Mahasiswa dan Dosen UAD Tanggap Bencana

Hujan deras disertai angin yang terjadi sejak Sabtu sampai Selasa (25-28/11/2017) memicu terjadinya banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang di beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan data yang didapat dari Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD DIY, telah terjadi banjir sebanyak 64 titik, longsor 73 titik, dan setidaknya 106 titik pohon tumbang yang tersebar di Gunungkidul, Kulon Progo, Bantul, Sleman, dan Kota Yogyakarta.

Menanggapi bencana tersebut, mahasiswa Ahmad Dahlan Pecinta Alam (MADAPALA) melakukan respons cepat dengan membentuk posko kebencanaan, Selasa (28/11/2017) yang berlokasi di Saung MADAPALA Jln. Kapas 9, Semaki Yogyakarta. Posko dikoordinatori oleh Sawil, Ketua MADAPALA periode 2017. MADAPALA bekerja sama dengan BPBD dan Sekretariat Bersama Perhimpunan Pecinta Alam DIY.

Berdasarkan informasi dari Pusdalops BPBD DIY, diberangkatkan sebanyak 4 potensi relawan menuju titik bencana, salah satunya di Segoroyoso, Pleret, Bantul. Potensi relawan yang telah diberangkatkan mempunyai misi assessment dampak dan kebutuhan baik logistik makanan maupun perlengkapan pendukung, mengingat mobilitas yang terganggu akibat banjir. Selain itu, mereka juga bertugas untuk membantu penanganan korban bencana, seperti evakuasi, dropping logistik, dan dapur umum.

Hasil dari assessment lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa rumah yang rusak parah, kebutuhan makanan bayi, serta air bersih untuk kebutuhan minum. Oleh karena itu, MADAPALA membuka donasi sampai tanggal 7 Desember 2017 berupa makanan bayi, makanan siap saji, obat-obatan, dan uang. Untuk donasi yang berupa barang ataupun uang tunai dapat diserahkan langsung ke posko bencana MADAPALA di Gd. IT Center UAD Lt. 1 Jln. Kapas No. 9 Semaki Yogyakarta.

Selain MADAPALA, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UAD di Kecamatan Danurejan turut memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok kepada warga sekitar yang terkena dampak hujan selama 4 hari berturut-turut itu. Menurut Koordinator Kecamatan KKN, Ikhtiyar Dwi Hatmojo, sudah semestinya mahasiswa tanggap terhadap lingkungan sekitar. Utamanya ketika ada masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

“Sampai saat ini, kami masih berusaha mengumpulkan donasi dan menjadi relawan. Sebab, dampak bencana tidak hanya selesai satu atau dua hari. Sebisa mungkin kami turut mengawal menangani masalah kebencanaan. Sesuai dengan Tri Darma perguruan tinggi, terkait pengabdian masyarakat.”

Sementara, dari Program Pascasarjana UAD juga memberikan bantuan kepada warga Panjatan Kulon, Kulon Progo. Bantuan berupa kebutuhan sandang pangan dan uang tunai. Bantuan ini diterima langsung oleh Sudarmanto, S.I.P., M.Si., selaku camat setempat. (ard/doc)

Mendalami Naskah Kuno Minangkabau

Berangkat dari keresahan mahasiswa tentang sulitnya menjumpai buku pembelajaran sastra lama yang membahas tuntas perihal naskah kuno, Yosi Wulandari, M.Pd. dan Wachid Eko Purwanto, M.A., meluncurkan buku berjudul Dari Mantra Hingga Kaba: Struktur dan Makna Naskah Minangkabau. Keduanya adalah dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Bagi mahasiswa PBSI, sastra lama adalah matakuliah wajib yang harus ditempuh. Namun, sering kali pembelajaran berhenti pada pemahaman konsep umum dan pengetahuan mengenai contoh karya sastra lama. Kendala yang dihadapi adalah contoh-contoh teks sastra lama yang sulit dipahami karena perbedaan zaman dan perbedaan bahasa, mengingat kebanyakan teks sastra lama ditulis dalam bahasa Melayu maupun Arab Melayu.

Buku Dari Mantra Hingga Kaba terdiri atas 6 bab yang membahas hakikat sastra lama, sejarah sastra Minangkabau, dan contoh naskah sastra lama lengkap beserta kutipan transliterasinya. Buku ini membahas sastra lama Minangkabau dengan runtut dan mendalam. Dimulai dengan bab hakikat karya sastra lama yang membahas perihal pengertian, ciri, manfaat, dan jenis-jenis sastra lama. Kemudian, dalam bab kedua materi mengerucut ke dalam sastra lama Minangkabau dengan materi perihal sastra sejarah Minangkabau dan sastra lisan Minangkabau. Dalam bab ketiga dan bab keempat dibahas dua kaba, yaitu Kaba Si Ali Amat dan Kaba Magek Manandin Dengan Putri Subang Bagelang. Sedang pada bab kelima dan keenam, dibahas syair sunur/nazam sunur serta doa, mantra dan azimat. Pembahasan contoh karya sastra lama pada bab ketiga hingga keenam, dilengkapi dengan foto naskah asli dari karya sastra lama yang dibahas pada masing-masing bab. Karena hampir seluruh naskah asli tersebut ditulis dengan huruf Arab Melayu, maka penulis melengkapi setiap babnya dengan kutipan transliterasi, ringkasan cerita, serta struktur dan makna dari masing-masing naskah. Dengan begitu, mahasiswa dapat memahami isi dari naskah kuno tersebut.

Kelebihan buku ini tidak terbatas hanya pada kelengkapan isi dan pembahasan materi di dalamnya. Sebab, buku ini juga dilengkapi dengan rangkuman materi pada masing-masing bab dan evaluasi agar mahasiswa dapat lebih mengenal teks sastra lama yang berasal dari daerah masing-masing. (dev)

Literasi Tingkatkan Kualitas Bangsa

Di era literasi digital, tingkat kesadaran membaca masyarakat sudah semakin membaik. Minimal membaca artikel atau berita-berita terkini. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah mudahnya akses bacaan melalui gawai dan media daring. Namun perlu diperhatikan, pembaca atau masyarakat harus selektif terhadap kebenaran dan kualitas bacaan. Masyarakat dituntut menjadi pembaca yang cerdas.

Sementara semakin gencarnya literasi digital, bahan bacaan dari buku konvensional juga harus diperhatikan. Pasalnya, kualitas membaca melalui gawai dan buku akan sangat berbeda. Fokus membaca buku akan lebih tinggi karena tidak terganggu dengan media sosial yang tersedia di gawai.

Berbicara mengenai buku, Sabtu (2/11/2017) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan bedah buku berjudul Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri. Buku karya Muhsin Kalida dan Moh. Mursyid dibedah oleh Ketua Prodi PBSI Dra. Triwati Rahayu, M.Hum., di auditorium kampus 2 UAD, Jln. Pramuka 42, Yogyakarta.

“Budaya literasi penting untuk meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan. Pembudayaan ini harus dilakukan sejak usia dini. Anak harus dikenalkan dengan buku agar saat dewasa nanti memiliki minat baca yang tinggi,” terang Triwati.

Salah satu yang dicontohkan adalah membelikan buku dan membacakan kepada anak-anak sebelum tidur atau saat waktu bermain. Menurutnya, peran orang tua penting untuk meningkatkan kesukaan anak terhadap buku.

Di Indonesia, pemerintah sudah mencanangkan program Gerakan Literasi Nasional  (GLN) yang dikoordinatori oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Gerakan ini meliputi literasi sekolah, keluarga, dan masyarakat. Literasi sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas bangsa dan peningkatan sumber daya manusia. (ard)

Dinamika Kebijakan Kurikulum 2013

“Kebijakan kurikulum pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun 2015-2019

Nawacita tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melakukan revolusi karakter bangsa, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, serta memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.” -Dr. Awaluddin Tjalla (Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan)

Arah kebijakan pendidikan dan kebudayaan memiliki visi untuk mewujudkan insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong. Kerangka pengembangan kurikulum kompetensi abad 21 dijabarkan dalam 4 kategori, kemampuan belajar dan berinovasi, literasi digital, kecakapan hidup, dan karakter.

Kemampuan belajar dan berinovasi terdiri atas berpikir kritis dan penyelesaian masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, kolaborasi. Literasi digital meliputi literasi informasi, media, dan teknologi. Sedangkan kecakapan hidup, di antaranya fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mandiri, interaksi lintas sosial-budaya, produktivitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab.

Pendidikan merupakan proses pembudayaan, suatu usaha untuk memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan. Idealnya, pendidikan dan pengajaran memerdekakan manusia secara lahiriah dan batiniah.

Sementara, pendidikan nasional adalah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya (cultureel-nationaal) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.

“Berbicara pendidikan tidak dapat terlepas dari kurikulum. Kurikulum bergerak secara dinamis mengikuti perubahan zaman, karena harus senantiasa relevan dalam menjawab kebutuhan manusia yang berkembang dari masa ke masa,” jelas Awaluddin ketika menyampaikan materinya dalam Seminar Nasional Pendidikan yang diselenggarakan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Minggu (19/11/2017).

Di Indonesia, nilai Pancasila menginspirasi ide dasar kurikulum. Kurikulum membentuk manusia Indonesia yang beragama dan menghormati agama lain. Mencintai bangsa, tanah air, dan negara. Memiliki kepedulian untuk mengembangkan kehidupan kebangsaan, sosial dan ekonomi yang berkeadilan. Mampu menghargai pluralisme sosial dan budaya. Berkontribusi mewujudkan kehidupan umat manusia yang bermartabat dan saling menghargai. Dan membangun masyarakat yang berkeadilan sosial.

“Kurikulum mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang menempatkan budaya Indonesia. Hal ini sebagai dasar pengembangan pendidikan yang mampu dan bermanfaat untuk kualitas manusia Indonesia.”

Kurikulum tidak pernah terlepas dari permasalahan. Sampai saat ini, sudah ada evaluasi dan perbaikan pada beberapa lini. Paling penting, perbaikan dokumen kurikulum 2013 akan memberikan ruang kreatif kepada guru. Silabus yang disiapkan pemerintah merupakan salah satu model untuk memberi inspirasi. Guru dapat mengembangkannya sesuai dengan konteks yang relevan. Dalam pembelajaran tematik (khusus jenjang SD), guru dapat mengembangkan tema dan subtema sesuai dengan konteks yang relevan. 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan) merupakan kemampuan proses berpikir yang perlu dilatihkan secara terus menerus melalui pembelajaran agar siswa terbiasa berpikir secara saintifik. 5M bukanlah prosedur atau langkah-langkah atau pendekatan pembelajaran.

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan PRINSIP DIVERSIFIKASI sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (Pasal 36 ayat (2), UU SPN No. 20 Tahun 2003). Tujuannya untuk revolusi karakter anak bangsa.

Ada beberapa format diversifikasi. Pertama diversifikasi tema (tentatif) terkait maritim, agraris, niaga/jasa. Kedua diversifikasi geososiocultural tentang basis potensi lokal konteks nasional dan global (tetap dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika). Ketiga diversifikasi bangun/struktur kurikulum. Pengembangan diversifikasi meliputi nasionalitas (maritim, agraris, niaga/jasa), kedaerahan (budaya lokal, kearifan lokal, keragaman alam), dan sekolah (niche dan konteks masing-masing sekolah).

Kurikulum diharapkan dapat menumbuhkan karakter. Penumbuhan karakter itu melalui pembelajaran yang bermakna, ekosistem dan budaya sekolah yang sehat, guru sebagai panutan, serta lingkungan keluarga dan masyarakat yang memperkuat penumbuhan nilai-nilai karakter dan budi pekerti anak. (doc/ard)

Bazar Aksi PBSI Dukung Gerakan Literasi

“Kami berharap acara ini dapat menguatkan tali silaturahmi mahasiswa PBSI dan meningkatkan minat literasi mahasiswa UAD,” ujar Rivan Setiawan, koordinator Perlengkapan Dekorasi dan Dokumentasi (PDD) Bazar, Aksi, dan Bedah Buku Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Ditemui di tempat acara, aula kampus 2 UAD Jalan Pramuka, mahasiswa semester tiga tersebut menjelaskan bahwa panitia bekerja sama dengan lima pihak dalam bazar buku tersebut. Antara lain Buku Mata, Buku-Buku Inspirasi, Pro-U Media, DIVA Press, dan Social Agency.

“Rangkaian kegiatan ini terdiri atas tiga acara, yaitu bazar buku, panggung aksi, dan bedah buku. Panggung aksi menampilkan bakat dan minat mahasiswa PBSI perwakilan dari masing-masing kelas. Jadwal penampilannya ada di pukul 10.00, 12.30, dan 14.00 WIB. Selain itu, kami juga mengadakan bazar kewirausahaan bergilir dari masing-masing kelas,” jelasnya.

Bazar aksi tersebut berlangsung selama tiga hari, 28-30 November 2017. Sedangkan bedah buku akan berlangsung pada 2 Desember 2017 di auditorium kampus 2 UAD. Muhsin Kalidan dan Muhammad Mursyid, penulis buku Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri, akan hadir dalam acara bedah buku tersebut. (dev)

Al-Qur’an sebagai Gagasan Sebuah Teori Ilmu Pengetahuan

"… وَإِذَا قِيْلَ انْشُزُوا فَانْشٌزٌوا يَرْفَعِ اللهُ الذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالذِيْنَ اُوْتُوا العِلْمَ دَرَجتٍ…"

Artinya: “… Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. al-Mujadilah:11)

Itulah salah satu landasan diselenggarakannya seminar “al-Qur’an dan Sains” pada Ahad (26/11/2017) di kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jalan Ringroad Selatan, Bantul, sejak pukul 15.30-17.30 WIB. Acara yang diprakarsai oleh Iksada (Ikatan Santri Pesantren Mahasiswa Ahmad Dahlan) ini sukses mendatangkan lebih dari 200 peserta yang berasal dari berbagai macam fakultas di UAD.

Pemateri yang dihadirkan adalah Agus Purwanto, D.Sc., selaku ulama Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dosen Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Surabaya (FMIPA ITS), serta penulis buku berjudul Ayat-Ayat Semesta yang membahas tentang al-Qur’an dan Sains.

Ia menerangkan bahwa Islam adalah agama yang luas dan kaya akan pembahasan. Islam mencakup seluruh kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan.

“Dari itulah, banyak pula tokoh-tokoh Islam yang menjadi ilmuwan dunia, di antaranya Abu Bakar Muhammad bin Zakaria (ar-Razi), Ibnu Haitham, Abu Raihan al-Biruni, dan lain sebagainya,” ucapnya.

Dalam mengembangkan ilmunya, para ulama muslim tidak terlepas dari ayat-ayat al-Qur’an yang mereka pelajari. Seperti dalam QS. at-Taubah: 36, dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya bulan pada sisi Allah adalah dua belas, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram….”

Tidak hanya itu, dalam QS. al-Anbiyaa: 33 juga diterangkan cara Allah menciptakan seluruh dunia dan isinya, “Dan Dia-lah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

Begitulah al-Qur’an menjelaskan secara rinci mengenai ilmu pengetahuan. “Al-Qur’an telah menjadi gagasan dalam setiap teori yang tercipta di dunia ini. Mari kita mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tetap menjaga sumber daya alam kita, agar kita menjadi bangsa yang berdaulat,” kata Agus.

Di akhir pemaparan, ia berharap kaum muda Indonesia mampu menjadi Trensain-trensain (pejuang atau ijtihad Muhammadiyah) di abad 21 ini. (AKN)

Konser Musik Puisi untuk Muhammadiyah

Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Pentas Produksi: Pertunjukan Puisi Teater JAB 2017 bertajuk “Nyanyian Kebangkitan”. Mengangkat tema “Berantai Kisah, Beruntai Kasih”, pentas produksi dengan konsep konser musikalisasi puisi tersebut digelar di dua kota, yaitu Surabaya dan Yogyakarta.

“Yang menjadikan konser musik puisi ini menarik adalah, kami membawakan puisi-puisi karya penyair Muhammadiyah dan tokoh-tokoh yang dekat dengan Muhammadiyah,” jelas Farid Arifin, Pimpinan Produksi mewakili Teater JAB. Pentas pertama bertempat di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) pada Sabtu (18/11/2017) lalu. Dalam pentas tersebut, Teater JAB membawakan musikalisasi puisi Syair untuk Leiser karya Jabrohim, Kabarkan Padaku karya Mahwi Air Tawar, Setelah Mencintaimu karya Acep Zamzam Noor, Tanah Air karya Sutardji Calzoum Bachri, Kasidah dari Negeri Hijau karya Abdul Wachid BS, dan Nyanyian Kebangkitan karya Ahmadun Yosi Herfanda.

“Tujuan awal kami adalah untuk mengangkat nama penyair Muhammadiyah, karena kami juga berasal dari universitas Muhammadiyah. Selain itu, dengan bekerja sama dengan Sanggar Satria dari UMS, kami juga ingin mendapatkan relasi serta menjaga silaturahmi antar universitas Muhammadiyah.”

Menggelar konser musik puisi di Surabaya, bukan tanpa tantangan. Farid menjelaskan bahwa di Surabaya musikalisasi puisi belum begitu diminati. Musikalisasi puisi hanya dipandang sebagai bagian pembuka suatu acara; drama maupun pertunjukan lainnya.

“Kami tetap optimis. Asalkan tetap berusaha dan memaksimalkan usaha publikasi, pasti bisa sukses. Hasil tidak akan mengkhianati proses. Jadi selama beberapa hari sebelum acara, di sela-sela kesibukan setting tempat dan latihan, kami meluangkan waktu untuk melakukan publikasi dan menjual tiket,” jelas Farid. “Akhirnya kurang lebih 113 penonton hadir di konser kami.”

Pentas kedua akan dilaksanakan pada 18 Desember 2017 mendatang di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Masih dengan formasi pemain musik yang sama, Wisnu Wardana (vokal), Ainun (vokal), Rizki Ramdhani (keyboard), Iqbal Supriansyah (jimbe), Galih Irfananda (bass), dan Riski Ramadhani (gitar).

“Pentas ini menampilkan puisi-puisi karya penyair dan tokoh yang dekat dengan Muhammadiyah serta dipersembahkan oleh kampus Muhammadiyah. Bagi masyarakat, khususnya masyarakat Muhammadiyah, tentu wajib menyaksikan konser musik puisi ini, karena penampilan yang akan kami suguhkan adalah perpaduan antara musik, koreografi, dan puisi. Sebuah penampilan istimewa dari, pada, dan untuk Muhammadiyah,” pungkasnya. (dev)

Persada UAD Adakan Seminar al-Qur’an dan Sains

Dipelopori oleh Iksada (Ikatan Santi Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Persada (Pesantren Mahasiswa UAD) sukses menjalankan seminar pada Ahad (26/11/2017). Seminar yang bertema “al-Qur’an dan Sains” ini bertempat di kampus IV UAD, Jalan Ringroad Selatan, Bangutapan, Bantul, dan dihadiri oleh lebih dari 200 peserta. Mereka berasal dari santri dan alumni Persada, mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM), serta mahasiswa UAD dari berbagai jurusan.

Agus Purwanto, D.Sc. hadir sebagai pembicara. Ia adalah ulama Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dosen Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Surabaya (FMIPA ITS), serta penulis buku berjudul Ayat-Ayat Semesta yang membahas tentang al-Qur’an dan Sains.

Thonthowi, M.Ag. selaku direktur Persada mengungkapkan, “Islam adalah akidah, seminar ini diadakan dengan tujuan mencari berkah dari Allah Swt., dan semoga apa yang disampaikan pembicara dapat bermanfaat bagi kita.”

Diadakannya seminar tersebut juga tidak terlepas dari berbagai macam fenomena alam yang terjadi saat ini. Telah diketahui, al-Qur’an memuat berbagai macam ilmu pengetahuan, tidak melulu tentang Islam, melainkan mencakup segala aspek kehidupan, tak terkecuali sains. (AKN)

Lulusan UAD sebagai Young Entrepreneur

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan kuliah umum di auditorium kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta. Acara yang berlangsung Rabu (29/11/2017) ini bertajuk “Urgensi dan Tantangan Perbankan Syariah Menghadapi Era Financial Technology dan Penandatanganan Memorandum of  Understanding (MoU) dengan Bank BPD DIY Syariah”. Hadir sebagai pembicara Supriyanto, S.E.,M.M., Pimpinan Cabang Bank BPD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Syariah.

Dekan FEB UAD, Dra. Salamatun Asakdiyah, M.Si., dalam sambutannya menjelaskan kegiatan ini dalam rangka meningkatkan keilmuan dalam proses pembelajaran mahasiswa.

“Untuk meningkatkan keilmuan mahasiswa, maka salah satu cara yang dilakukan oleh FEB adalah menyelenggarakan kuliah umum. Kegiatan ini sudah terjadwal pada program tahunan. Hadirnya pakar dan praktisi di bidang ekonomi dan bisnis sebagai pembicara akan menambah pengetahuan mahasiswa.”

Selain kuliah umum, FEB melakukan penandatanganan MoU dengan Bank BPD DIY Syariah. MoU ini untuk meningkatkan kerja sama antara UAD dengan institusi lain. Tujuan utamanya dalam rangka meningkatkan kompetensi lulusan.

“Dengan adanya MoU, mahasiswa bisa magang dan memperoleh pengalaman praktik lapangan. Jadi ada keseimbangan antara kelimuan di kelas dan praktik,” ungkap Salamatun.

Harapannya, dengan menghadirkan pakar dan praktisi serta MoU dengan instansi yang bergerak di bidang keuangan, ekonomi, dan bisnis, mahasiswa FEB tidak canggung dan bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja dengan cepat, serta siap bersaing di pasar kerja. Hal yang tidak kalah penting, lulusan UAD cepat diterima di dunia kerja dan memunculkan usaha baru sebagai young entrepreneur. (ard)

 

Ratusan Mahasiswa Ikuti Pelatihan Jurnalistik

Pelatihan jurnalistik dengan tema “Jurnalisme dalam Media Online” yang diselenggarakan oleh LSO Jurnalistik Kreativitas Kita (Kreskit) Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) diikuti ratusan peserta pada Ahad (26/11/2017). Kreskit menghadirkan Agung PW, pimpinan redaksi KRjogja.com, sebagai narasumber pelatihan tersebut, dan Jemi Ilham sebagai moderator.

Anisa Yuni Subekti selaku Pimpinan Umum Kreskit mengaku, alasan diselenggarakannya pelatihan tersebut adalah untuk menjawab wacana digitalisasi media yang sedang terjadi.

“Saya berharap dengan mengikuti pelatihan, teman-teman mahasiswa dapat menyikapi dengan bijak digitalisasi media yang terjadi saat ini. Saya juga berharap teman-teman dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari narasumber yang kami datangkan. Narasumber adalah praktisi yang sangat memahami kondisi media digital.”

Bertempat di auditorium kampus 2 UAD Jalan Pramuka, pelatihan tersebut dibuka oleh Roni Sulistyono, M.Pd., Sekretaris Program Studi (Prodi), mewakili Kepala Prodi yang berhalangan hadir.

“Saya sangat berterima kasih kepada panitia yang telah bekerja keras hingga acara ini dapat terlaksana. Pelatihan ini saya rasa sangat penting diikuti oleh mahasiswa PBSI karena manfaatnya yang sangat besar, khususnya untuk mahasiswa yang mengambil penjurusan jurnalistik. Ilmu yang didapatkan dalam pelatihan ini dapat menjadi nilai tambah mahasiswa sebagai calon pengajar,” pungkasnya. (dev)