Dosen Harus Memiliki Kesadaran Menulis, Mengapa?

 

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Dr. Rina Ratih menilai, agar hidup lebih bermakna maka setiap orang perlu menulis.

“Dosen yang baik haruslah menulis. Sebab, ia akan menjadi contoh mahasiswa. Selain itu, menulis juga sebagai salah satu cara berekspresi,” tutur Rina saat ditemui di kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Selasa (15/5/2018).

Sayangnya, tidak banyak dosen yang sadar akan ketentuan itu. Komitmen untuk selalu istiqomah dalam menulis memang sangat dibutuhkan. Untuk itu, perlu kesadaran yang sangat tinggi. 

 

Menurut Rina, kualitas literasi di UAD khususnya Program Studi PBSI sudah baik. Sebagian dosen sudah ada kesadaran untuk menulis dan berkarya. Idealnya, setiap dosen memang seperti itu. Selama ini, langkah awal yang diambil Rina untuk menjadi penulis tunggal dan produktif adalah dengan menerbitkan karya di setiap hari ulang tahunnya. Ini bertujuan agar iklim berkarya melalui tulisan muncul di UAD, khususnya PBSI.

Menghasilkan satu buku yang diterbitkan tidaklah mudah di sela-sela kesibukannya sebagai dosen. Motivasi dari setiap tulisannya yang lahir itu berasal dari kesadaran dan komitmen. 

 

Mulai dari jenjang S1 hingga S3, tidak habis-habisnya prestasi yang diraih Rina Ratih. Ia merupakan lulusan dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang UAD) lulus tahun 1986. Ia kemudian melanjutkan S2 Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dengan predikat cum laude dan lulusan terbaik dengan indeks prestasi 4,0 pada tahun 2003. Ia juga menjadi dosen teladan di Universitas Ahmad Dahlan dan kopertis wilayah V DIY. Pada tahun 1987, Rina diangkat menjadi staf pengajar di UAD hingga sekarang. (Doc)

Medsos sebagai Sarana Aktualisasi Nilai Silaturahmi

Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadan dan libur Idulfitri 1439 H, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan syawalan yang diikuti oleh seluruh dosen dan karyawan. Selain itu juga ada pelepasan 19 calon jamaah haji dari keluarga UAD.

Acara yang berlangsung Sabtu (23/6/2018) di auditorium kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, diisi taushiyah Dr. Haedar Nashir, M.Si. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam taushiyahnya ia menyampaikan pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai silaturahmi secara lebih berkualitas baik di keluarga, masyarakat, UAD, bahkan kehidupan keumatan dan kebangsaan.

“Silaturahmi merupakan nilai yang selalu dijunjung tinggi yang sudah menjadi budaya kolektif. Esensinya menautkan persaudaraan, baik yang diikat kekeluargaan maupun hubungan sosial,” paparnya.

Haedar menambahkan, saat ini silaturahmi bisa dijalin melalui media sosial. Menurutnya, media sosial dapat dimanfaatkan untuk berbagi pada hal-hal yang menyangkut kebajikan.

“Ujian dalam bermedia sosial adalah akhlak yang buruk, ini harus dihindari. Sebab media sosial itu bebas. Media ini banyak mereproduksi dan memproduksi hal-hal yang memicu disintegrasi,” tandasnya di hadapan tamu undangan.

Sementara pada kesempatan yang sama. Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. menyinggung ketidakhadiran dosen dan karyawan di hari pertama masuk kerja pascalibur Lebaran. Ia beranggapan gedung dan fasilitas yang bagus belum memengaruhi kinerja menjadi lebih baik.

“Kampus perlu dikelola dengan baik, apalagi swasta, harus kerja ekstra,” tegas Kasiyarno.

Ia beranggapan etos kerja di UAD harus terus ditingkatkan agar perguruan tinggi ini lebih maju dan dikenal secara nasional maupun internasional. Selain itu, menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah mahasiswa.

“Pendapatan UAD masih tergantung pada mahasiswa, usaha yang dimiliki UAD belum mampu menanggung pembiayaan secara penuh karena baru berkembang. Jadi, dosen dan karyawan harus memperlakukan mahasiswa secara baik.”

Di sisi lain. Dr. Bambang Supriyadi, C.E.S.,D.E.A. Ketua Kopertis V dalam sambutannya mengharapkan UAD menambah dosen bergelar doktor untuk meningkatkan kualitas. Saat ini UAD merupakan salah satu dari 68 perguruan tinggi yang telah terakreditasi A di Indonesia. (ard)

 

Penelitian Dosen UAD Semakin Meningkat

Tri Darma Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa dosen harus melakukan penelitian, pendidikan, dan pengabdian. Artinya, ketiga hal itu secara otomatis adalah kewajiban dan tugas yang harus dilakukan oleh dosen. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah (LPP, sekarang LPPM) selalu bekerja keras untuk meningkatkan jumlah dosen yang melakukan penelitian. Salah satu peluang yang bisa didapatkan oleh dosen adalah dengan mengajukan proposal kepada Ristek Dikti yang nantinya akan mendapatkan dana hibah penelitian secara kompetitif nasional maupun melalui LPP UAD (sekarang LPPM).

Upaya untuk mendukung hal ini, UAD melalui LPP sering menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan workshop yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam melakukan penelitian. Tindakan saat ini adalah membuat skim-skim penelitian internal yang mirip dengan yang ada di Ristek Dikti, termasuk dalam syarat dan peraturannya. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proposal penelitian dosen sehingga bisa memperoleh dana hibah dari sana.

“Alhamdulillah, penelitian dosen UAD sekarang semakin lama semakin meningkat. Beberapa tahun ini, UAD tercatat mendapatkan dana dari Kopertis dengan jumlah nominal lima juta rupiah per judul. Dosen yang mengajukan proposal ke Kopertis dan Ristek Dikti juga banyak yang diterima,” ucap Dr. Widodo, M.Si. selaku Kepala LPP UAD (sekarang LPPM).

Tahun lalu, dosen yang mengikuti penelitian hanya sekitar 100 orang, tetapi tahun ini sudah hampir 400 proposal diajukan. Peningkatan ini berasal dari penelitian internal maupun yang menggunakan lembaga eksternal UAD.

Dana penelitian selain dari UAD dan Dikti, juga ada yang berasal dari Pemerintah Kota yang jumlahnya bisa mencapai 25 juta rupiah. Di tingkat provinsi, LPP pernah mendapatkan panggilan untuk membahas tentang dana-dana penelitian, dan tahun ini ada 115 proposal dari dosen UAD yang diterima. Jumlah tersebut meningkat dari tahun lalu yang berjumlah 80 proposal.

Saat orientasi dosen baru, LPP tidak pernah lupa untuk selalu memotivasi dosen untuk melakukan penelitian. Sebab, manfaat yang diperoleh akan banyak sekali, terutama yang dari Dikti. Mereka akan mendapat reputasi bagus karena berhasil lolos dalam kompetisi dengan dosen di perguruan tinggi lain skala nasional. Selain itu, dana yang didapatkan bisa untuk mendukung penelitian, dan jika naik jabatan akan mendapat nilai tambahan.

Selanjutnya, untuk meningkatkan minat dosen, LPP akan memberikan reward di setiap karya yang dibuat oleh dosen, yakni dengan menciptakan output dalam bentuk jurnal nasional maupun internasional. Selain itu, riset juga dapat dibuat sebagai buku ajar dan karya cipta yang bisa dipatenkan.

Jadwal Dikti membuka penerimaan proposal adalah bulan April atau Mei. Proposal dikirim secara online dan hasil yang lolos bisa dilihat dari website Ristekdikti. Dosen yang dapat melihat hanya yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN).

Sementara itu, penelitian yang saat ini difokuskan oleh UAD meliputi bidang pendidikan, sosial humaniora, obat dan kesehatan, sains dan teknologi, serta bidang keagamaan. Output-nya bisa dipublikasikan di jurnal nasional atau internasional, seminar nasional dan internasional, serta ada yang dipatenkan.

“Kami harap pimpinan UAD terus mendukung, terutama masalah dana, agar dosen-dosen memiliki gairah untuk meneliti. Nantinya, hasil ini dapat meningkatkan nilai akreditasi. Dalam waktu dekat, kegiatan LPP adalah menyiapkan kontrak peneliti, dan setelah itu kami serahkan dana untuk peneliti. Dana ini tidak akan dipotong sedikit pun agar dosen lancar dalam penelitian,” tutup Widodo. (AK/CF)

Mengembangkan Games Android

Agus Ria Kumara, Dosen Program Studi Bimbingan Konseling (BK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat ini sedang mengembangkan games berbasis android. Nantinya, games ini berguna untuk menentukan perencanaan karier dan dapat digunakan oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP) hingga mahasiswa. Penelitian ini ditujukan untuk mempermudah siswa SMP dalam merencakanan karier di masa depan.

Pengembangan games ini merupakan program penelitian Agus yang mendapat dana hibah dari Dikti. Tahun 2017 menjadi awalnya penelitian, dan September tahun ini ditargetkan selesai. Total dana yang ia peroleh adalah 300 juta rupiah. Tahun pertama penelitian, ia membuat kalender yang berguna untuk mempermudahkan siswa SMP untuk menentukan dan memahami proses karier yang akan dilakukan.

Penelitian Agus menggunakan metode sampling dengan melibatkan 11 SMP yang ada di Yogyakarta. Ia bersama timnya yang berjumlah 10 orang, mula-mula mencari siswa SMP yang memiliki prestasi bagus. Kemudian, dilihat apakah saat di SMA masih bagus atau tidak.

“Untuk rentangnya, itu didesain kelas 1, 2, 3, tapi cakupan yang kami lakukan khusus di kelas 3. Dari situ nanti dilihat prospeknya ketika masuk SMA,” ucap Agus.

Agus dalam mengerjakan penelitian dibantu oleh UAD yang sudah memiliki kerja sama dengan beberapa sekolah dan guru BK yang mengajar praktisi di UAD. Ini tentu saja menjadi keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh Agus dan timnya untuk mempermudah akses masuk ke SMP yang ada di Yogyakarta.

Untuk proses di tahun kedua ini, sudah sudah disusun delapan  program. Agus dan timnya yang terdiri atas mahasiswa dan dosen juga sudah mulai mengembangkan games android yang harapannya dapat di-launching pada akhir Agustus tahun ini.

Dalam mengembangkan games android tersebut, Agus belum berencana untuk menggandeng development luar dan hanya memberdayakan kemampuan mahasiswa yang memang memiliki minat di bidang pembuatan games berbasis android. Namun, Agus juga tidak menutup kemungkinan untuk melibatkan pihak ekternal dengan melihat progresnya nanti.

“Semisal nanti melibatkan developer lain, kami akan melibatkan dari UAD juga. Tapi kami manfaatkan sumber daya manusia yang ada di dalam prodi kami dulu.”

Alasan Agus mengangkat penelitian ini karena ia pernah terlibat dalam K13 di kementerian. Saat memonitoring pelaksanaan kurikulum sekolah, terdapat satu siswa SMP yang sudah bisa menentukan akan masuk ke SMA dan universitas mana. Bahkan ia sudah membuat daftar pekerjaan yang direncanakan di masa depan.

“Pola pikir itu, menurut saya tidak secara utuh bisa didapatkan oleh mahasiswa atau anak-anak sekarang,” ungkap Agus.

Latar belakang itulah yang akhirnya membawa Agus berkutat dengan penelitiannya kini. Penelitian ini mendapatkan dukungan penuh dari universitas, mulai dari pemanfaatan fasilitas laboratorium BK hingga perpustakaan kampus yang selalu membantu untuk mencari referensi dari dalam maupun luar negeri. Petugas perpustakaan juga selalu siap membantu untuk keperluan ini.

Agus bersama timnya mentargetkan penelitian ini selesai pada September 2018 dan dapat menghasilkan software untuk dipublikasikan dalam seminar. (AK/CF).

 

Pendidik Harus Kreatif dan Pandai Pecahkan Masalah

 

Pada seminar nasional yang diselenggarakan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sapardi Djoko Damono menyampaikan pentingnya bahasa, sastra, pendidikan dan teknologi. Ia merupakan penyair dan juga pendidik di salah satu universitas di Indonesia yang telah mendapat penghargaan nasional maupun internasional.

Sapardi mengingatkan, di era digital mahasiswa harus memiliki inisiatif untuk mempelajari hal-hal yang tidak diajarkan di perkuliahan. Penambahan pengetahuan ini sangat penting, utamanya untuk memahami karya sastra dan sebagai bekal menjadi pendidik.

“Paham kebahasaan saja tidak cukup, harus memahami kebudayaan dan keilmuan lain seperti teknologi untuk memahami karya sastra. Mahasiswa harus mandiri, mencari sumber-sumber maupun referensi, misalnya sekarang ada e-book dan audio book.”

Untuk pendidik Bahasa Indonesia, Sapardi menyarankan setiap pendidik harus memiliki kreativitas dalam mengajarkan kesusastraan kepada para siswanya. Terkadang pembelajaran sastra menjadi membosankan karena metode mengajarnya yang monoton. Ia menyarankan kepada pendidik maupun mahasiswa sebagai calon pendidik membentuk paradigma baru dalam menghadapi masalah.

“Masalah harus diciptakan dan dipecahkan agar ilmu pengetahuan tidak berjalan di tempat. Salah satunya dengan menciptakan teknologi untuk melakukan sesuatu, untuk menjawab setiap permasalahan,” paparnya dalam seminar bertajuk Paradigma Mutakhir Pembelaharan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Abad XXI, Sabtu (3/3/2018) di Grand Inna Malioboro. (ard)

Dr. Rully Charitas Indra Prahmana Saragih, S.Si., M.Pd., Menekuni Pendidikan Matematika Realistik

Rully Charitas Indra Prahmana Saragih memiliki sederet prestasi yang mengagumkan. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UAD itu menempuh pendidikan dari jenjang sarjana, magister, hingga doktor dengan beasiswa. Ia lulus dari S-1 Matematika UGM, S-2 Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya (Unsri), dan S-3 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

“Alhamdulillah semoga semuanya penuh berkah dan manfaat,” ucapnya singkat, Rabu (14/3).

Sewaktu menempuh program S-3, Rully menulis disertasi berjudul “Local Instruction Theory Penelitian Pendidikan Matematika untuk Menumbuhkan Keterampilan Mahasiswa Calon Guru dalam Melakukan Penelitian dan Menulis Karya Ilmiah”. Di bawah bimbingan supervisor Prof. Yaya S. Kusumah, Ph.D. dan Prof. Dr. Darhim, M.Si., ia berhasil menyelesaikan disertasi itu tepat pada bulan Agustus 2016.

“Saya mulai kuliah S-3 pada bulan Agustus 2013. Alhamdulillah lulus tepat tiga tahun,” ujarnya.

Saat ditanya apa perasaannya setelah berhasil meraih gelar doktor di usia muda, Rully menjawab singkat, “Alhamdulillah senang dan gak nyangka bisa menyelesaikan studi dalam waktu kurang dari tiga tahun.” Dengan lulus tepat waktu, ia bisa membuat bahagia orang tuanya, khususnya ibu. Ayahanda dari Rully telah tiada sejak dirinya kecil.

“Janji saya yang belum saya tepati kepada Ibunda ialah dapat mengundang beliau di acara pengukuhan guru besar saya. Insyaallah,” harapnya.

Rully berencana, setelah meraih SK Lektor Kepala, ia ingin melakukan Summer Course di Utrecht University, Belanda. Di sana, katanya, pusat penelitian di bidang Pendidikan Matematika Realistik dan Desain Penelitian berada. “Setelah itu, saya ingin mengajukan usulan jabatan fungsional Guru Besar. Semuanya ini saya lakukan untuk mendukung UAD dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam target meningkatkan poin saat reakreditasi institusi lima tahun ke depan,” kata suami dari Rina Sri Kalsum Siregar, S.ST., M.Stat. dan ayah dari Muhammad  Zuna Prahmana Saragih dan Quthbie Shofwan Saragih. Selamat dan semoga sukses, Pak Rully! (dok)

Dr. Salamatun Asakdiyah, M.Si., Mumpuni di Bidang Manajemen Pemasaran

 

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UAD Dra. Salamatun Asakdiyah, M.Si. berhasil meraih gelar doktor ilmu ekonomi dari Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII), Sabtu (20/1). Bu Diyah—begitu nama sapaan beliau—dinyatakan lulus dengan predikat “Memuaskan” dari Program Doktor Ilmu Ekonomi PPs FE UII. “Alhamdulillah, semoga ilmu yang saya peroleh ini bermanfaat,” ucapnya.

Di bawah bimbingan promotor Prof. Dr. Suyudi Mangunwihardjo dan kopromotor 1 Drs. Asmai Ishak, M.Bus., Ph.D. dan kopromotor 2 Dr. Yuni Istanto, S.E., M.Si., Diyah menulis disertasi berjudul “Membangun Komunikasi Word of Mouth Melalui Akseden dan Konsekuensi Kualitas Pelayanan Perguruan Tinggi”. Saat itu, kata Diyah, hadir Dewan Penguji, antara lain, Nandang Sutrisno, S.H., LLM., M.Hum., Ph.D (Ketua Sidang), Dr. Zainal Mustafa E.Q., M.M. (Penguji 1), Dr. M. Irhas Effendi, S.E., M.Si. (Penguji 2), Drs. Anas Hidayat, M.B.A., Ph.D. (Penguji 3), dan promotor serta kopromotor 1 dan 2.

Diyah menjelaskan, setelah berhasil meraih gelar doktor, dirinya akan menulis buku, melakukan penelitian, dan menulis artikel yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. “Di samping itu, saya juga akan aktif dalam kegiatan lain yang mendukung peningkatan Tridarma Perguruan Tinggi,” ujar istri dari Drs. Subarjo Suroso dan ibu dari Rizkiya Ayu Maulida, S.IP., M.A. dan Faris Mujaddid Adinugroho, S.E.

Sebelum menjadi Dekan FEB UAD, Diyah pernah diamanahi sebagai Pembantu Dekan FE UAD. Setelah itu, ia fokus untuk menempuh studi S-3 di PPs FE UII Bidang Pemasaran (Marketing). Dari sejumlah penelitian dan publikasinya selama ini, Diyah memang sosok yang mumpuni di bidang manajemen pemasaran. Selamat dan semoga sukses selalu, Bu! (dok/sdy)

UAD Bantu Gaji Guru SD Muhammadiyah Girikerto

Salah satu hal yang memprihatinkan di Indonesia yakni kesejahteraan guru yang masih jauh dari layak. Idealnya, kesejahteraan guru seperti di Finlandia. Di negara tersebut, jam sekolah pendek, gaji guru besar, dan prestasinya terdepan karena memang sistem pendidikannya terbaik di dunia. Gaji guru hampir setara dengan dokter.

Dokter bisa menyelamatkan jiwa, dan guru tidak kalah hebatnya. Pahlawan tanpa tanda jasa ini dapat mendidik dan mengajar seorang anak hingga menjadi seorang dokter.

Terkait dengan guru, Kamis (7/6/2018) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memberikan bantuan gaji sebesar 500 ribu rupiah kepada sepuluh guru di SD Muhammadiyah Girikerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Sebelumnya para guru ini hanya mendapat gaji 500 ribu setiap bulan. Mulai Juli 2018, mereka akan mendapat 1 juta rupiah.

Secara resmi bantuan tersebut diserahkan oleh Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. didampingi Wakil Rektor I Dr. Muchlas M.T., Kepala CIRNOV Prof. Hariyadi, Ph.D., Kepala LPPM Dr. Widodo, M.Si., Dekan FMIPA Drs. Aris Thobirin, M.Si., dan Ketua PCM Turi Bambang Rahmanto.

Acara tersebut bersamaan dengan pelepasan 20 siswa kelas VI SD Girikerto dan pemberian hadiah kepada pemenang lomba tamanisasi yang diselenggarakan oleh FMIPA UAD. Saat ini, jumlah siswa di sekolah yang dikepalai Nurul Muslichatin, S.Pd. itu sekitar 110 orang. Sementara guru dan staf berjumlah 13, 3 di antaranya sudah berstatus pegawai negeri.

Dalam sambutannya, Kasiyarno mengungkapkan baru sekali mengunjungi Girikerto. Ia mengapresiasi FMIPA yang menjadikan SD di lereng Merapi ini sebagai pilot project untuk penelitian dan pengabdian masyarakat.

“UAD sebagai perguruan tinggi berkomitmen untuk turut memajukan pendidikan di Indonesia. Semoga bantuan yang kami berikan bisa memacu guru-guru tekun mendidik siswa agar berprestasi dan lebih berkualitas,” ujarnya.

Ia juga berpesan kepada para siswa agar belajar dengan tekun supaya bisa menjadi manusia yang berilmu dan sukses. Selain itu, Kasiyarno menginginkan orangtua di lereng Merapi dapat menyekolahkan putra-putrinya sampai jenjang pendidikan yang tertinggi.

“Ilmu akan bermanfaat untuk berbagai kepentingan manusia. Maka, jadilah orang sukses dan punya banyak ilmu,” paparnya di depan para siswa dan orangtua wali siswa.

Sementara Nurul Muslichatin mengungkapkan kebahagiannya atas bantuan dari UAD. “Berkat kerja sama dengan UAD, kami yakin bisa maju dan bersaing dengan sekolah lain. UAD memberikan kami banyak pengalaman pembelajaran yang bisa menjadi modal untuk meningkatkan keilmuan,” tandasnya.

Perlu diketahui, UAD melalui FMIPA sudah menjalin kerja sama dengan SD Muhammadiyah Girikerto selama beberapa tahun belakangan. Di antaranya dengan melakukan pembelajaran luar kelas dan memberikan ilmu sains. Siswa juga dikenalkan dengan alat peraga seperti roket dan sistem kerja kapal. (ard)

UAD Helps SD Girikerto with the Provision of Teacher Salary

One of the things that are concerning in Indonesia is the welfare of teachers that is still far from being decent. Ideally, the welfare of teachers is like that in Finland. In Finland, the school hour is short, the teacher salary is great, and their achievements are outstanding because they have the best education system in the world. Teacher salary is almost equivalent to that of doctors.

Doctors can save lives, and teachers are no less great. This unsung hero can educate and teach a student to become a doctor.

Related to the issue, on Thursday (7/6/2018), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) provided a salary of 500 thousand rupiah to ten teachers in Girikerto Elementary School, Turi, Sleman, Yogyakarta. Previously, these teachers only got a salary of 500 thousand every month. Starting from July 2018, they will get 1 million rupiah salary.

Officially, the money was handed over by the Rector of UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., accompanied by Vice Rector I, Dr. Muchlas M.T., the Head of CIRNOV, Prof. Hariyadi, Ph.D., the Head of LPPM, Dr. Widodo, M.Si., the Dean of FMIPA, Drs. Aris Thobirin, M.Si., and PCM Chairman, Turi Bambang Rahmanto.

The event coincided with the release of 20 graduates of SD Girikerto and the distribution of prizes to the garden decorating competition participants organized by FMIPA UAD. Currently, the number of students in that school, with Nurul Muslichatin, S.Pd. as the principal, is about 110 students. Meanwhile, the number of teachers and staff amounted to 13. Three of them are civil servants.

In his speech, Kasiyarno revealed that he only visited Girikerto once. He appreciated the efforts made by FMIPA to make the school, which was located on the slope of Merapi Mountain, as a pilot project for their research and community service.

"UAD is a university which is committed to help advance the education in Indonesia. Hopefully the help we provide can motivate the teachers to diligently educate students to achieve more," he said.

He also advised students to study diligently in order to become a knowledgeable and successful man. In addition, Kasiyarno expressed his expectation that the students’ parents could send their sons and daughters to universities or higher level of education.

"Knowledge will be beneficial for humans. So, be successful and gain a lot of knowledge," he explained in front of the students and their parents.

Meanwhile, Nurul Muslichatin expressed her happiness over the help given by UAD. "Thanks to the cooperation with UAD, we believe we can move forward and compete with other schools. UAD provides us with many learning experiences that can be used to improve our teaching and learning quality," she said.

It has to be noted that UAD, through FMIPA, has been cooperating with SD Girikerto for several years. The cooperation is in various forms, including learning outdoors and the provision of science learning activities. Students are also introduced with various teaching media, such as those to explain rocket and ship working systems. (ard)

UAD as Indonesia’s Best Private University of 2018

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) became Indonesia’s best private university (PTS) of 2018 according to the rank of Science and Technology Index (Sinta) of Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemenristekdikti). Sinta is a web-based system owned by Kemenristekdikti to rank universities and non-universities, map expertise of researchers/ lecturers, and rank the performance of national and international journals in Indonesia.

On the rank, UAD scored 11.306 and surpassed several major state universities (PTN) in Indonesia. Nationally, UAD is ranked 10th of all state universities and private universities, as well as the 11th if non-universities are included.

In response to this, the Rector of UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., expressed his appreciation to the lecturers and managers of UAD journals and scientific publications who had worked hard over the past two years.

"This achievement is a hard work and a form of commitment to advance UAD. We will continue to encourage the improvement of the quality of UAD and Indonesian universities to advance internationally. We also hope that more UAD lecturers will receive research grants and scientific publications," he said.

Meanwhile, the Head of Institute of Scientific Publication (LPPI) of UAD, Dr. Tole Sutikno, S.T., M.T., Ph.D., MIET., revealed that this achievement was the greatest achievement in history.

"UAD's policy has a tremendous impact on the scientific publications and research conducted by lecturers. This achievement certainly also has some impact nationally. "

From the description delivered by Tole Sutikno, the current scientific publications and research conducted by Indonesian lecturers had been able to compete with the ASEAN countries, while last year Indonesia was still left behind.

It has to be noted that UAD is included in the top 10 universities based on the number of citations according to Google Scholar. On the other hand, in the top 50 best lecturers/ researchers in Indonesia, one UAD lecturer’s name is listed on the 26th, namely Tole Sutikno. Telkomnika Telecommunication Computing Electronics and Control of UAD is also recorded as Indonesia's best journal of 2018 among all journals managed by PTN/ PTS. (ard)