Ricka Tanzilla mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitiannya di acara Communicating Astronomy with the Public (CAP) 2018 yang berlangsung di Fukuoka City Science Museum Jepang (24-28/3/2018).
Penelitian dengan judul “Challenges and Strategies for Developing Inclusive Outreach Using Buku Mentari Project” diprakarsai tim beranggotakan Ricka Tanzilla, Ratnawati, Putri Hasanah, dan Titi Muyassaroh, dengan dosen pendamping Yudhiakto Pramudya, Ph.D.
Tim ini mendapat hibah dana dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016. Mereka mengembangkan buku pembelajaran astronomi untuk siswa berkebutuhan khusus (tunanetra). Buku tersebut dinamakan Mencerap Tata Surya dengan Gambar Taktil Buatan Sendiri (Mentari), sebagai media edukasi astronomi inklusi.
CAP merupakan konferensi yang diadakan International Astronomical Union (IAU). IAU memiliki lebih dari 10.000 anggota aktif dari 98 negara di seluruh dunia yang memiliki misi mempromosikan dan mengembangkan ilmu astronomi dalam semua aspek melalui kerja sama internasional.
Sejak 2003, konferensi CAP telah memfasilitasi pertukaran gagasan dan kegiatan yang berhasil dilakukan dalam bidang astronomi. Konferensi ini membantu memperkuat komunitas astronom profesional di tiap negara dengan cara menghubungkan ke jejaring penelitian internasional. CAP di Jepang menjadi kesempatan bagi astronom profesional dan amatir untuk bertemu dan berdiskusi.
Jepang sendiri memiliki Observatorium Astronomi Nasional Jepang (NAOJ), organisasi penelitian astronomi terkemuka, dan kota Fuokoka adalah daerah dengan koneksi historis untuk sains dan astronomi. NAOJ dan IAU bekerja sama untuk membawa komunitas astronomi dan pendidikan internasional ke Jepang. Hal ini ditujukan agar para astronom internasional dapat secara langsung melihat perkembangan Jepang terkini dan kemajuan Asia dalam komunikasi astronomi.
Terdapat 400 peserta dari seluruh dunia yang mengikuti kegiatan ini. CAP 2018 menyediakan grant (hibah) untuk 12 presenter dan poster terbaik, dengan jumlah grant yang didapat adalah 100.000 yen. Salah satu di antaranya adalah karya Ricka dan timnya.
Ricka memiliki harapan agar astronomi dapat diketahui dan dimengerti oleh masyarakat luas dengan beragam latar belakang tanpa membedakan pendidikan, usia, gender termasuk kepada para difabel.
“Semoga para science communicator dapat memberikan wawasan ilmu astronomi, bukan hanya diketahui untuk kalangan orang-orang sains, tapi astronomi bisa dipelajari oleh publik (masyarakat umum) tanpa membedakan latar belakang pendidikan, usia, gender, juga untuk para difabel,” terang Ricka seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima redaksi pada Rabu (28/3/2018).
Ricka mengaku semakin bersemangat untuk terus mengomunikasikan astronomi kepada masyarakat luas dan pastinya senang dapat belajar langsung bersama astronom profesional di bidang Public Outreach. Selain Ricka, terdapat beberapa peserta perwakilan Indonesia, di antaranya dari ITB, LAPAN, UGM, Planetarium, dan Observatorium Jakarta. (ard/doc)