PILMAH ke-1, Mahasiswa Hukum Sabet 2 Kategori Lomba

“Pupuk mental kompetisi, jangan takut kalah. Kegagalan akan membentuk DNA seorang pemenang.”

Begitulah yang disampaikan Muhammad Saleh, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang berhasil mempersembahkan 2 trofi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Hukum Nasional (PILMAH) ke-1 di UII. Ia mendapat juara 2 lomba esai dan terbaik 2 speaker legal case discussion.

Pada ajang yang menggandeng kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia ini, Saleh mampu mengungguli peserta dari beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Alhamdulillah bisa membawa UAD juara dalam 2 kategori. Ini sebagai bukti bahwa UAD saat ini sudah sejajar dan mampu bersaing dengan PTN.”

Laki-laki asal Dompu, Nusa Tenggara Barat ini mengaku sudah beberapa kali mengikuti lomba, tetapi selalu gagal. Dan pada kesempatan ini, ia merasa sangat beruntung dapat langsung memenangi 2 kategori lomba dalam waktu bersamaan.

“Motivasi saya mengikuti lomba untuk menambah pengalaman dan ilmu. Dengan lomba, saya terpacu terus belajar, juga sebagai ajang mengukur diri untuk bersaing dengan mahasiswa dari kampus lain,” tukasnya ketika ditemui di kampus 2 UAD, Jln. Pramuka 42, Yogyakarta.

Saleh, yang kini semester 7, tergabung dalam Komunitas Lantern Law di FH. Ia juga aktif di Pusat Konsultasi Bantuan Hukum (PKBH) UAD. Sebelum masa studinya di UAD selesai, ia terus berbenah dan mempersiapkan diri mengikuti beberapa perlombaan tingkat regional dan nasional. (ard)

UAD Terakreditasi A

“Terima kasih kepada semua pihak, yang telah mendukung penyelenggaraan pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan. Dengan akreditasi ranking A ini, semoga UAD lebih terpacu untuk meningkatkan kontribusinya kepada masyarakat.” -Dr. Kasiyarno, M.Hum., Rektor UAD.

Dari penjelasannya ketika ditemui di ruang rektor, Sabtu (28/10/2017), Kasiyarno mengungkapkan prestasi yang dicapai ini merupakan akumulasi dari kinerja seluruh elemen di UAD. Capaian individu maupun kelompok, baik mahasiswa, karyawan, dosen, pimpinan program studi, fakultas, lembaga biro dan kantor, serta semua elemen.

Ditemui di tempat berbeda, Kepala Badan Penjaminan Mutu (BPM) UAD, Utik Bidayati, S.E.,M.M., menerangkan bahwa proses yang dilakukan untuk mencapai akreditasi A.

“Kami berjuang sejak 2014 untuk masuk akreditasi A. Saat itu, UAD masih dalam proses berkembang dan pembenahan. Selama kurun 2 tahun, UAD dapat membuktikan kalau kinerjanya meningkat. Hasil ini patut disyukuri, kita menunjukkan progres positif dalam menjalankan institusi."

Akreditasi yang diperoleh UAD sesuai dengan SK dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor 3632/SK/BAN-PT/Akred/PT/2017 Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT). (ard)

 

 

Paper Mahasiswa UAD Beri Inovasi Program SDG PBB

Ide Youth Enterpreneur Care yang digagas Novi Retno Ardianti berhasil masuk 5 besar dalam ajang International Youth Forum on Innovation (IYFI) di Singapura (20-23/9/2017). Kegiatan ini diselenggarakan oleh  Education and Connection (Edconnex).

Novi, mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), mampu bersaing dengan beberapa peserta IYFI lainnya dari negara-negara di kawasan Asia. Ide tersebut dicetuskan untuk memberi inovasi program Sustainable Development Goal (SDG) yang digagas Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

“Ide yang saya cetuskan untuk mendorong pengusaha muda selain bisa wirausaha, tetapi juga peduli terhadap sesama. Setiap bulan bisa memberi insentif untuk orang yang membutuhkan. Misalnya seperti di panti asuhan dan korban bencana.”

Ia beranggapan, pemuda harus aktif dalam berkreasi dan berinovasi. Tidak hanya diam di rumah saja. Saat ini, selain sibuk kuliah, perempuan kelahiran Yogyakarta ini juga menjadi pengusaha custom pillow.

Dengan usahanya itu, Novi dapat mempekerjakan beberapa karyawan dan sudah beberapa kali berkontribusi memberi insentif kepada panti asuhan dan korban bencana alam. Selain itu, dari usahanya, ia dapat membiayai kuliah dan memiliki tambahan uang saku. Kini, usaha yang dirintis sejak awal masuk UAD itu sudah memiliki penghasilan kotor sekitar 7-9 juta dalam kurun satu bulan.

“Awalnya cuma reseller, sekarang sudah produksi sendiri. Dengan menjadi pengusaha muda, saya mencoba mandiri dan ingin meringankan beban orang tua. Walaupun sudah punya usaha, harus tetap peduli dengan orang lain yang membutuhkan,” tukas ketua Debating Community (DeCo) UAD periode 2017-2018 ini.

Tercatat, lebih dari 10 prestasi telah ditorehkan Novi dari tingkat regional, nasional, maupun internasional. Saat ini, ia sedang berusaha memajukan usahanya sebagai implementasi dari idenya yang masuk 5 besar IYFI. Semakin besar dan maju usaha, akan semakin banyak orang yang dapat ditolong.

Perlu diketahui, IYFI merupakan kegiatan sebagai wadah bagi para pemuda antarnegara untuk memberikan inovasi serta berdiskusi bersama mengenai program SDG PBB. Kegiatan ini diikuti oleh pemuda dari Filipina, India, Singapura, Myanmar, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Tiongkok, yang paper-nya telah diseleksi sebelumnya. (ard)

UAD Raih Juara 1 dan 3 JPHRC IAKMI di Manado

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) kembali menyelenggarakaan Forum Ilmiah Tahunan (FIT) ke-3. Pada kesempatan tersebut, juga diselenggarakan Junior Public Health Researcher Competition (JPHRC) 2 khusus untuk mahasiswa kesehatan masyarakat. Acara ini berlangsung di Manado, 17-19 Oktober 2017.

Pada ajang JPHRC yang mengangkat tema “Peran Tenaga Kesehatan dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga”, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengirim 3 tim untuk berpartisipasi. Dua di antaranya berhasil menjadi juara 1 dan 3, setelah mengalahkan beberapa perguruan tinggi negeri ternama di Indonesia.

Tim juara 1 terdiri atas Monica Keydia, Elisa Septiyani, dan Vionika Marthasari. Juara 3 merupakan tim yang seminggu sebelumnya memenangi Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) di Unsiyah Aceh, mereka adalah Amalynda Rizkyana, Wahyu Sukmaningtias, dan Kartika Anggraeni A.R.

Kesuksesan tim tersebut tidak lepas dari bimbingan Oktomi Wijaya, S.K.M.,M.Sc., salah satu dosen muda FKM. Tomi menilai, mahasiswa bimbingannya sangat layak mendapat juara karena materi penelitian yang disajikan.

“Kami mencoba menciptakan ide atau gagasan yang menarik. Kemudian mencari masalah yang disesuaikan dengan tema. Setelah itu, baru mencari solusi dengan ide-ide kreatif dan inovatif, serta memanfaatkan potensi yang ada di Indonesia,” jelasnya.

Sementara, Elisa, salah satu anggota tim yang menjadi juara 1, merasa sangat senang dan bangga dapat bersaing dan mengalahkan beberapa perguruan tinggi negeri. Mahasiswi semester 3 ini mengungkapkan mendapat banyak pengalaman dari perlombaan tingkat nasional tersebut.

Perwakilan juara 3, Wahyu, menganggap keberhasilan tim FKM memenangi perlombaan di Manado adalah hasil dari kerja keras selama beberapa bulan belakangan.

“Orang lain mungkin mengira enak menjadi kami, langsung dapat juara. Tetapi, kami percaya kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Mereka tidak mengetahui seperti apa pengorbanan yang harus dilakukan. Saat mereka libur, kami terus berusaha mengerjakan paper dan melakukan penelitian,” ungkapnya perempuan asli Yogyakarta ini. (ard)

Mahasiswa FKM Menang LKTI di Aceh

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta raih juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) di Unsiyah Aceh, 13-15 Oktober 2017. Mereka adalah Amalynda Rizkyana,Wahyu Sukmaningtias, dan Kartika Anggraeni A. R.

Kontingen UAD harus bersaing ketat dengan beberapa universitas negeri yang ada di Indonesia. Oktomi Wijaya, S.K.M.,M.Sc., selaku dosen pembimbing dan pendamping menjelaskan, meskipun perguruan tinggi swasta (PTS), UAD mampu bersaing dan menunjukkan kapasistasnya sebagai salah satu universitas yang berkualitas.

“Kami satu-satunya universitas swasta yang mampu bersaing sampai final dan menjadi juara 2. Hasil ini tidak terlepas dari kerja keras mahasiswa selama beberapa bulan belakangan, ” jelas Tomi ketika ditemui di ruang transit dosen FKM, kampus 3, Selasa (24/10/2017).

Kartika, salah satu anggota kontingen LKTI UAD, membeberkan bahwa ia dan dua temannya sempat ragu bisa meraih juara.

“Ini pertama kalinya kami mengikuti perlombaan dan tingkatnya nasional. Berkat kerja keras dan arahan dari Pak Tomi, alhamdulillah kami dapat mengharumkan nama UAD. Ia bukan sekadar dosen, tetapi juga seperti teman buat kami,” terang mahasiswi semester 5 ini.

Perlu diketahui, sejak liburan akhir semester genap 2017, tim ini mempersiapkan karya tulis ilmiah dan penelitan untuk mengikuti 2 ajang lomba nasional. Ketika mahasiswa lain liburan, mereka tetap menyusun paper dan terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Selain menjadi juara 2 di Aceh, tim ini juga meraih juara 3 pada ajang lomba penelitian yang diselenggarakan di Manado. (ard)

LPM Hadirkan Guru Besar ITB dalam Seminar Nasional

Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Seminar Nasional Hasil Pengabdian Masyarakat ke-4 pada Rabu, (25/10/2017). Bertempat di East Park Hotel, seminar tersebut menghadirkan keynote speaker Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Sundari Nuraini Suwandhi, M.Si. yang membawakan materi “Indonesia sebagai Kawasan Berkehidupan”. Sementara itu, yang bertindak sebagai plenary speaker adalah Kepala LPM UAD, Drs. H. Jabrohim, M.M.

Seminar nasional yang mengangkat tema “Membangun Desa Menuju Indonesia Berkemajuan” tersebut bertujuan untuk mewadahi publikasi bagi dosen penerima hibah pemerintah melalui Kemenristek Dikti dan bantuan hibah internal UAD. Sebanyak 38 peserta dan 52 pemakalah dari 20 perguruan tinggi se-Indonesia ikut serta dalam seminar ini.

Ketua Panitia, Dr. Rina Ratih S.S., M.Hum., dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta, dan berharap seluruh peserta dapat membagikan hasil penelitian untuk menginspirasi peserta, dosen, dan pemakalah lain.

Mewakili Rektor UAD, Prof. Sarbiran, Ph.D., selaku Wakil Rektor IV menyampaikan sambutan serta membuka acara tersebut.

“Semoga pengabdian masyarakat melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga dapat kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Karena fungsi perguruan tinggi dalam bidang pengabdian dan penelitian sama pentingnya dengan bidang akademik. Saya juga menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya kepada LPM UAD atas terselenggaranya acara ini. Semoga materi yang diberikan dapat diserap sebaik-baiknya oleh peserta agar seluruh perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dapat berkembang dengan baik,” tutur Sarbiran dalam sambutannya sebelum membuka acara seminar nasional tersebut.

Sundani Nurono Suwandhi menyampaikan materi tentang “Indonesia sebagai Kawasan Berkehidupan”. Ia menggarisbawahi bahwa sebelum Indonesia menyandang titel “'berkemajuan”, terlebih dahulu harus “berkehidupan”. Ia juga menyampaikan paradigma baru Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM). Paradigma baru tersebut mengharuskan keterlibatan beberapa pakar dari berbagai bidang dalam sebuah pengabdian masyarakat. PPM tidak bisa dilakukan oleh satu pakar keilmuan saja. (dev)

 

Festival Seni Olahraga P.Bio Tingkatan Semangat Sportifitas dan Jiwa Solidaritas

Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi (HMPS P.BIO) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Festival Olahraga dan Seni Pendidik Biologi (Forsema). Acara ini diikuti oleh semua angkatan Prodi P.Bio dari semester 1 sampai semester 7.

Rangkaian lomba dalam memperingati ulang tahun Prodi P.Bio ini berlangsung dari 18 April sampai 22 Oktober 2017. Tema “Bersama Forsema Kreasikan, Jalin Silaturahmi, serta Tingkatan Semangat Sportifitas dan Jiwa Solidaritas” dipilih untuk memeriahkan acara yang diadakan rutin setiap tahun ini.

Beberapa perlombaan dalam Forsema adalah futsal, badminton, dan pentas seni.

“Sesuai dengan tema acara, selain memperingati ulang tahun P.Bio yang jatuh pada 18 April, acara ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi P.Bio dari semester 1-7,” ujar Aan Fatimah Ulan selaku ketua panitia.

Juara 1 futsal diraih oleh mahasiswa semester 5 putra dan putri, juara 1 lomba badminton diraih oleh mahasiswa semester 3, dan juara 1 pentas seni diraih mahasiswa semester 1.

Kiat Menjaga Kesehatan Jiwa

Tema hari kesehatan jiwa sedunia tahun 2017 adalah mental health in workplace atau kesehatan jiwa di tempat kerja. Sama seperti kesehatan fisik, kesehatan jiwa pun selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Misalnya beberapa hal yang tanpa disadari berpotensi menimbulkan stres. Terlebih lagi di tempat kerja, selalu ada tuntutan pekerjaan, deadline, dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan seorang karyawan/pekerja.

Nurfitia Swastiningsih, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog., dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi sekaligus praktisi psikolog Unit Pelayanan Psikologi (UPP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membagikan kiat-kiat menjaga kesehatan jiwa di tempat kerja.

            Menurutnya, sangat penting memahami bahwa dalam hidup akan ada hal-hal yang terjadi di luar prediksi manusia. Ketika pemahaman tersebut sudah ditanamkan, maka masalah yang timbul tidak akan menjadi beban yang berat. Ini bisa menjadi langkah awal menjaga kesehatan jiwa.

Fokus pada Solusi Permasalahan

Hal pertama yang harus dilakukan ketika menghadapi suatu masalah adalah fokus mencari solusi. Dengan fokus pada permasalahan yang ada, secara langsung manusia akan mencari solusi dari masalah itu. Bagaimana masalah tersebut dapat diselesaikan, apakah masalah tersebut hanya menyangkut diri sendiri atau juga menyangkut orang lain.

Kelola Diri dalam Menghadapi Masalah

Seorang pekerja perlu menyadari hal-hal apa saja yang berpotensi membebani mental. Dalam pekerjaan tentu, akan muncul tuntutan pekerjaan, deadline, dan pekerjaan-pekerjaan yang memuncak pada waktu-waktu tertentu. Contohnya bagi guru, pekerjaan akan memuncak ketika mendekati masa ujian atau bagi pekerja industri wisata, pekerjaan akan memuncak ketika mendekati masa liburan. Hal-hal tersebut sangat berpotensi membebani mental, maka diperlukan kelola emosi yang baik untuk menghadapi tantangan pekerjaan.

Mengelola emosi diri dapat dilakukan dengan menerima kenyataan bahwa setiap bidang pekerjaan pasti memiliki tantangan tersendiri. Ada masa-masa puncak dan ada masa-masa santai. Dengan pemahaman tersebut, dapat dipersiapkan mental yang kuat untuk menghadapi kesibukan yang telah diprediksi.

Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri

Lebih populer dengan istilah Me Time, hal ini sangat dapat membantu dalam mengurangi stres akibat pekerjaan yang menumpuk. Apa yang dapat dilakukan saat Me Time berbeda pada masing-masing individu. Temukan apa yang dapat membuat santai dan rileks. Menekuni hobi kadang bisa menjadi waktu santai yang baik. Olahraga, melukis, traveling, dan lain sebagainya.

Munculkan Rasa Ikhlas

Sangat penting menyadari bahwa segala hal baik yang kita lakukan bernilai ibadah, sehingga harus dilakukan dengan rasa ikhlas. Memunculkan rasa ikhlas memang tidak mudah, tetapi segala permasalahan muncul bersama solusi. Terkadang rasa panik yang membuat masalah tersebut seperti tidak dapat diselesaikan. Maka, ketika menghadapi cobaan yang berat, ada baiknya mengambil istirahat atau waktu rehat. Tenangkan hati dan pikiran. Setelah pikiran menjadi jernih dan diri menjadi tenang, coba untuk kembali fokus pada solusi. Lihat pilihan-pilihan yang ada dengan pertimbangan baik dan buruknya.

Ciptakan Kebahagiaan

Kunci manusia sejahtera adalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang diciptakan sendiri adalah kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak bersyarat. Hindari mencari kebahagiaan yang diraih dengan syarat; aku bahagia jika kamu begini.. atau  aku bahagia jika dia begitu… Kebahagiaan yang semacam itu bukan sebenar-benarnya bahagia. Dengan bahagia tanpa syarat, antara keseimbangan diri, tuntutan hidup, masalah dapat tercapai.

Menjaga Sense of Humor

Individu yang dapat memiliki sense of humor bukanlah yang selalu tertawa atau melucu, melainkan individu yang menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan dapat menertawakan dirinya sendiri dan kesalahan itu. Individu yang demikian dapat mengidentifikasi masalahnya sendiri, kemudian menerima kekurangannya tetapi masih dapat tertawa. Hal tersebut sebenarnya sudah termasuk proses terapi.

Individu yang memiliki sense of humor tidak merasa perlu membangun benteng untuk pertahanan diri, hidupnya tidak akan terasa kaku sehingga jika diterjang masalah tidak akan mudah larut dalam kesedihan.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental menjadi sangat penting untuk dijaga. Sebab, kehidupan hampir tidak mungkin dapat dijalani tanpa stres. Justru akan lebih baik jika stres digunakan sebagai pemicu untuk mencari solusi memecahkan masalah yang dihadapi, menanggapi tantangan pekerjaan, dan keluar dari zona nyaman. (dev)

Plagiat Mengakibatkan Kebodohan

“Plagiarism” menjadi tema dalam diskusi ilmiah yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (BEM FSBK). Mahasiswa diajak untuk aktif dan berkreasi selama acara berlangsung. Narasumber acara ini adalah Intan Rawit Sapanti, S.Pd., M.A., yang merupakan dosen Sastra Indonesia, dan Fair Naza mahasiswa Sastra Indonesia berperan sebagai pemantik.

Tujuan diskusi menarik ini untuk mengantisipasi fenomena plagialisme yang marak terjadi dalam dunia akademik.

“Plagiat sudah dikategorikan sebagai tindakan pelanggaran karena mengambi hasil karya orang lain,” terang Intan Rawit dalam diskusi ilmiah, Senin, (23/10/2017) di Islamic Center  Universitas Ahmad Dahlan (IC UAD), Jl. Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Menurutnya, kegiatan plagialisme menjadikan pola berpikir kreatif dan kritis mahasiswa terkikis sehingga mereka cendrung lebih mencari kemudahan,

“Hal itu akan mengakibatkan kebodohan terhadap generai penerus bangsa,” tukasnya kemudian. (AD)

 

Pembukaan Tanggap Warsa FMIPA ke-23

Tanggap warsa ke-23 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dibuka dengan pemotongan tumpeng oleh dekan dan Tabligh Akbar di green hall kampus 3, Minggu, (22/10/2017). Tanggap warsa kali ini mengusung tema “Beronovasi dan Berkarya untuk Bangsa”.

A’rof Khafinudin selaku ketua panitia menjelaskan, penggunaan istilah “tanggap warsa” merupakan ciri khas sejak milad ke-21. Tujuannya untuk mengangkat kearifan lokal, khususnya karena UAD berada di Yogyakarta.

“Sesuai dengan tema yang diusung, mahasiswa FMIPA harus siap berkarya secara nyata. Sebab, kemajuan bangsa ada di tangan pemuda. Kemajuan tidak tergantung pada satu elemen saja. Harus ada sinergi antarelemen agar FMIPA dapat berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat,” terangnya.

Sementara itu, Drs. Aris Tobirin, M.Si., selaku dekan mengharapkan, dengan tanggap warsa ke-23 FMIPA semakin berkembang dan maju.

“Untuk menjaga kualitas, kami akan menambah dosen dan meningkatan pendidikan dosen. Ini bertujuan agar kualitas mahasiswa semakin baik. Sejauh ini, prestasi masih fluktuatif. Mahasiswa sebagai intelektual muda harus menunjukan kapasistasnya dan berprestasi,” papar Tobirin dalam sambutannya.

Terkait dengan agenda milad FMIPA, ia menginginkan ada lomba akademis untuk menjaring mahasiswa berbakat dan menunjang prestasi. Di akhir sambutan, laki-laki ini memiliki ambisi untuk terus mengembangkan dan memajukan FMIPA UAD. (ard)