Writing in the Middle of Busy Schedule

"One may be as clever as he can be, but as long as he does not write, he will disappear in the society and from the history," said Pramoedia Ananta Toer.

Some people want to be a writer, but most fail to manage him/ herself well. Hadi Suyono is one of the authors of non-fiction books who are able to write while working full time as a lecturer.

The psychology lecturer who is working at Universitas Ahmad Dahlan (UAD) has several ways to manage his time in developing and utilizing his hobby. He claims to feel anxious if he has not produced any work. The first way he does is to formulating the draft. If we have created a skeleton, then it will be easy to continue the writing without getting out of context. Someone who does not complete his/ her writing job within the time, is likely to forget the things he/ she is about to write down. Thus, the framework of the writing is necessary to avoid the issue.

In addition, Hadi, who is also a father of two children, is always trying to keep the rhythm. The point is to keep the mood in writing. Thus, a person will be able to pour something that is in his mind well, without being influenced by external factors.

Hadi never thinks of writing as a burden. He regards his work as a passion. By assuming the job as passion, then we will be comfortable and happy in doing so. Of course, we will gain something financially after we enjoy doing our work.

The key of writing is a lot of reading. Someone will be able to write well after he/ she reads. By reading, one gets the knowledge and insight to be poured into a writing.

In the middle of his busy schedule, surely someone must have a leisure time. Hadi uses that time to write. Before becoming a lecturer, he used to have a specific time to write, for example before performing the dawn prayer service. (doc)

Program Mengajar Bahasa Indonesia di Australia Barat untuk Lulusan S1

Balai Bahasa Indonesia Perth bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Perth dan Departemen Pendidikan Australia Barat saat ini kembali menyelenggarakan Language Assistant Program (LAP) 2019 untuk putra-putri Indonesia. Bagi lulusan S1 jurusan pendidikan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris bisa mengikuti program ini. Akan dipilih empat kandidat yang akan membantu mengajar bahasa Indonesia di sekolah yang ada di Australia Barat.

Language Assistant Program akan dilaksanakan selama satu tahun, mulai Januari sampai dengan Desember 2019. Peserta akan mendapatkan gaji dari Departemen Pendidikan Australia senilai AU$1400 (sekitar 14,7 juta rupiah) setiap dua minggu sekali.

Persyaratan berusia maksimal 31 tahun per 31 Desember 2019 sesuai dengan ketentuan visa khusus imigrasi Australia. Telah menyelesaikan studi sarjana (S1) dari jurusan pendidikan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik (lisan maupun tulisan) dibuktikan dengan skor IELTS minimal 6.5 atau TOEFL minimal 600 atau setara. Bersedia untuk melakukan wawancara via telepon atau secara daring selama proses seleksi (jika dibutuhkan). Melakukan pemeriksaan kesehatan pada institusi yang ditunjuk (apabila terpilih). Siap dan bersedia ditempatkan di lokasi mana saja di wilayah Australia Barat.

Informasi pendaftaran dapat dibuka pada link berikut https://tinyurl.com/lap-australia. Batas akhir pendaftaran 23 Juli 2018. (doc)

Menulis di Sela-sela Kesibukan

 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Begitulah kata Pramoedia Ananta Toer.

Beberapa orang  ingin menjadi seorang penulis, tetapi tidak jarang orang tersebut gagal memanagemen diri sendiri dengan baik. Hadi Suyono adalah salah satu penulis buku nonfiksi yang mampu berkarya di sela-sela kesibukannya sebagai dosen.

Dosen Psikologi di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini memiliki beberapa cara untuk mencuri waktu dalam mengembangkan dan memanfaatkan hobinya. Ia mengaku merasa gelisah jika belum membuat karya. Cara yang pertama yang ia lakukan yaitu menentukan kerangka tulisan. Jika kita sudah membuat kerangka tulisan, maka seseorang akan mudah melanjutkan tulisan tersebut, tanpa keluar dari konteks. Seseorang yang tidak melanyelesaikan pekerjaan menulisnya dalam waktu itu juga, memiliki kemungkinan lupa dengan sesuatu yang akan ia tuliskan. Maka, kerangka tulisan sangat diperlukan untuk menghindari hal itu.

Selain itu, bapak dua anak ini selalu berusaha menjaga ritme. Maksudnya ialah menjaga suasana hati dalam menulis. Sehingga, seseorang akan dapat menuangkan sesuatu yang ada dalam pikirannya dengan baik, tanpa terpengaruh hal di luar yang akan dituliskan.

Hadi tidak pernah menganggap menulis adalah beban. Namun ia menganggap pekerjaan ini sebagai passion. Dengan menganggap pekerjaan sebagai passion, maka kita akan nyaman dan senang dalam melakukannya. Tentu saja, finansial akan mengikuti.

Kunci dari menulis adalah banyak membaca. Seseorang akan dapat menulis dengan baik setelah ia membaca. Dengan membaca, seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan untuk dapat dituangkan ke dalam sebuah tulisan.

Di tengah jadwal yang padat, tentu seseorang pasti memiliki waktu yang kosong. Maka, Hadi menggunakan waktu tersebut untuk menulis. Sebelum menjadi seorang dosen, ia biasa mengkhususkan waktu untuk menulis, misalnya sebelum menjalankan ibadah salat Subuh. (dok)

Numerous Opportunities for Cooperation and Study in Russia are Available

The Ambassador of Extraordinary and Plenipotentiary (LBBP) of the Republic of Indonesia for Russian Federation and the Republic of Belarus, Muhammad Wahid Supriyadi, provided education socialization at UAD. He talked about education in Russia and diplomatic relations between the two countries.

His presence at UAD was a follow-up of UAD's previous visit to Russia to establish cooperation with People Friendship University (RUDN) of Russia. RUDN is one of the 10 best Russian universities located in Moscow.

The event took place on the roof top of UAD campus 4 building, on Friday (29/6/2018) and was attended by UAD higher-ups and officials on the levels of university, faculty, and study program.

The Rector of UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., in his speech said that UAD was continuing to develop cooperation with universities abroad. With RUDN, UAD signed MoU and MoA on the health sector. In the future, the cooperation would be extended into the fields of education and technology with universities in Russia.

"Currently, Russia is available to cooperate with universities in Indonesia. Moreover, the people are really interested in Islam. UAD gives an opportunity to five students from Russia to study at UAD specializing in Islamic studies," he explained.

On the other hand, Muhammad Wahid, in his presentation conveyed that Russia was currently a country whose Islamic population was growing rapidly. In a country with a population of about 146 million people, a lot of mosques were built.

"Russia wants to build good relations with Indonesia. Now, there are 500 Indonesian students studying in Russia. There are scholarships from the Russian cultural center as well as self-financing education," said Muhammad Wahid, who was born in Kebumen.

It needs to be noted that, each year, the Russian government provides scholarships for 160 Indonesian students. Muhammad Wahid stressed that it is important for Indonesian universities to establish cooperation with universities in Russia, especially in the field of engineering. (ard)

Ambassador of Russia Holds Education Socialization at UAD

Muhammad Wahid Supriyadi, Ambassador of LBBP (Extraordinary and Plenipotentiary) of the Republic of Indonesia (RI) for the Russian Federation and the Republic of Belarus, directly socialized the education in Russia to Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta on Friday, June 29th, 2018.

The Russian ambassador was welcomed by the Rector of UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., at campus 1 of UAD on Jalan Kapas 9, Semaki Yogyakarta. Preceding the event, the Russian Ambassador and UAD Rector had a discussion on UAD, Russia, and other European countries.

Besides the Vice Rector of UAD, this socialization event was also attended by UAD Deans and Vice Deans, Director and Deputy Director of Postgraduate Program, Heads of University Level Work Unit, and Heads of Study Programs.

Until this article is published, the education socialization of Russia by Muhammad Wahid Supriyadi is still ongoing.

Pelajari K3, Mahasiswa FKM UAD Magang di UTeM

Tiga mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) akan menjalani magang selama Agustus 2018 di Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM). Mahasiswa dari peminatan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja (K3) FKM ini merupakan yang pertama magang di luar negeri. Mereka adalah Susan Feriana, Luthfatul Marifah Rahmawati, dan Muhammad Ghazali.

Dari penjelasan Dekan FKM, Lina Handayani, S.K.M., M.Kes., Ph.D. magang merupakan bagian dari kurikulum yang merupakan aplikasi dari pembelajaran teori di kelas.

“Antara teori dan praktik belajar lapangan harus seimbang. Oleh karenanya lokasi dan tempat magang harus benar-benar dipertimbangkan,” paparnya didampingi Oktomi Wijaya, S.K.M., M.Sc. dan Muchamad Rifai, S.K.M., M.Sc. di ruang dekanat FKM, Kamis (28/6/2018).

Di FKM, lokasi magang dibagi dari tingkat lokal, nasional, dan internasional. Selama ini paling banyak ada di tingkat nasional. Dengan magang, mahasiswa akan tahu keadaan riil di masyarakat, karena subjek utama FKM adalah masyarakat.

Di sisi lain, Oktomi yang merupakan pembimbing lapangan menyampaikan, selama di Malaysia mahasiswa akan mendalami mengenai K3.

“Sebulan penuh, tiga mahasiswa tersebut akan belajar di UTeM dan melakukan kunjungan ke berbagai perusahaan di Malaka. Pengalaman ini akan sangat bermanfaat bagi mereka di dunia kerja nantinya.”

Sementara pengelola K3 FKM, Muchamad Rifai, menjelaskan, peminatan K3 ini paling diminati mahasiswa.

“Di dunia lapangan pekerjaan, K3 sangat dibutuhkan, baik di lingkungan pemerintah maupun industri sudah menjadi kebutuhan. Di Indonesia sendiri baru menjadi tren,” tandasnya.

Untuk meningkatkan kualitas magang dan mahasiswanya, FKM UAD terus mengembangkan kurikulum K3. Harapannya, mahasiswa dapat mendongkrak K3 di Indonesia dan mengikuti perkembangan K3 dunia. (ard)

Peluang Kerja Sama dan Studi di Rusia Terbuka Lebar

 

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Muhammad Wahid Supriyadi, memberikan sosialisasi pendidikan di UAD. Ia berbicara tentang pendidikan di Rusia dan hubungan diplomatik kedua negara.

Kehadirannya di UAD merupakan tindak lanjut dari kunjungan UAD ke Rusia beberapa waktu yang lalu untuk menjalin kerja sama dengan People Friendship University Rusia (RUDN). RUDN merupakan salah satu dari 10 universitas terbaik Rusia yang berlokasi di Moskow.

Acara ini berlangsung di roof top lantai 10 kampus 4 UAD, Jumat (29/6/2018) dan dihadiri pimpinan serta pejabat di lingkungan UAD dari tingkat universitas, fakultas, maupun program studi.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. dalam sambutannya menyampaikan UAD saat ini sedang terus mengembangkan kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri. Dengan RUDN, UAD meneken MoU dan MoA terkait bidang kesehatan. Ke depan, akan diluaskan ke ranah pendidikan dan teknologi dengan universitas di Rusia.

“Saat ini Rusia terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia. Apalagi penduduknya sangat tertarik dengan Islam. UAD memberi kesempatan lima mahasiswa dari Rusia untuk kuliah di UAD khusus studi agama Islam,” terangnya.

Sementara Muhammad Wahid dalam paparannya menyampaikan, Rusia saat ini merupakan negara yang populasi Islamnya berkembang pesat. Di negara dengan penduduk sekitar 146 juta jiwa ini banyak didirikan masjid.

“Rusia ingin membina hubungan baik dengan Indonesia. Sekarang, ada 500 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Rusia. Ada yang beasiswa dari pusat kebudayaan Rusia dan biaya mandiri,” ungkap laki-laki kelahiran Kebumen ini.

Perlu diketahui, setiap tahun pemerintah Rusia menyediakan beasiswa bagi 160 mahasiswa Indonesia. Muhammad Wahid menegaskan perguruan tinggi Indonesia penting menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Rusia, khususnya bidang engineering. (ard)

Dubes Rusia Sosialisasi Pendidikan di UAD

Muhammad Wahid Supriyadi, Duta Besar LBBP (Luar Biasa dan Berkuasa Penuh) Republik Indonesia (RI) untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, secara langsung memberikan sosialisasi pendidikan Rusia ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Dubes Rusia disambut langsung oleh Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. di kampus 1 UAD Jalan Kapas 9, Semaki Yogyakarta. Sebelum mengisi acara, Dubes Rusia dan Rektor UAD saling berbincang-bincang mengenai UAD, perihal Rusia, dan negara-negara Eropa lainnya.

Selain dihadiri oleh Wakil Rektor UAD, acara sosialisasi ini juga dihadiri oleh para Dekan dan Wakil Dekan, Direktur dan Wakil Direktur Program Pascasarjana, para Kepala Unit Kerja Tingkat Universitas, serta para Ketua Program Studi UAD.

Hingga berita ini naik, acara sosialisasi pendidikan Rusia oleh Muhammad Wahid Supriyadi masih berlangsung.

 

Lecturers Must Have Awareness to Write, Why?

 

A lecturer of Indonesian Language Education (PBSI), Dr. Rina Ratih exclaims that in order to live a more meaningful life, one needs to write.

"A good lecturer should write because it will be a good example for the students. In addition, writing is a form of expression," said Rina when interviewed at campus 4 of Universitas Ahmad Dahlan (UAD) on Tuesday (15/05/2018).

Unfortunately, not many lecturers are aware of this. The commitment to always be istiqomah (committed) in writing is very necessary. To do that, there needs to be an awareness of the importance of writing.

According to Rina, the quality of literacy in UAD, especially in PBSI Study Program, is good. Some lecturers have awareness to write and create something. Ideally, every lecturer must be like that. All this time, the first step taken by Rina to be a single and productive writer is to publish a work on her every birthday. It aims to motivate others to write as well, especially in PBSI of UAD.

Publishing a book is not an easy task while she is also busy with her job as a lecturer. The motivation of each of her writings comes from her awareness and commitment.

Starting from S1 (Bachelor’s Degree) to S3 (Doctorate Segree), Rina Ratih has produced numerous achievements. She graduated from IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (now UAD) in 1986. She then pursued her Master’s degree in Literature at the Faculty of Post-Graduate Cultural Sciences of Universitas Gadjah Mada with the cum laude title as the best graduate with a GPA of 4.0 in 2003. She is a model lecturer at Universitas Ahmad Dahlan and Kopertis Region V of DIY.

In 1987, Rina was appointed as a lecturer at UAD and has been working at the university until now. (Doc)

Social Media as a Means of Maintaining Good Relationship

 

After a full month of Ramadhan fasting and Eid Al-Fitr holiday of 1439 H, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) held a syawalan (a gathering event to apologize and forgive each other) attended by all lecturers and employees. In addition, there was also a release of 19 pilgrims from UAD.

The event that took place on Saturday (06/23/2018) in the auditorium of campus 1 UAD on Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, presented a taushiyah (the broadcast of da’wah) by Dr. Haedar Nashir, M.Si., the Chairman of Central Board of Muhammadiyah. In his taushiyah, he conveyed the importance of actualizing the values ​​of better quality relationship in the family, society, UAD, in relation to religiosity and nationality.

"Good relationship is a value that is always upheld and has become a collective culture. Its essence brings together brotherhood, whether tied together with biological or social relationships," he explained.

Haedar added that currently, maintaining good relationship can be done through social media. According to him, social media can be utilized as a means to share things about virtue.

"The negative aspect of social media is the exposure of bad character which should be avoided. Social media is often associated with freedom. This media may reproduce and produce many things that can trigger disintegration," he said in front of the invited guests.

On the same occasion, UAD Rector, Dr. Kasiyarno, M.Hum., mentioned the absence of lecturers and employees on the first day of work after Eid Al-Fitr holiday. He expressed his thoughts that the good buildings and facilities offered by UAD did not affect the performance of the employees for the better.

"The university needs to be managed well, especially since it is a private university. We must make extra efforts," said Kasiyarno.

He assumed that the work ethic at UAD should be improved for the university to be more advanced and known, both nationally and internationally. In addition, according to him, we had to pay attention to the students.

"UAD's revenues are still dependent on the students. The business owned by UAD has not been able to fully finance the university since it has just been developing. Therefore, lecturers and employees should treat students well. "

On the other hand, Dr. Bambang Supriyadi, C.E.S., D.E.A., the Chairman of Kopertis V, in his speech, expressed his expectation for UAD to add lecturer with doctorate degree to improve the quality of the university. Currently, UAD is one of the 68 universities that have been accredited A in Indonesia. (ard)