Kopertis Wilayah V dan Dikti Mengklarifikasi dan Memvalidasi Data Dosen PT

Awal bulan Juni 2011 lalu pihak Dikti sudah mencermati hasil validasi data dosen yang dilakukan oleh Ditjen Dikti, di mana terdapat ketidaksesuaian data pada halaman http://evaluasi.dikti.go.id dengan data yang ada di perguruan tinggi.

Pihak Kopertis Wilayah V sudah memberikan surat undangan (surat Kopertis V no: 1676/K5/KP/2011 tertanggal 8 Juni 2011) bagi pengelola EPSBED PTS untuk mendata ulang transaksi dosen di PT-nya masing-masing.

Kopertis Wilayah V juga sudah menyediakan alat berupa software database yang siap diisi oleh pengelola EPSBED, dan harapan dari Kopertis tentunya semua data dosen harus valid sesuai dengan kondisi saat ini. Pihak universitas juga bisa mendistribusikan software tersebut ke masing-masing prodi untuk ditindaklanjuti dengan entry data dosen terbaru oleh tim EPSBED tingkat fakultas/prodi.

Informasi validasi ini bisa dilihat di situs Kopertis Wilayah V. dan software database data dosen bisa juga didownload di repository UAD.

Read more

Dua Robot UAD Akan Menyerbu UGM

robot sang penakluk api RoelkuadHari Sabtu, Minggu 11, 12 Juni 2011 merupakan hari yang cukup menegangkan bagi tim Robot dari Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan (UA) yang akan berlaga di ajang Kontes Robot Tingkat Nasional (KRTN) yang berlangsung di gedung Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM). Dua tim pasukan robot UAD dipimpin langsung oleh Panglima Robot UAD, Bapak Nuryono Satya Widodo, S.T., M.Eng. untuk berjibaku melawan pasukan robot-robot lain yang berasal dari universitas-universitas se-Indonesia.

Dua tim robot UAD sudah dipersiapkan jauh hari sebelum perlombaan dimulai, dan sempat dipajang di ajang FTI Expo 2011 di bulan Mei 2011 lalu. Tim pertama adalah Roelkuad (Robot Elektro UAD) dikomandani oleh Wahono Cipta Rahayu yang beranggotakan Fery Yusmianto dan Firmana Setia Budi. Tim pertama ini akan berlaga di group Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Kontes Robot Cerdas Indonesia tahun 2011 (KRCI-2011) ini merukana wahana untuk mendorong kemampuan kreativitas mahasiswa menggunakan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya dalam membuat suatu sistem berbentuk desain robot cerdas yang ditujukan untuk menemukan dan memadamkan api lilin yang diletakkan dalam suatu bentuk bidang menyerupai bangunan rumah tinggal.robot lanange jagat

Tim kedua adalah Lanange Jagad yang dikomandani oleh Prima Artantyo Shogi P. yang didampingi oleh Meldi Rahma Saputra dan Riskiyanto. Tim kedua ditujukan untuk berkiprah di kancah Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI). KRSI merupakan suatu ajang kompetisi perancangan dan pembuatan robot yang disertai dengan unsur-unsur seni dan budaya bangsa yang telah terkenal di bumi pertiwi. KRSI pertama kali diadakan pada tahun 2009 yang mengangkat tema Robot Penari Jaipong dan pada tahun 2010 dengan mengangkat tema Robot Penari Pendet. Setiap tim peserta yang terdiri dari 3 (tiga) mahasiswa dengan seorang dosen pembimbing, diwajibkan untuk membuat satu atau beberapa robot yang terkoordinasi untuk menampilkan seni budaya yang diinginkan sesuai tema kontes. Untuk KRSI 2011, sesuai dengan momentum yang tepat dalam gema nasional membangkitkan kecintaan dan pelestarian budaya-budaya Nasional maka tema yang diangkat adalah “Robot Klono Topeng”. Kegiatan KRSI 2011 ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan Kontes Robot Indonesia (KRI) 2011 tingkat Nasional pada tanggal 11-12 Juni 2011 yang dikoordinasi dan didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan institusi perguruan tinggi yang ditunjuk.

Selamat berjuang tim robot UAD, semoga keberhasilan menyertai langkah-langkahmu. Amin. (@)

Read more

Seminar Antisipasi Penyusupan Faham dan Aliran Sesat: “NII Menjadi Doktrin Otak”

Hilangnya beberapa mahasiswa akhir-akhir ini memang meresahkan masyarakat. Orang tua mahasiswa mengeluhkan hal tersebut karena jauhnya jarak pantauan mereka kepada anaknya. Kampus sebagai tempat penitipan dan mencari ilmu menjadi sasaran dari berbagai pihak yang dirugikan, meskipun hal itu adalah ulah dari mahasiswa yang terlibat pada organisasi Negara Islam Indonesia (NII).

Doktrin yang dimiliki NII untuk mendirikan negara berdasarkan nilai-nilai Islam jika didengar sekilas tentu tidak salah. Yang salah adalah ketika praktik pelaksanaannya ternyata mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dan begitu mudah mengatakan orang lain kafir jika tidak mengikuti ajaran mereka.

Sofwan, salah satu pembicara pada acara seminar yang diselenggarakan oleh LPSI UAD dengan tema “NII dan Aliran-Aliran Sesat” Kamis (2/5/11) tersebut merupakan mantan petinggi di NII. Dia telah bergelut sekitar lima belas tahun di NII namun akhirnya sadar dan memutuskan keluar. Dalam kesempatan tersebut, dia memaparkan bagaimana kerja NII dari awal rekruitmen anggota sampai penanaman pemahaman tentang syariat yang telah diselewengkan kepada para pengikutnya. Hal itu bertentangan dengan Islam. Inilah yang tidak sesuai.

“Kami dulu tidak boleh mengaku sebagai anggota NII jika ditanya oleh orang karena jika masyarakat tahu tentu mereka akan antipati pada kami. Itu kami anggap sebagai jihad secara diam-diam, barulah pada saat yang kami anggap tepat kami boleh jihad secara terang-terangan. Jika ada jamaah, begitu istilahnya, kami seolah-oalah menggencarkan ajaran Islam yang kami anggap benar tetapi setelah jamaah pulang, kami kembali berunding untuk menyusun strategi agar NII terus maju. Berhubung sekarang saya sudah keluar dari NII, jadi saya mengaku.” papar Sofwan saat memberi materi sambil berkelakar. Ia juga menyatakan bahwa dampak negatif dari seseorang yang telah mengikuti NII adalah ketika dia sudah sadar maka akan timbul rasa curiga terus terhadap sekeliling sehingga menjadi apatis jika diajak berkegiatan karena trauma. Maka beliau berpesan agar orang-orang yang telah salah tersebut jangan dihina atau dikucilkan namun dengan cinta seharusnya mereka dibangkitkan.

“Sebagai umat Islam kita harus dapat membedakan antara Islam ekstrim dengan Muslim ekstrim dan jangan mudah tertipu oleh rekayasa para militan NII”, pesan H. Fatturahman Kamal, Lc.M. pada seminar nasional yang diselenggarakan di Auditorium Kampus I UAD kemarin. (FM)

Read more

Workshop Paduan Suara Mahasiswa: “Mendalami Cara Kita Menyanyikan Lagu dengan Benar”

“Bernyanyi itu seharusnya dengan teknik yang benar sehingga pendengar dapat menikmati lagu yang dibawakan”.


paduan suara mahasiswa universitas ahmad dahalan yogyakarta indonesiaBegitulah sepenggal kalimat yang disampaikan oleh T. Roby, pemateri dalam workshop yang diadakan oleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Ahda Gitana UAD, Minggu (5/6/11) di Kampus III UAD. Acara yang mengusung tema “Mendalami Cara Kita Menyanyikan Lagu dengan Benar” ini diadakan untuk persiapan konser tim paduan suara serta memberikan ilmu untuk bernyanyi dengan benar kepada peserta workshop. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa dari UAD, UIN Kalijaga Yogyakarta, dan UNY.

Materi yang disampaikan dalam acara tersebut adalah teori musik umum dan teknik vokal. Teknik bernyanyi bukanlah hal yang mudah dan dapat dilakukan spontan. Butuh proses dan keseriusan jika seseorang menginginkan suaranya dapat dinikmati. Olah vokal pun harus rutin dijalankan.

“Acara ini diadakan untuk mempererat silaturahim antaranggota sekaligus menambah ilmu. Ini memang baru pertama kali dilaksanakan tetapi saya harap semoga ini bisa menjadi jalan PSM untuk memiliki cikal bakal generasi penerus”, ujar Imam Ghozali, mahasiswa semester VI program studi Teknik Informatika UAD, selaku Ketua PSM Ahda Gitana UAD. (FM)

Read more

PERMAHI Cabang Yogyakarta Adakan Raker di UAD: “Bukti Eksistensi Kami Sebagai Mahasiswa Hukum”

Kamis (02/06/2011), PERMAHI (Persatuan Mahasiswa Hukum Indonesia) Cabang Yogyakarta mengadakan Raker (Rapat Kerja) di Kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jl. Pramuka, No. 42, Umbulharjo, Yogyakarta. Raker ini dilaksanakan untuk membahas kinerja PERMAHI Cabang Yogyakarta ke depan dalam menjalankan visi dan misinya di masyarakat, baik di masyarakat kampus maupun masyarakat luas pada umumnya.

“Ini adalah bukti eksistensi kami sebagai mahasiswa hukum. Teori saja tidak cukup. Kita perlu bahkan wajib untuk terjun langsung di masyarakat. Dengan seperti itu kita akan tahu apa saja kegelisahan yang terjadi di masyarakat. Baik masyarakat kampus maupun masyarakat umum”, papar Eva Bunga, mahasiswa Fakultas Hukum UAD yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut.

Sebagai anggota baru di PERMAHI, Fakultas Hukum UAD mencoba bangkit dan berusaha menyerukan kehadirannya. Hal itu dibuktikan dengan keseriusannya dalam menjalankan Raker.

“Kami mengakui, kami adalah anggota baru di PERMAHI. Tapi kami juga ingin menyatakan, bahwa kami siap. Siap untuk menjalankan segala adat istiadat yang ada di PERMAHI. Membaur dan melebur dengan kawan-kawan lama, sperti UII, UJB, UNCOK, UMY, dan kawan-kawan lainnya. Ini merupakan social capital kami sebagai modal bagi Fakultas Hukum UAD untuk bersaing dan berdiri tegak dengan kawan-kawan yang lain. Yang pasti kita harus berani menegakkan kebenaran dan membasmi kemungkaran”, tegas Armawan, pria kelahiran Buton yang menjabat sebagai ketua BEM Fakultas Hukum UAD periode 2011-2012 yang diwawancarai disela-sela acara tersebut. (IHS)

Read more

Kongres Mahasiswa FKIP UAD Menuju Perubahan: “Menorehkan Tinta Emas Menuju FKIP Berkarakter, Inovatif, dan Progresif”

kongres pemilihan ketua dan wakil ketua BEM fakultas keguruan dan ilmu pendidikan uadRabu (01/06/11), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, menggelar Kongres Mahasiswa periode 2010-2011 di UAD Kampus II, Jl. Pramuka, No. 42, Umbulharjo, Yogyakarta. Kongres yang berjalan selama dua hari ini (terhitung tanggal 1 dan 2 Juni 2011) dibuka langsung oleh dekan FKIP, Drs. Ishafit, M.Si.

Kongres yang bertemakan “Menorehkan Tinta Emas Menuju FKIP Berkarakter, Inovatif, dan Progresif” ini dihadiri oleh perwakilan delegasi dari semua elemen FKIP, seperti; Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) FKIP, dan LSO. Dalam kongres kali ini, ketua DPM angkatan sebelumnya, mengharapkan kepada ketua DPM yang terpilih untuk meningkatkan kinerjanya.

“Saya menyadari keabu-abuan kinerja kami. Mahasiswa lebih mengenal BEM dan HMPS ketimbang kami (DPM). Bahkan banyak yang tidak tahu keberadaan, kedudukan, bahkan fungsi kami. Jadi, Saya sangat mengharapkan untuk kepemimpinan periode yang baru dapat mengubahnya. Jalankan fungsi DPM sebagaimana mestinya. Tingkatkan koordinasi ke setiap lini yang ada di tubuh FKIP. Tidak hanya ke birokrasi kampus, tapi kepada seluruh masyarakat kampus, terutama mahasiswa.” papar Satria Efendi Ilyas, Mahasiswa Pendidikan Matematika kelahiran Lamongan, yang menjabat sebagai ketua DPM periode 2010-2011.

Rossa Pamela Yunita mengungkapkan kongres ini digelar demi kemajuan FKIP. Kami mencoba untuk mengevaluasi kinerja-kinerja para pejabat FKIP (terutama DPM, BEM, dan HMPS) sebelumnya yang “dianggap” kurang maksimal. Kita menginginkan hal yang sama. Perubahan untuk kemajuan” tegasnya

“Dalam kongres kali ini kami akan melantik ketua BEM dan DPM terpilih untuk periode 2011-2012. Ini bukanlah pekerjaan yang sulit, juga bukan pekerjaan yang dapat diremehkan. Saya optimis, semisal kita semua bekerjasama, segala hal akan terasa mudah dilakukan. FKIP pun akan berkembang di kemudian hari.” tegas Rossa mahasiswa angkatan 2010, Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), yang menjabat menjadi ketua panitia dalam pelaksanaan kongres tersebut. (IHS)

Read more

Bedah Buku: Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama

bedah buku pluralisme menyelamatkan agama-agamaPluralisme kini sudah menjadi santapan empuk di dalam pembicaraan masyarakat. Pandangan yang berbeda-beda tentang pluralisme yang terjadi patut dibahas. Sebuah buku yang cukup berani dengan judul “Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama” karya Muhammad Sofan sengaja dijadikan sebagai materi dalam acara bedah buku yang dilaksanakan di kampus II UAD, Sabtu (4/6/2011), pukul 09.00-11.00. Acara ini diselenggarakan oleh POROS UAD.

Hadir dua pemateri dalam acara tersebut yaitu Ahmad Arif Rifan, M.Si., yang merupakan salah satu dosen di UAD dan Ali Usman, dosen luar biasa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus kolumnis Koran Nasional, acara tersebut dimoderatori oleh Muhammad Fatoni, mahasiswa Fakultas Sastra UAD.

Pluralisme jika dipelajari tanpa pemahaman yang benar tentu akan menjadi permasalahan tersendiri. Hal ini berlaku pada hal-hal yang lain. Ahmad Arif Rifan menyampaikan kutipan pernyataan resmi dari Muhammadiyah, “Muhammadiyah menerima pluralitas agama tetapi menolak pluralisme yang mengarah pada sinkritisme, sintesisme, relativisme”

Menurut beliau, keanekaragaman yang ada itu sah-sah saja namun keyakinan dalam diri manusia adalah mutlak sesuai ajaran yang diyakininya. Pengakuan adanya agama lain dan adanya rasa saling menghormati dan menghargai merupakan bentuk toleransi antarmanusia. Tetapi toleransi berbeda dengan pluralisme.

“Bagi saya manusia hidup di dunia ini selain memiliki teologi juga harus memiliki etika sosial. Etika sosial ini diwujudkan dalam bentuk pluralisme. Dan pluralisme berbeda dengan sinkritisme (Anti Agama). Mengakui pluralisme berarti seiring dengan mengakui Bhinneka Tungggal Ika dan berarti seiring pula dengan mengakui Pancasila.” papar Ali Usman. Kedua pendapat itu memang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi adanya pluralisme. Hanya saja, jika ditarik garis tengah, keduanya sama-sama mengangkat adanya toleransai antarumat beragama.

Terlepas dari makna sesungguhnya pluralisme itu seperti apa, sudah selayaknya sebagai masyarakat kita memiliki sifat kritis terhadap fenomena yang merebak. Bahkan kedua pemateri pun berpesan agar para pendengar yang hadir dalam acara tersebut tidak serta merta menerima pendapat mereka berdua tetapi alangkah lebih baik jika pendengar juga mengkroscek hal tersebut dengan banyak membaca sehingga ilmu yang dimiliki dapat menyelamatkan mereka dari kesalahan menafsir. (FM)

Read more

Lembaga Pers Mahasiswa (Poros) UAD Adakan Bazar Buku: “Makin Gaul dengan Buku”

Ingin jadi pintar dan bebas berimajinasi. Membacalah di situ tempatnya,

maka kamu akan bebas berekspresi.

Dengan membaca kamu tidak perlu jauh-jauh untuk mengetahui sebuah pulau, metode, mata kuliah, atau atau ilmu umum. Cukup duduk santai di kamar atau di manapun yang anda suka. Selain tidak ribet juga anda bebas membaca yang anda suka.

Begitulah sekelumit pemandangan Senin (30/05/11) di Hall Kampus II UAD di Jl. Pramuka, No. 40, Umbulharjo, Yogyakarta, Lembaga Pers Mahasiswa (Poros), salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, mengadakan bazar buku. Acara ini merupakan program kerja (proker) divisi perusahaan Poros UAD.

“Kami mencoba untuk memperkenalkan manajemen acara pada anggota baru, dalam hal ini pemasaran buku. Kami cukup beruntung, karena kami didukung oleh alumni yang peduli terhadap kami, salah satunya Pak Ucup. Beberapa buku yang ada di sini disuplai olehnya”, ujar Rohmadi, mahasiswa Fakultas Sastra kelahiran Klaten yang merupakan salah satu panitia acara.

Acara yang mengusung tema “Makin Gaul dengan Buku” ini akan berlangsung mulai tanggal 30 Mei 2011 sampai 4 Juni 2011. Ada beberapa buku yang ditawarkan dalam bazar buku tersebut. Bagi mahasiswa yang ingin mencari buku, baik buku umum maupun buku tentang perkuliahan kami layani sampai waktu yang sudah ditentukan. (IH/Sbwh)

Read more

IMM PBI UAD Adakan Seminar Nasional Tanggulangi NII

Akhir-akhir ini, kecemasan masyarakat tidak hanya terletak pada teror bom buku yang sudah banyak memakan korban di Indonesia. Teror melalui pola pikir malah menjadi ancaman yang sangat menakutkan dari pada bom buku tersebut. NII (Negara Islam Indonesia) begitulah sebutan yang sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa.

Berdasarkan keluhan dan ancaman Minggu (29/5/11) kemarin, mulai pukul 08.30, IMM PB II UAD mengadakan seminar nasional dengan tema “NII, Ancamankah?”. Acara yang dilaksanakan di Auditorium kampus II UAD ini melibatkan hampir empat ratus mahasiswa dari Kampus II. Pembicara dalam acara ini adalah Prof. Dr. H. A Munir Mulkhan S.U., selaku Guru Besar UIN Kalijaga Yogyakarta sekaligus sebagai anggota Komnas HAM RI dan H. Okrizal, Lc, MA.

Hafiz Mukhlas, mahasiswa semester enam Program Studi PBI selaku ketua penitia memaparkan bahwa acara ini terselenggara atas kerja sama LPSI, IMM PB II dan universitas. Negara Islam Indonesia memang meresahkan masyarakat. Mahasiswa merupakan salah satu korban atau target empuk dari NII. Tidak sedikit mahasiswa yang tiba-tiba menghilang atau menjadi berperilaku aneh setelah mereka mengenal NII. Oleh karena itu, memang sangat tepat jika seminar ini diadakan. Hal ini supaya menjadikan mahasiswa memiliki paradigma berpikir terbuka dan kritis terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat sehingga dapat membedakan mana yang buruk dan benar.

“Semoga setelah adanya acara ini, mahasiswa dapat memiliki pengetahuan lebih tentang sejarah NII, sehingag mereka dapat menentukan langkah untuk mengantisipasi diri dari ancaman NII.” Ujar Hafiz. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Prof. Dr. H. A Munir Mulkhan S.U., bahwa segala sesuatu harus tahu asal usul dan sejarahnya supaya kita dapat menilai secara objektif. NII tidak salah tetapi cara merealisasikan atau penerapannya yang salah. Dan hal ini memerlukan pemahaman yang lebih.

“Kenapa pemerintah seolah menganggap NII bukan sebagai ancaman sehingga penanggulangannya terkesan lamban? Mungkin karena NII tidak menggunakan senjata sehingga tampak bukan seperti musuh”, tambah Prof. Munir sambil berkelakar.

Ustadz Okrizal menyataka dengan tegas bahwa NII memang ancaman tapi ancaman sebenarnya adalah keyakinan kita sendiri. Dalam seminar beberapa kriteria aliran sesat dipaparkan dalam seminar tersebut. Mahasiswa pun semakin antusias untuk menanyakan tentang bahaya ancaman NII. (FM/Sbwh)

Read more

Teater JAB Unjuk Gigi pada Konser Harmoni Musik Puisi

Konser musik harmoni yang diadakan di Bantara Budaya Kamis (26/05/11) kemarin, dimeriahkan oleh sembilan Kelompok Musik Puisi atau yang biasa disebut juga Musikalisasi Puisi di ataranya: Teater JAB UAD, Assarkem Yogyakarta (KM), Kinnara, Lakukita, Sobaya Ethtic Religion, UMK (Urba Musik Kustik) UNY, Unstrat serta dimerihakan SABU Musik Puisi tertua di Yogyakarta yang digawangi oleh Untung Basuki.

Acara semacam ini tentu menjadi kerinduan bagi penikmat musik puisi, terutama pasca vakumnya gelaran acara fenomenal “Festival Musik Puisi” pada tahun 2003 lalu. “Kehadiran acara “Konser Harmoni Musik Puisi Jogja” ini jauh dari bermaksud menggantikan keberadaan acara fenomenal tersebut. Isu yang kami bawa adalah mengutip kata Prof. Suminta A. Sayuti, being together. Mengada bersama dan merangkul kreativitas secara komunal”, ungkap fairus selaku ketua panitia yang ditemui di sela persiapannya.

Selama ini, dalam lingkup nasional, “musik puisi” masih menjadi polemik, terutama dalam istilah dan konsep. Berbagai kelompok dan pengamat seni menyebutkan istilah yang berbeda dengan pembelaannya masing-masing. Untung Basuki menyebutnya sebagai “Lagu Puisi” dengan komunitasnya SABU, Saut Situmurang menyebut “Puisi Musik Puisi” dalam bukunya “Politik Sastra”, Tan Lio Le dengan “Puisi Musik” dengan kelompoknya Bali Musik Puisi, Fredi Arsi menyebutnya “Musikalisasi Puisi” dengan komunitasnya Musikalisasi Puisi Indonesia (KOMPI) dan Sanggar Matahari Jakarta. Di Jogja Masyarakatnya cenderung menyebutnya Musik Puisi atau Musikalisasi Puisi baik pada kelompok independen atau kelompok kampus. Meski dengan penyebutan istilah yang cukup berbeda, secara konsep dapat dilihat memiliki kemiripan, dan pada malam itu kita dapat melihat bagaimana kecenderungan musik puisi yang dilestarikan di Jogja.

“Meskipun mempunyai ciri-ciri tersendiri, tapi pada intinya semua kelompok mempunyai konsep yang sama, semua kelompok menggunakan puisi sebagai syair yang dilagukan” ungkap sefi ketua Musikalisasi Puisi Teater JAB UAD.

Dalam mempersiapkan acara pada malam tersebut, termasuk relatif mudah, yang sulit adalah mengumpulkan kelompok yang intens menggarap musik puisi. Sebelumnya pihak panitia telah menyebarkan surat dan formulir sebanyak 20 buah, baik bagi kelompok independen maupun kelompok Musik Puisi Kampus dan sekolah yang ada di Yogyakarta. Tapi hanya satu kelompok yang mengembalikan formulir pendaftaran, meski beberapa kelompok menyatakan kesediaannya kepada paitia secara lisan. Akhirnya terkumpul sembilan kelompok musik puisi yang siap mementaskan karya-karyanya. “Sembilan kelompok merupakan kelompok yang sudah intens baik lokal maupun nasional” tegas Fairus.

“Banyak harapan yang akan diraih dalam konser kali ini, khususnya pada terciptanya forum-forum Musik puisi yang dapat menggagas arah musik puisi agar dapat dikenal masyarakat luas dan memberikan masukan kepada pejabat terkait sehubungan dengan dimasukkanya musik puisi dalam kurikulum sekolah menengah pertama. Selain itu. Semoga ini bisa menjadi event yang rutin dengan terjalinnya berbagai kerjasama dengan berbagai pihak. (Sbwh)

Read more