Ahdi Sakha Hamida: Alumni UAD bagi Pengalaman Mengajar di Thailand

“Mengajar di sini tentu penuh tantangan karena sudah berbeda budaya. Terlebih mengajar anak-anak setingkat SD yang jumlahnya banyak. Kalau kita terlalu tegas malah diketawain. Alhamdulillah, sebelumnya sudah ada pembekalan dari kampus dan pengalaman di teater sehingga banyak membantu saya untuk mengondisikan kelas,” terang Ahdi Sakha Hamidan, S.S., saat diwawancarai via handphone oleh wartawan web Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Rabu (21/6/2017).

Ahdi, begitu sering disapa, merupakan salah satu dari 26 alumni UAD  yang mengikuti program Alumni Mengajar di Thailand yang berangkat sejak April lalu. Progam tersebut diadakan oleh Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD yang sudah bekerja sama dengan 17 sekolah, khususnya di Thailand Selatan.

Pria yang pernah menjadi ketua Teater 42 UAD ini juga menjelaskan bahwa selain di SD, ia juga mengajar SMP dan SMA. Menurutnya, guru dan masyarakat di sana juga ramah-ramah.

“Guru-guru-guru di sini hampir semuanya ramah, sering bertegur sapa. Masyarakat di luar sekolah pun demikian. Saya sering dapat tebengan saat ada warga yang naik motor. Smiling country, hampir mirip di Indonesia,” lanjut alumnus Progam Studi Sastra Inggris UAD tersebut.

Mengenai komunikasi, menurutnya agak sedikit terbantu dengan guru-guru dan warga yang memakai bahasa Melayu. Karena secara geografis, letak Thailand Selatan masih berdekatan dengan Malaysia. (stt)

Syair Syiar Mustofa W. Hasyim

 

`

Film dokumenter-drama peraih juara 3 Pekan Seni Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PSM PTM) 2017 adalah buah karya lima mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Adalah Ridho Kamaludin, Ngudi Pratomo Bangun, Diani Noor, Catur Merianto, dan Mukti Bima Heryasa, lima mahasiswa berprestasi yang berhasil memperkenalkan tokoh penyair dan punggawa sastra di Muhammadiyah, Mustofa W. Hasyim.

Dalam film “Syiar Syair”, terdapat tiga pembagian waktu, yaitu waktu Mustofa kecil, Mustofa remaja, dan ketika Mustofa dewasa. Ketiga pembagian waktu tersebut dilakukan tentu bukan tanpa pertimbangan. Titik-titik penting dalam kehidupan Mustofa W. Hasyim dibungkus secara detail dalam film tersebut. Orang-orang sekitar yang berperan penting dalam kehidupannya pun tidak luput diceritakan. Guru sewaktu Mustofa kecil adalah salah satu orang berpengaruh dalam perkembangannya dalam kepenulisan sastra. Ayah Mustofa yang penyayang dan sering membacakan cerita Pangeran Diponegoro sebelum tidur dan istri Mustofa yang selalu mendukung seluruh usaha dan keinginannya.

“Pertimbangannya, kami ingin mengangkat tokoh Muhammadiyah yang penting, tapi belum banyak dikenal oleh masyarakat. Maka jatuhlah pilihan kepada Pak Mustofa W. Hasyim,” jelas Ridho selaku sutradara. “Pak Mus itu sebagai penyair, penulis, dan pendakwah adalah sosok yang sangat menginspirasi. Ia sangat sederhana, dan sangat menghargai waktu. Yang luar biasa, Pak Mus tidak bisa naik motor jadi ke mana-mana diantar istrinya, naik becak, atau jalan kaki. Tapi biar pun jalan kaki sekalipun, ia selalu on time,” lanjut Ridho.

Salah satu titik penting dalam film ini adalah saat diceritakan tentang salah satu karya Mustofa W. Hasyim yang berjudul Ranting Itu Penting. Buku tersebut terbit atas dasar kegelisahan tentang Muhammadiyah yang pada saat itu belum dapat menjangkau masyarakat kalangan bawah di desa-desa di Indonesia. Filosofinya adalah ketika sebuah pohon berbuah, buahnya akan tumbuh di ranting, bukan di akar.

Namun, tentu saja terealisasinya film tersebut bukan tanpa dukungan dari orang-orang sekitar. Ngudi Pratomo Bangun bertemu dan mewawancarai banyak orang dalam proses pengumpulan fakta untuk naskah film “Syair Syiar” ini.

“Karena jenisnya dokumenter, maka ceritanya harus mengandung fakta. Selain mengumpulkan literasi seperti puisi-puisi dan tulisan-tulisan Pak Mus, kami juga mewawancarai orang-orang di sekitar Pak Mus, seperti Pak Iman Budhi Santosa selaku kawan penyair, Pak Jabrohim selaku Ketua LSBO PP Muhammadiyah, Bang Iqbal H. Saputra selaku tetangga, dan Ibu Suratini Eko Purwati selaku istri Pak Mus,” tutur Bangun.

Pemuda kelahiran 30 Desember 1994 itu menuturkan bahwa proses pengerjaan naskah dilakukan selama satu minggu, mengingat waktu produksi yang sangat terbatas. Film dokumenter-drama “Syair Syiar” dapat diakses di akun Youtube Rido Kamaludin (Romantic Quantum). (dev)

Prodi BK Borong Piala Lomba Ramadan di Semarang

Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (Prodi BK UAD) membawa pulang tiga piala dari dua ranting lomba bertema Ramadan. Lomba yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang (UNESA) tersebut digawangi oleh organisasi Forum Mahasiswa Muslim Indonesia (FUMI) dengan tema “Ramadan dalam Bingkai Pendidikan”. Ketiga piala tersebut adalah juara 1 lomba Videografi Ramadan, juara 2 lomba Videografi Ramadhan, dan juara 1 lomba Fotografi Ramadan.

Tim pertama yang digawangi oleh Rido Kamaludin, Ngudi Pratomo Bangun, Agung Gunawan, Ifa, Hasan, dan Diani, meraih juara 1 dengan video berjudul “Peradaban: Pulang”. Konsep video tersebut berangkat dari kegelisahan Rido dan Bangun sebagai mahasiswa semester delapan yang sedang menghadapi skripsi. Sebagai mahasiswa semester akhir di tanah rantau, tentu saat bulan Ramadan muncul kerinduan akan kampung halaman. Rindu keluarga, masakan ibu, rindu sahur dan berbuka bersama, serta lainnya. Kerinduan-kerinduan tersebut digarap hingga menjadi konsep video bertema Ramadan yang penuh makna dan pesan-pesan penting. Pesan yang ingin disampaikan dalam video tersebut adalah di bulan Ramadan, sesuatu yang dilakukan atas dasar kejujuran pasti akan berbuah manis dan terhitung sebagai sebuah ibadah.

Tim kedua meraih juara 2 dengan video berjudul “Peradaban: Prasangka”. Kelompok ini digawangi oleh Fikri Ari Gumelar, Ngesi Khasan, Riska Wuryandari, dan Pangestu Helmi. Video tersebut terinspirasi dari surat al-Hujurat ayat 12. Dikisahkan seorang pemuda yang ingin membantu pengemis, tetapi karena harta yang ia miliki tidak mencukupi, ia akhirnya memberikan makanan yang disediakan masjid kepada pengemis tersebut. Hal itu ternyata menimbulkan prasangka orang-orang yang melihat tindakannya.

Piala selanjutnya yang diboyong pulang dari Semarang adalah piala juara 1 lomba fotografi. Foto yang berjudul “Di Hati Para Malaikat” tersebut adalah karya Pangestu Helmi, mahasiswa semester 2 Prodi BK.

Kendati hasil yang didapat sangat memuaskan, tentu masih ada kesulitan yang dihadapi. Salah satunya waktu yang terbatas. Foto dan kedua video tersebut diselesaikan dalam waktu 24 jam. Karena keterlambatan informasi yang didapat, kedua tim harus bekerja ekstra cepat untuk menyelesaikan karya mereka. Dan, tentu saja hal tersebut tidak pernah lepas dari dukungan dan bimbingan dari pihak Prodi. (dev)

 

Video dapat diakses di

https://www.youtube.com/watch?v=F50NChupY88

https://www.youtube.com/watch?v=Yxgkr1w2DKE

Karunia Allah terhadap Hambanya yang Bertakwa

Dalam pengajian yang diadakan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Kamis, (15/6/2017), dihadirkan Drs. H. Thoyib Hidayat, M. Si. sebagai pembicara. Selain pengajian, juga terdapat serangkaian acara lain, di antaranya pembagian door prize, buka puasa bersama, shalat Maghrib berjamaah, serta pembagian bingkisan lebaran.

Acara bertema “Bersyukur Bersama Dhuafa” ini merupakan acara rutin UAD setiap tahun. Pada tahun ini, terdapat peningkatan jumlah peserta yang sebelumnya hanya 400, menjadi 500 kaum dhuafa. Mereka berasal dari berbagai wilayah di DIY.

Dalam pengajian, dibahas tentang ketakwaan seorang hamba. Telah dijelaskan bahwa, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan diberi 3 karunia, Allah akan memberikan solusi terhadap segala masalah, rezeki yang tak diduga-duga, serta Allah akan mencukupi segala kebutuhan hambanya”.

Selain itu, Thoyib juga menyampaikan tentang beberapa hal yang harus umat Islam lakukan. Beberapa hal tersebut tergabung dalam kata “DUIT”.

“D adalah doa dan dzikir. Jika manusia ingin mendapatkan kesejukan hati, maka harus melakukan 3 hal, yakni dzikir, syukur, dan ibadah. Jika 3 hal itu ditinggalkan, maka akan muncul sifat iri, dengki, amarah, dan hal buruk lainnya,” ujar Thoyib.

Selanjutnya adalah U. Huruf U ini mengandung arti usaha, ubed, dan ulet. Sedangkan huruf I merupakan iman dan ikhlas. Dan yang terakhir adalah T, yakni takwa kepada Allah Swt.

Itulah beberapa hal yang seharusnya dilakukan umat muslim. “Ikhtiar dalam melakukan kebaikan hukumnya wajib, siapa yang mengerjakan amal shalih dengan didasari iman dan ikhlas, maka ia akan kuat dan menerima status paling tinggi dalam Islam, yakni takwa. Sehingga Insya Allah ia akan selamat di dunia dan akhirat,” tutur Thoyib pada akhir ceramahnya. (AKN)

Bersyukur Bersama Dhuafa

“Bersyukur Bersama Dhuafa” merupakan tema yang dicetuskan dalam acara pengajian dan buka bersama yang diadakan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kegiatan tersebut diselenggarakan di kampus 5 UAD, Jalan Ki Ageng Pemanahan No. 19, Sorosutan, Yogyakarta pada Kamis, (15/6/2017).

Pengajian dan buka bersama kaum dhuafa merupakan acara rutin UAD setiap tahun. Pada tahun ini, kegiatan tersebut masuk dalam serangkaian acara Ramadan di Kampus (RDK) UAD 2017.

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang melibatkan 400 peserta kaum dhuafa, pada tahun ini UAD berkesempatan menambah kuota peserta menjadi 500 keluarga berkategori lemah (dhuafa), yang berasal dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini merupakan wujud pemberdayaan kaum lemah untuk sekadar membantu peningkatan kualitas hidup.

Kegiatan yang diadakan sejak pukul 16.00-19.00 WIB tersebut terdapat beberapa serangkaian acara. Di antaranya pengajian, buka bersama, shalat Maghrib berjamaah, serta pembagian bingkisan lebaran.

Karti, salah satu peserta yang berasal dari Jalan Wonosari KM 8 mengucapkan rasa syukurnya atas pemberian bantuan dari UAD.

“Saya sudah beberapa kali menerima undangan acara ini dari UAD. Acaranya sangat bagus, kami yang mendapatkan undangan mendoakan semoga UAD semakin maju, semakin jaya, semakin banyak mahasiswanya, pokoknya semakin meningkat tahun ke depannya.”

Ia menambahkan, acara yang diadakan dari awal sampai akhir sangat bagus, serta sambutan yang diberikan pihak kampus kepada peserta sangat baik.

“Saya mendapatkan banyak ilmu dan wawasan dari acara ini. Saya berharap acara ini terus diadakan setiap tahunnya agar dapat membantu masyarakat yang kesusahan,” tutup Karti. (AKN)

Ramadan di Thailand: Alumni UAD Merindukan Tempe

 

Mengikuti Progam Mengajar di Thailand, alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mencicipi suasana Ramadan di Thailand. Ahdi Sakha Hamidan, S.S., salah satu peserta yang mengikuti progam tersebut mengungkapkan bahwa Ramadan di Thailand tidak seramai di Indonesia.

“Suasana Ramadan di sini tidak seramai di Indonesia. Meskipun di tempat saya, Thailand Selatan, banyak dijumpai muslim dan ada juga pasar Ramadan seperti halnya di Indonesia, tetapi  jajanan dan  takjilnya berbeda.  Tidak ada gorengan tempe atau bakwan, es buah pun tak ada,” terang alumnus Program Studi Sastra Inggris UAD saat diwawancarai via handphone, Rabu (21/6/2017).

Untuk urusan ibadah shalat tarawih, ia tidak terlalu khawatir, sebab sekolah tempatnya mengajar memiliki masjid besar dan pondok pesantren.

“Jadi, setiap tarawih berjamaah bareng santri di sini. Dan tarawih di sini hampir semua masjid mengadakan 23 rakaat. Bahkan ada beberapa masjid yang menghabiskan 1 Juz dalam semalam,” lanjutnya.

Program Alumni Mengajar di Thailand ini diadakan oleh Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD yang sudah bekerja sama dengan 17 sekolah yang ada di Thailand Selatan. Pada April 2017 lalu, 26 Aaumni dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dan Sastra Ingris telah di berangkatkan ke Thailand untuk mengikuti progam tersebut. (stt)

Ilham Rabbani : Menulis Adalah Cara Saya Berkomunikasi

Ilham Rabbani meraih peringkat kedua lomba Penulisan Puisi Remaja DIY yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (PBSI UAD) tersebut membawa pulang piala runer up atas puisinya yang berjudul Riwayat Istri Taat. Ilham mengemukakakn bahwa puisi tersebut adalah gabungan dari 4 puisi yang ia tulis sebelumnya, keempat puisi tersebut memiliki tema yang sama yaitu wanita Sasak dan hal-hal disekitarnya. Puisi karya pemuda kelahiran 1996 tersebut berhasil menyingkirkan delapan nominasi puisi lain karya mahasiswa dari berbagai universitas ternama di Yogyakarta.

“Puisi ini berlatar dari banyaknya perceraian di tanah kelahiran saya, orang-orang khususnya wanita tidak lagi mempertimbangkan kemapanan dan kesiapan untuk mempersiapkan rumah tangga. Dari puisi tersebut saya berharap pembaca akan merenungkan hal tersebut karena walau bagaimana pun perceraian itu tidak menyenangkan,” jelasnya.

Sebetulnya, di PBSI UAD nama Ilham Rabbani bukan lagi nama yang asing. Walaupun lomba penulisan puisi remaja tersebut adalah lomba pertama yang ia menangkan di luar kampus, Ilham sudah sering membawa pulang piala dari kompetisi dalam kampus. Sebut saja Lomba Resensi KRESKIT (2016), Lomba Cerpen Amazing Orange (2016), dan Lomba Esai Amazing Orange (2016). Selain dalam perlombaan, namanya juga muncul dalam beberapa kumpulan puisi. Beberapa antologi puisi tersebut anatara lain Antologi Puisi Rumah Penyair 4 (2017), Antologi Puisi Kado Terindah (2017), Antologi Puisi Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017), dan Antologi Kota Ingatan dan Jalan Pulang (2017).

Selain aktif mengikuti berbagai perlombaan, Ilham juga aktif mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS PBSI), kelompok belajar sastra Jejak Imaji dan saat ini menjabat sebagai ketua panitia Forum Apresiasi Sastra (FAS) LSBO PP Muhammadiyah.

Salah satu puisinya juga termuat dalam Antologi Requiem Tiada Henti;Kumpulan Sajak Penyair ASEAN-1. Ia mengaku hal tersebut dapat terjadi akibat dorongan dari kawan-kawan Jejak Imaji.

“Sebenarnya saya tidak berharap juara karena saya tahu saingannya luar biasa, tetapi karena saya tahu temanya terkait dengan studi saya saat ini yaitu pendidikan indonesia jadi saya ingin berpartisipasi menyuarakan keresahan saya, dari situ timbulah motivasi saya untuk mengikuti ajang tersebut sebagai sumbangsih saya terhadap pendidikan indonesia, semoga bisa menjadi salah satu pendorong perbaikan pendidikan di Indonesia,” tukas Ilham.

Pemuda asal Lombok tersebut memiliki minat dalam dunia kepenulisan sejak duduk di bangku SMA. Saat mengambil konsentrasi studi jurusan bahasa ia bertemu dengan puisi karya Amir Hamzah yang berjudul Padamu Jua dan puisi karya MH Ainun Najib yang berjudul Akan Kemanakah Angin. Berangkat dari ketertarikan tersebut ia mulai gemar membaca, dan akhirnya aktif menulis pada awal 2016.

Ilham mengaku pendorong paling kuat selama menulis adalah Abdul Wahid BS dan Sule Subaweh. Kedua orang tersebut selalu mengingatkannya untuk tetap istiqomah dalam membaca dan menulis. Karena sejatinya menulis dan membaca tidak akan pernah sia-sia. Maka dengan dorongan tersebut, ia terus berkarya. Saat ini, Ilham sedang menanti pengumuman Lomba Penulisan Esai Remaja DIY yang akan diumumkan pada akhir Juni mendatang. Ia berpesan dengan senyum, memohon doa dari seluruh pembaca agar mendapatkan hasil yang terbaik. (dev)

KPS: Ruang Belajar Calon Penegak Hukum yang Bersih

“Semoga ke depannya Komunitas Peradilan Semu (KPS) bisa memberikan kontribusi bagi UAD dan belajar menjadi penegak hukum yang bersih,” harap Nur Kholik, S.H., selaku penanggung jawab Laboratorium Fakultas Hukum (FH) sekaligus pembina KPS Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, saat ditemui di kediamannya, Nitikan, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (20/6/2017).

KPS didirikan oleh Rahmat Muhajir Nugroho, S.H., M.H., yang saat ini menjabat sebagai Dekan FH, pada tahun 2008 dengan ketua pertama Fanni Dian Sanjaya, S.H.,  yang kini menjabat sebagai direktur Organisasi Bantuan Hukum (OBH), Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBH) UAD.

Pria  kelahiran Kudus 1985 ini juga menjelaskan bahwa terbentuknya KPS adalah sebagai wadah dan pemicu mahasiswa  FH  untuk belajar mengenai lembaga peradilan yang mendalam serta mengikuti even nasional. Sepanjang perjalanan kariernya, prestasi berskala nasional kerap diraih oleh KPS, di antaranya Berkas Terbaik ke-2 di Universitas Negeri Semarang (UNNES)  tahun 2014, dan Berkas Terbaik ke-3 di Universitas Udayana (UNUD) Bali tahun 2016.

Selain mengikuti even nasional, kegiatan lain KPS adalah menyelenggarakan diskusi-diskusi mengenai isu-isu nasional yang berkembang. Kholik, begitu sering disapa, juga menambahkan bahwa di tahun 2018 KPS FH UAD akan menjadi tuan rumah Lomba Peradilan Semu Nasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang merebutkan piala Ahmad Dahlan.

“Syarat khusus sebagai tuan rumah harus pernah ikut even nasional dan tergabung dengan Himpunan Komunitas Peradilan Semu Indonesia (HKPSI),” terangnya.

Salah satu syarat lainnya untuk mengikuti lomba tersebut adalah memiliki KPS. Menurutnya, belum semua universitas Muhammadiyah memilikinya.

“Kemarin ada studi banding dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Di sana belum ada KPS-nya karena masih prodi baru. Nah, mereka adopsi dari sini untuk buat di sana. Tahun depan kalau sudah ada, akan kami kirimi undangan,” lanjutnya. (stt)

 

 

 

 

 

 

 

PKM-P Mahasiswa Psikologi: Pelatihan Kompetensi Sosial terhadap Perilaku Cyberbullying Siswa SMP

Kemenristek Dikti memberi hibah dana kepada tiga mahasiswa Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang tergabung dalam Program Penelitian Mahasiswa Penelitian (PKM-P). Penelitian yang dilakukan terkait pelatihan kompetensi sosial terhadap perilaku agresivitas cyberbullying.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Amalia Laili Barokah, Normalika, Ira Fitriawati, dan sebagai dosen pendamping Dr. Hadi Suyono, M.Si. Tujuan utama penelitian ini untuk menurunkan agresivitas perilaku cyberbullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui pelatihan kompetensi sosial.

Cyberbullying merupakan istilah yang merujuk kepada penggunaan teknologi informasi untuk mengintimidasi seseorang dengan mengirim atau memposting kalimat ancaman. Pengertian cyberbullying sudah ditambahkan dalam kamus Oxford English Dictionary (OED) sejak 2010.

Saat ini, sebagian besar anak-anak dan remaja di Indonesia dapat dengan mudahnya mengakses internet untuk mencari berbagai macam informasi, berkomunikasi, serta sebagai ajang eksistensi diri. Terhitung pengguna internet usia anak-anak di Indonesia mencapai angka 75 juta.

Di Indonesia sendiri, kasus cyberbullying bukan merupakan hal baru lagi. Mudahnya akses internet dengan intensitas berkelanjutan memiliki risiko dan bahaya bagi anak-anak. Secara tidak sadar, mereka bisa menjadi pelaku maupun korban dari cyberbullying. Data lain menyebutkan, semakin tinggi kompetensi sosial maka tingkat cyberbullying akan semakin rendah. Hal ini berlaku juga untuk kebalikannya.

Berdasar permasalahan tersebut, tim peneliti yang diketuai Amalia ini memiliki inisiasi keilmuan untuk melakukan pelatihan kompetensi sosial yang bertujuan menurunkan tingkat agresivitas perilaku cyberbullying, terutama pada anak-anak dan remaja. Melalui pelatihan ini diharapkan para remaja dapat memahami pentingnya rasa tanggung jawab, tenggang rasa, dan toleransi terhadap sesama.

Terkait dengan aplikasi pelatihan, tim ini sudah beberapa kali melakukan pelatihan kompetensi sosial. Terbaru, mereka mengadakan pelatihan di SMP Muhammadiyah 1 Moyudan. Pelatihan berlangsung sejak Rabu (7/6/2017) sampai Kamis (8/6/2017). Pelatihan ini juga menggandeng Intensif Studi Psikologi Humanitas Transformatif (Insight Community) dari Fakultas Psikologi UAD sebagai tim pendamping pelaksana kegiatan. (ard)

PKM-P Mahasiswa Psikologi: Pelatihan Kompetensi Sosial terhadap Perilaku Cyberbullying Siswa SMP

Kemenristek Dikti memberi hibah dana kepada tiga mahasiswa Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang tergabung dalam Program Penelitian Mahasiswa Penelitian (PKM-P). Penelitian yang dilakukan terkait pelatihan kompetensi sosial terhadap perilaku agresivitas cyberbullying.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Amalia Laili Barokah, Normalika, Ira Fitriawati, dan sebagai dosen pendamping Dr. Hadi Suyono, M.Si. Tujuan utama penelitian ini untuk menurunkan agresivitas perilaku cyberbullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) melalui pelatihan kompetensi sosial.

Cyberbullying merupakan istilah yang merujuk kepada penggunaan teknologi informasi untuk mengintimidasi seseorang dengan mengirim atau memposting kalimat ancaman. Pengertian cyberbullying sudah ditambahkan dalam kamus Oxford English Dictionary (OED) sejak 2010.

Saat ini, sebagian besar anak-anak dan remaja di Indonesia dapat dengan mudahnya mengakses internet untuk mencari berbagai macam informasi, berkomunikasi, serta sebagai ajang eksistensi diri. Terhitung pengguna internet usia anak-anak di Indonesia mencapai angka 75 juta.

Di Indonesia sendiri, kasus cyberbullying bukan merupakan hal baru lagi. Mudahnya akses internet dengan intensitas berkelanjutan memiliki risiko dan bahaya bagi anak-anak. Secara tidak sadar, mereka bisa menjadi pelaku maupun korban dari cyberbullying. Data lain menyebutkan, semakin tinggi kompetensi sosial maka tingkat cyberbullying akan semakin rendah. Hal ini berlaku juga untuk kebalikannya.

Berdasar permasalahan tersebut, tim peneliti yang diketuai Amalia ini memiliki inisiasi keilmuan untuk melakukan pelatihan kompetensi sosial yang bertujuan menurunkan tingkat agresivitas perilaku cyberbullying, terutama pada anak-anak dan remaja. Melalui pelatihan ini diharapkan para remaja dapat memahami pentingnya rasa tanggung jawab, tenggang rasa, dan toleransi terhadap sesama.

Terkait dengan aplikasi pelatihan, tim ini sudah beberapa kali melakukan pelatihan kompetensi sosial. Terbaru, mereka mengadakan pelatihan di SMP Muhammadiyah 1 Moyudan. Pelatihan berlangsung sejak Rabu (7/6/2017) sampai Kamis (8/6/2017). Pelatihan ini juga menggandeng Intensif Studi Psikologi Humanitas Transformatif (Insight Community) dari Fakultas Psikologi UAD sebagai tim pendamping pelaksana kegiatan. (ard)