecamatan Kotagede.

Acara launching Posdaya yang sekaligus penarikan mahasiswa KKN se-Kecamatan Kotagede yang diadakan di lapangan karang, Kotagede dimeriahkan dengan beberapa rangkaian acara seperti senam masal, fashionshow, pelayanan kesehatan dan pembagian hadiah pemenang lomba dan pembagian doorprise. Diperkirakan 500 orang menghadiri acara tersebut yang terdiri dari pengurus posdaya, mahasiswa KKN se-Kecamatan Kotagede, serta warga sekitar. 

Drs. Nur Hidayat, Camat Kotagede, juga hadir dalam acara tersebut. “Launching posdaya inti sudah pernah diadakan secara serentak di balaikota yang diresmikan oleh Ketua umum yayasan Damandiri Profesor Dr Haryono Suyono tahun lalu. Sekarang telah terbentuk juga  posdaya tingkat RW diseluruh Kecamatan Kotagede yang terdiri dari tiga kelurahan yaitu Prenggan, Rejowinangun, dan Purbayan.” Jelas Nur Hidayat dalam sambutan singkatnya. “Peresmian Posdaya kali ini merupakan tindak lanjut dari diadakannya posdaya inti untuk membangkitkan kembali posdaya di tingkat RW agar ada monitoring secara langsung di tingakat RW,”  lanjutnya.

Peresmian 41 Posdaya secara simbolis dilakukan oleh Drs. Hur Hidayat selaku camat sebagai perwakilan dari pihak kecamatan Kotagede dan Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum selaku ketua kampus KKN sebagai perwakilan dari pihak UAD. Simbol posdaya dalam bentuk papan nama posdaya diberikan kepada ketua posdaya masing masing RW dari setap kelurahan.

Yuniar Wardani, MPH, koordinator posdaya di Kotagede menyatakan, “Ini adalah tahun pertama diadakannya KKN bertema Posdaya. KKN bertema posdaya bertujuan untuk mempercepat target Millenium Development Goals (MDGs).”

 “Pembentukan posdaya itu sangat penting untuk meningkatkan pemberdayaan keluarga. Dalam kegiatan posdaya semua kalangan dapat terlibat mulai dari balita, remaja, ibu-ibu sampai lansia. Dengan adanya posdaya ini diharapkan dapat tercipta masyarakat mandiri dan dapat bermanfaat bagi masyakat khususnya masyarakat di RW nya sendiri.” Ungkap Yuniar, ketua panitia launching posdaya sekaligus panarikan makasiswa KKN. (Mel)

Read more