Raih Juara I Monolog: JAB Rekonstruksi Mindset

Faturrahman Ramadhan, sutradara naskah “Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan” adaptasi Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) yang dipentaskan pada lomba monolog PSM PTM 2017 lalu, mengemukakan bahwa JAB tengah merekonstruksi mindset dalam berlomba.

“Saya rasa, semuanya, teman-teman perlu mengubah mindset dalam menghadapi perlombaan. Memang tidak mudah mempertahankan peringkat juara, tetapi jangan sampai itu membuat alasan mengikuti lomba hanya untuk mendapat juara. PSM PTM 2017 kemarin, mindset kami sudah bukan lagi pulang bawa piala, tapi lebih dari itu, yakni harus menampilkan yang terbaik. Toh, nanti juri dan penonton dapat menilai,” jelasnya.

Dengan mindset tersebut, tim yang digawangi oleh Faturrahman Ramadhan (sutradara), Rizki Ramdani (aktor), Farid Arifin (lighting), Dwi Rahayu (make-up dan kostum), Dodi Ari Wibodo dan Ahmad Fauzi (setting), berhasil meraih peringkat pertama dalam lomba monolog PSM PTM 2017 lalu. Usaha dalam menyuguhkan penampilan terbaik tidak mereka lakukan secara instan.

Persiapan naskah dilakukan dua bulan sebelum perlombaan. Dari ketiga judul yang menjadi pilihan, tim memilih naskah cerpen Kuntowijoyo yang berjudul “Anjing-anjing Menyerbu Kuburan. Fatur menjelaskan naskah cerpen tersebut adalah naskah yang paling pas dengan kondisi masyarakat saat ini. Sifatnya yang general sangat pas mengingat isu-isu politik dan agama yang sangat sensitif belakangan ini. Hal tersebut coba mereka sisihkan terlebih dahulu.

Selama dua bulan, Teater JAB mengadaptasi dan mematangkan naskah tersebut. Akhirnya, perbedaan naskah cerpen dan monolog terdapat pada sudut pandang yang digunakan.

“Kalau di cerpen itu, seperti Kuntowijoyo yang bercerita. Nah, dalam adaptasi naskah monolog oleh Teater JAB, kami rekonstruksi menjadi seekor anjing yang bercerita dari dunia anjing. Namun, tentu ciri khas Kuntowijoyo tetap dipertahankan,” jelas Fatur.

Selain naskah, aktor monolog yakni Rizki Ramdani, juga dipersiapkan dengan latihan intensif selama kurang lebih dua bulan. Mahasiswa asal Lombok Tengah itu memiliki kesulitan pada intonasi bicaranya yang khas dengan dialek Lombok. Kemudian hal itu disiasati dengan membiasakan berbicara bahasa Jawa dan mendengarkan lagu-lagu Jawa.

“Saya sudah tiga kali pentas bersama JAB. Pertama saat Studi Pentas, berperan sebagai Pak Bongkok dalam naskah “Ulung Para Pemulung”. Kedua, saat pentas naskah “Yang Maha Binatang”, menjadi tokoh si kambing dan yang ketiga menjadi si anjing dalam naskah “Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan”. Dalam mendalami karakter yang dimainkan, saya mengadaptasikan karakter-karakter yang pernah saya pelajari ke dalam monolog,” tutur Rizki. (dev)

Sebelum Lulus, Mahasiswa UAD Diberi Bekal Bisa Ngaji

“Mahasiswa jangan hanya pandai di akademis, tapi juga dapat memahami agama. Apabila diterjunkan ke masyarakat, mereka akan lebih siap,” kata Ustadz Ngisom salah satu pembimbing membaca al-Qur’an sekaligus pengajar di SD Muhammadiyah Karangkajen 04 saat ditemui Rabu (24/05/2017).

Setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 07.00-16.30 WIB, Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jl. Ringroad Selatan, Banguntapan, Bantul, selalu dipenuhi oleh aktivitas mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan mengaji atau Tahsin. Kegiatan rutin yang digagas oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD tersebut merupakan upaya UAD untuk memberikan bekal kepada mahasiswa.

Triyono salah satu peserta bimbingan mengatakan senang dengan kegiatan ini. Ia mengaku awalnya sedikit terpaksa dan hanya tertuntut urusan akademis.

“Tapi setelah dijalani, tidak begitu berat. Mulanya saya tidak bisa, kini pelan-pelan sudah mulai dapat membaca al-Qur’an,” terang mahasiswa Prodi Manajemen itu. (stt)

Workshop Make Up dan Ajang Silaturahmi Teater Kampus se-Yogyakarta

Teater Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi tuan rumah workshop make up Omah Teater Jogja (Omtejo) di kampus 2 UAD Jl. Pramuka 42 Yogyakarta, Kamis (25/05/17).  Workshop ini dimulai pukul 10.00 s/d 15.00 WIB. Dhani Brain selaku pemateri memberikan tiga pengenalan teknik make up teater, yaitu make up realis, non-realis, dan special effect.

Acara ini terselenggara atas kerja sama teater UAD yang meliputi Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB), Teater Pebei, dan Teater 42, dengan Omtejo.

Ramadan, selaku koordinator Omtejo menerangkan bahwa saat ini sudah ada tiga puluhan teater kampus yang bergabung dengan Omtejo.

“Kurang lebih sudah ada tiga puluhan lebih teater kampus yang bergabung dengan Omtejo. Itu pun sifatnya fleksibel. Sebagai ruang diskusi, kami tidak mengikat anggota,” jelas Ramadan yang juga merupakan anggota Teater Eska UIN Sunan Kalijaga ini.

Nurmansyah selaku koordinator acara menambahkan, acara ini merupakan rangkaian agenda workshop Omtejo.

“Acara ini merupakan agenda workshop Omtejo, kebetulan saat ini bertempat di UAD,” terang anggota Teater JAB dan mahasiswa PBSI itu.

Ia berharap, workshop yang diselenggarakan dapat menambah ilmu di khazanah teater sekaligus mempererat silaturahmi teater kampus se-Yogyakarta.

Selain dari regional Yogyakarta, workshop kali ini juga diikuti oleh perwakilan kelompok dari Purwokerto dan Solo. (Stt)

Mahasiswa Sasindo UAD Luncurkan Antologi Cerpen

Sastra adalah ilmu tentang alam semesta. Bacalah banyak karya, bukan hanya karya sastra.

Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (Sasindo) meluncurkan antologi cerpen berjudul Duduk Meraut Ranjau, Tegak Meninjau Jarak (2017). Peluncuran tersebut dilaksanakan pada acara Forum Apresiasi Sastra (FAS), Rabu (24/5/2017) di hall kampus 2 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

FAS merupakan diskusi rutin perihal kesusastraan yang diselenggarakan atas kerja sama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD.

Selain peluncuran, pada acara ini juga ada diskusi terbuka terkait cerpen-cerpen yang ada di dalam antologi. Hadir sebagai pembicara Latief S. Nugraha, M.A., sekaligus kurator buku antologi ini.

Menurut koordinator pembuatan antologi cerpen, Agnes Liemanda, pembuatan buku Duduk Meraut Ranjau, Tegak Meninjau Jarak berawal dari tugas matakuliah. Tidak berhenti sampai di situ, mahasiswa Sasindo semester 4 ini memiliki inisiasi untuk mendokumentasikan karya mereka menjadi sebuah buku.

“Awalnya cerpen di dalam buku ini adalah tugas kuliah, tetapi kami punya inisiasi untuk membukukannya. Selain itu, antologi cerpen yang kami terbitkan merupakan salah satu aplikasi dari pembelajaran sastra yang kami lakukan,” jelas Agnes.

Latief S. Nugraha dalam diskusi tersebut menjelaskan tentang pentingnya tradisi kepenulisan dan pendokumentasian karya, khususnya bagi mahasiswa yang sedang belajar menulis di UAD. Sebagai bentuk apresiasi, ia menyarankan kepada para mahasiswa Sasindo untuk lebih giat membaca buku dan menggali ide-ide dari wacana maupun informasi yang ada.

“Antologi ini mengangkat beragam cerita yang memiliki karakter berbeda-beda. Buku ini menghimpun kumpulan cerita pendek yang pendek,” ujarnya berkelakar. (ard)

 

Kerja Sama dengan Perpus Kota, Mahasiswa UAD Ajarkan Astronomi pada Siswa Berkebutuhan Khusus

Bertempat di Arsip dan Perpustakaan Kota Yogyakarta, Rabu (24/5/2017), mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kembali menyelenggarakan pembelajaran inklusi tentang astronomi menggunakan buku Mentari. Mahasiswa tersebut tergabung dalam salah satu kelompok PKM-M UAD yang dibimbing Yudhiakto Pramudya, Ph.D.

Pada pembelajaran inklusi kali ini, peserta yang dilibatkan lebih banyak daripada pembelajaran sebelumnya, total ada sekitar 14 siswa. Pembelajarannya masih sama, siswa diajari tentang matahari, bumi, saturnus dan komet, sekaligus membuat gambar tactile benda ruang angkasa tersebut.

Kepala Arsip dan Perpustakaan Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, S.E.,M.M., sangat mengapresiasi pembelajaran inklusi yang digagas mahasiswa UAD ini. Menurutnya, apa yang dilakukan mahasiswa UAD anti mainstream, tidak seperti pembelajaran pada umumnya. Sebelumnya, di Arsip dan Perpustakaan Kota Yogyakarta belum ada pembelajaran semacam ini.

“Pendidikan bukan hanya milik yang ‘awas’ saja, tetapi milik semua warga Indonesia. Dengan kerja sama ini, semoga pembelajaran inklusi akan semakin gencar,” papar Wahyu.

Sependapat dengan Wahyu, Yudhiakto menjelaskan pembelajaran inklusi yang dilaksanakan di Arsip dan Perpustakaan Kota Yogyakarta merupakan diseminasi pendidikan.

“Semua orang berhak untuk belajar, apa pun kondisinya dan di mana pun tempatnya. Astronomi untuk semuanya, ilmu pengetahuan untuk semuanya. Kegiatan ini didukung penuh oleh Pusat Studi Astronoi UAD dan International Astronomical Union (IAU),” pungkas Yudhiakto. (ard)

UAD FC Kalah Tipis saat Uji Coba Lawan PSIM

Di tengah masa rehat setelah putaran pertama Liga 3 (Liga Nusantara), Universitas Ahmad Dahlan Football Club (UAD FC) melakukan pertandingan uji coba melawan Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM). Pertandingan digelar di lapangan Potorono, Selasa (23/5/2017).

 

Dari penjelasan Sudarmaji, pelatih UAD FC, pertandingan uji coba ini untuk mengasah skil, mental, dan menjaga fisik anak asuhnya. UAD FC harus mengakui keunggulan PSIM lewat satu-satunya gol yang dicetak di babak pertama.

 

Di babak kedua, UAD FC mencoba menurunkan skuat intinya. Bermainnya beberapa pilar inti di lini tengah dan belakang membuat anak asuh Sudarmaji bisa sedikit mengimbangi permainan PSIM.

 

“Saya lihat, sore ini anak-anak bisa main lepas, tidak ada beban. Itu yang sebenarnya saya cari di kompetisi Liga 3. Kami belum punya mental seperti itu ketika bermain di kompetisi resmi, jadi ini salah satu latihan yang bagus,” ungkapnya.

 

Pada pertandingan ini, ada beberapa pemain baru di UAD FC yang akan diproyeksikan untuk mengikuti putaran 2 Liga 3. Sudarmaji menegaskan, tidak semua pemain baru bisa masuk skuat timnya. Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk merekrut pemain baru. (ard)

Melia Tri Pamungkas : Berlatih Untuk Bisa, Berdoa Agar Dimudahkan

“Sastra membantu saya mendapatkan gagasan, ide dan juga sebagai literasi. Karena bagi saya tidak cukup dengan perkara teknis, tanpa literasi yang cukup sebuah karya terkadang menjadi hambar,” jelas Melia Tri Pamungkas.

Melia Tri Pamungkas berhasil menyabet peringkat pertama dalam tangkai lomba kaligrafi pada Pekan Seni Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PSM PTM) 2017. Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tersebut mengaku mendapatkan pengalaman berharga ketika berproses mengenal kaligrafi saat perlombaan. Sebelum dan selama perlombaan, ia mempersiapkan diri dan menjaga kesehatan serta konsep ide yang akan digunakan sebagai tampilan dasar karya lukisnya. Meli, begitu ia biasa disapa, menggunakan kanvas ukuran 100 cm x 100 cm sebagai medium lukis serta beberapa jenis cat dan kuas berbagai ukuran. Teknik lukis yang ia gunakan adalah teknik yang memanfaatkan tekstur kuas untuk membuat pola di atas kanvas. Lukisan kaligrafi tersebut ia buat dengan kombinasi warna gelap sebagai dasar dan warna-warna dasar yang lebih terang untuk memunculkan kaligrafi. Materi yang dilukis dalam lukisan tersebut ia kutip dari kata mutiara ثَمَر  بِلاَ كَالشَّجَرِ عَمَلٍ بِلاَ العِلْمُ (al'ilmu bila 'amalin kassyajari bila tsamarin) dengan arti, Ilmu yang tidak diamalkan, bagaikan pohon tidak berbuah.

“Seorang manusia tentu berlomba-lomba mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat. Tetapi, pertanyaannya akan bagaimana ketika ilmu tersebut apabila sudah didapatkan. Oleh karena itu, kata mutiara tersebut menjelaskan. Hendaklah, mengamalkan ilmu yang dimiliki. Karena, bukanlah menjadi sia-sia atau bahkan berkurang, justru akan berlipat pahala dan ilmunya akan terus terasah. Materi tersebut dipilih berdasarkan kecocokan tema dalam lomba yaitu Ilmu dan amal soleh, jalan dekat menuju Tuhan. Oleh sebab itu, lukis kaligrafi ini sesungguhnya dapat dijadikan sebagai salah satu media dakwah,” jelas gadis kelahiran Purbalingga 12 Mei 1994 tersebut.

Kendati berkuliah di bidang bahasadan sastra, Meli yang belajar menggambar dan melukis secara otodidak ini memandang melukis sebagai hobi. Ia mengaku lewat sastra ia mendapatkan banyak ide dan gagasan.

Talenta Meli sebagai pelukis tidak lagi meragukan. Ia pernah menjuarai berbagai lomba antara lain juara 2 lomba melukis tingkat SMP, juara 1 lomba karikatur dalam acara Rising Orange 2015, Participation of Internasional Semarang Sketchwalk 2016, juara 1 lomba lukis dalam acara Amazing Orange 2016, dan juara 1 tingkat nasional dalam acara PSM PTM III 2017. Selain itu ia juga aktif mengikuti berbagai pameran antara lain,“Drawing Nusantara” di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada tahun 2015, pameran “Nandur Srawung” di (TBY) tahun 2015, pameran “Lupa Rupa” di Jogja Nasional Museum (JNM) tahun 2016, pameran “Drawing Wayang” di TBY tahun 2016, pameran “Nationfest 2016 Visual Art Exhibition” di Kendal.

Meli tidak selalu berjuang sendiri. Ia mengaku selalu ditemani, didorong dan diberi semangat oleh banyak orang sekitar. Kemudian muncul nama-nama seperti Pak Mujo, Babe, Mbak Ido, Mbak Oci, Mas Ibenk, Mas Sule, Mas Iqbal, Redi, Barzen, Mas Totok, Pak Robert Nasrulloh, Mbak Widya dan Mas Wahyu. Nama-nama tersebut yang kemudian ia sebut sebagai “orang-orang yang akan terus diingat” karena memberikan banyak motivasi sekaligus sumber inspirasi baginya.

Daftar prestasi Meli ternyata tidak berhenti sampai di situ. Karya-karyanya banyak muncul menghiasi beberapa antologi baik sebagai ilustrasi maupun sampul depan, baik sebagai ilustrator tunggal maupun kolaborasi. Antologi-antologi tersebut antara lain Obituari Rindu dan Dendam (2013), Rumah Penyair 2 (2014), Bawa Laksana (2014), Rindu Maestro Sastra (2014), Rumah Penyair 3 (2015), Rampak (2015), Oranye (2015), Pilar Puisi 2 (2015), Rumah Penyair 4 (2016), dan Palka (2017).

Bagi Meli, melukis adalah proses menggauli medium menjadikannya satu dengan raga, rasa dan pikiran. (dev)

UAD Resmi Buka Program Studi Pascasarjana PAI

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kini memiliki Program Studi Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI). Surat Keputusan (SK) Pascasarjana PAI diserahkan langsung oleh Kepala Sub Direktorat Pengembangan Akademik Kementerian Agama Republik Indonesia Dr. Muhammad Zain, M.Ag. kepada Rektor UAD.

SK bernomor 2587 tahun 2017 tentang izin penyelenggaraan program studi PAI diserahterimakan pada Rabu (24/5/2017) di ruang sidang utama kampus 1 UAD, Jl. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., dalam sambutannya menginginkan prodi baru ini betul-betul dapat seperti prodi yang lain, dikenal dan mendapat animo yang banyak dari masyarakat.

Alhamdulillah UAD mendapat izin baru penyelenggaraan program studi pascasarjana PAI. Sebelumnya UAD juga baru mendapat Perbankan Syariah. Kami berharap bapak/ibu dosen pascasarjana PAI segera sosialisai ke masyarakat agar prodi ini dikenal dan masyarakat tertarik untuk studi di UAD,” papar Kasiyarno.

Ia menginginkan, dengan hadirnya program studi baru ini, nantinya akan menghasilkan guru agama yang kompeten dan memiliki keahlian lebih.

Senada dengan Rektor UAD, Muhammad Zain menjelaskan, saat ini salah satu pengembangan keilmuan di Indonesia didasarkan pada nilai-nilai agama, terutama di universitas swasta berbasis Islam.

“Pembelajaran agama Islam itu tidak hanya pada tataran aksiologis, tetapi juga ikut merumuskan dari sisi epistemologis keilmuannya. Kalau ini dilakukan, maka dapat menjadi sebagian dari proyek peradaban Islam. Integrasi keilmuan umum dan agama merupakan sebuah keniscayaan yang harus digarap dalam jangka waktu yang panjang. Ini sebuah peradaban, jadi harus dimulai sedini mungkin,” ungkap Muhammad Zain. (ard)

 

 

Kucuran Beasiswa UAD Hampir Mencapai 1 Miliar

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta memberikan beasiswa bagi mahasiswa baru angkatan tahun 2016. Total dana beasiswa yang dikucurkan UAD  hampir mencapai 1 miliar.

Menurut penjelasan Drs. Hendro Setyono, S.E.,M.Sc., selaku Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni, beasiswa ini diberikan setiap tahun bagi mahasiswa baru dengan Indeks Prestasi Kumulatif  (IPK) minimal 3,3. IPK ini diambil dari rekap kartu hasil studi (KHS) mahasiswa saat semester 1.

“UAD memberikan beasiswa untuk mahasiswa baru setiap tahunnya. Beasiswa ini berasal dari dana kemahasiswaan. Tahun ini total ada 740 mahaiswa yang mendapat beasiswa tersebut dengan besaran 1 juta rupiah per mahasiswa. Itu artinya, dana yang dikeluarkan sekitar 740 juta, hampir 1 miliar,” terangnya.

Hendro menambahkan, proses seleksi dilakukan dengan merekap KHS mahasiswa semester 1. Setiap program studi hanya diambil 15% mahasiswa dengan hasil studi tertinggi.

Tahun sebelumnya, beasiswa yang diberikan UAD hanya 840 ribu rupiah. Untuk tahun ini dinaikkan menjadi 1 juta rupiah dan menambah jumlah penerimanya.

Salah satu penerima beasiswa dari Program Studi Akuntansi UAD, Andini Fujiastuty, merasa terbantu dengan beasiswa ini.

Alhamdulillah, 1 juta rupiah adalah nominal yang cukup besar bagi saya. Uang ini akan saya gunakan untuk keperluan kuliah,” ungkapnya ketika sedang mengantre untuk mengambil uang beasiswa di kampus 1 UAD, Jl. Kapas 9, Semaki. (ard)

KUI Gelar Pelepasan Mahasiswa Asing UAD

Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menggelar acara pelepasan 108 mahasiswa asing di Auditorium Kampus 1, Jl. Kapas 9, Semaki, Sabtu (20/8/2017).

Acara yang mengangkat tema ‘Marleen Kondang’ ini dibuka oleh Wakil Rektor IV, Prof. Sarbiran, Ph.D. Pada sambutannya, Sarbiran menginginkan agar  mahasiswa asing yang pernah belajar di UAD untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada keluarga dan rekannya di negara masing-masing.

“Mahasiswa saat ini merupakan bagian dari era globalisasi. Jadi, sampaikan pengalaman pembelajaran di UAD, kenalkan Indonesia di negara kalian masing-masing. Ajak mereka untuk kuliah di UAD.” Tukas Sarbiran.

Terkait pelepasan mahasiswa asing, Kepala KUI, Ida Puspita, M.A.,Res., menjelaskan acara ini merupakan ajang untuk menunjukkan hasil belajar mahasiswa asing di UAD dan memperkenalkan budaya tiap negara.

Dari 108 mahasiswa asing yang telah selesai menempuh kuliah di UAD, 9 mahasiswa berasal dari Program Darmasiswa, (Ukraina, Vietnam, Laos, Thailand), 80 dari Program 3+1 (China), 10 dari Program 2+2 (China), dan 9 lainnya mahasiswa reguler dari Thailand.

Acara pelepasan menampilkan kesenian dari Indonesia dan negara asal mahasiswa asing. Salah satu yang menarik adalah ketika 17 mahasiswa China menyanyikan lagu ‘Indonesia Pusaka’.

Penampil lainnya mempertunjukka tari ‘Yospan’ (China), baca pantun (Malaysia), tari ‘Likehulu’ (Thailand), menyanyikan lagu ‘Sepatu’ (China), tari ‘Tor-tor’ dan drama ‘Marleen Kondang’ ditampilkan oleh mahasiswa Darmasiswa. Kesenian dari Indonesia tari dari Papua dan Sumatera.

Selain penampilan kesenian, ada pemberian medali untuk perwakilan lulusan mahasiswa asing dari Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK).

Sebelum penutupan acara, ada testimoni mahasiswa asing yang dibacakan oleh Liang Minhui (Alisa) menggunakan Bahasa Indonesia. Mewakili rekan-rekannya, ia merasa senang dan bangga kuliah di UAD.

“Mahasiswa UAD banyak yang tersenyum ketika bertemu dengan kami, walaupun kami tidak kenal mereka. Di UAD kami bisa belajar tentang budaya Indonesia, khususnya Yogyakarta. Bapak dan Ibu dosen sangat membantu proses belajar kami, memudahkan  memahami sesuatu yang sulit dipahami.” Ungkap Alisa.

Di akhir testimoni, Alisa mengharapkan UAD menjadi universitas yang lebih baik lagi, berkualitas, dan dikenal internasional. (ard)