Buku Mentari, Ajari Tunanetra Belajar Astronomi

Kemenristekdikti mendanai proposal mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang tergabung dalam salah satu kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Tema kegiatan tersebut tentang pembuatan buku Mencerap Tata Surya dengan Gambar Tactile Buatan Sendiri (Mentari), sebagai media edukasi astronomi inklusi.

Keempat mahasiswa itu adalah Ricka Tanzilla, Ratnawati, Putri Maghfirotul Khasanah (Pendidikan Fisika), dan Titi Istinganah Muyassaroh (Ilmu Kesehatan Masyarakat). Mereka didampingi oleh Yudhiakto Pramudya, Ph.D. sebagai dosen pembimbing.

Mempelajari ilmu astronomi identik dengan penggunaan indra pengelihatan. Namun bagi yang mengalami kendala visual (lowvision atau tunanetra total) belajar astronomi menjadi hal yang sukar dilakukan. Berbagai upaya dilakukan oleh ilmuwan untuk membantu tunanetra belajar sains, terutama astronomi.

Belajar astronomi tidak hanya membaca deretan kalimat, tetapi juga memahami bentuk, ukuran, bahkan warna objek langit. Misalnya bentuk-bentuk planet, komet, matahari, beserta strukturnya. Sehingga, media pembelajaran yang digunakan tidak hanya berupa huruf braille, tetapi juga gambar timbul atau tactile.

Gambar tactile bisa diraba oleh tunanetra. Dengan merepresentasikan bentuk dan struktur benda langit pada gambar tactile, tunanetra mendapatkan kesempatan memperoleh informasi yang lebih komprehensif dibandingkan hanya membaca huruf braille.

Ricka dkk. mengajarkan penggunaan buku Mentari sebagai media edukasi astronomi inklusi kepada siswa yang telah dipilih dari SMA 4 Muhammadiyah Yogyakarta.

Siswa tersebut adalah Putri Cikasya Haryodatin dan Andis Purwanto. Keduanya memiliki kendala pengelihatan low-vision. Sebagai teman pendamping Putri dan Andis, ada juga siswa dengan pengelihatan awas untuk membantu keduanya belajar.

Bertempat di gedung kampus 2 UAD unit B, Jl. Pramuka, Ricka dkk. pada hari pertama, Sabtu (6/5/2017), mengajarkan tentang bumi dan matahari, serta mempraktikkan membuat kedua benda angkasa tersebut menjadi gambar tactile. Di hari kedua, Minggu (7/5/2017), mereka mempraktikkan membuat saturnus dan komet.

“Biasanya, pembuatan gambar tactile membutuhkan biaya yang sangat mahal. Jadi kami memanfaatkan barang-barang sederhana, murah, dan yang mudah didapatkan. Misal seperti pasir dan tali,” ungkap Ricka.

Bahan-bahan yang mereka gunakan terinspirasi dari Lina Canas, ilmuwan astronomi dari Portugal yang sekarang bekerja di International Astronomical Union (IAU), khususnya Office of Astronomy Outreach. Ia berhasil mengembangkan media pembelajaran astronomi dengan gambar tactile yang dibuat sendiri.

Menurut Yudhiakto, keunikan strategi pembelajaran ini adalah siswa tunanetra dapat bekerja sama dengan siswa awas untuk membuat gambar tactile. Siswa tunanetra akan mempresentasikan gambar tactile yang sudah dibuat. Sehingga, inklusivitas siswa tampak pada kegiatan ini.

Selain itu, PKM-M ini juga membekali kemampuan siswa dengan pengetahuan tentang wirausaha. Diharapkan mereka dapat memasarkan buku hasil buatannya yang dilengkapi dengan gambar tactile buatan sendiri.

PKM-M Dilaporkan ke IAU

Pendidikan sains khususnya astronomi untuk tunanetra telah mendapat perhatian dari International Astronomical Union (IAU). Pada September 2016 lalu, Yudhiakto Pramudya, Ph.D., pendamping PKM-M Mahasiswa UAD, diundang ke The 3rd Symposium for Universal Design for Astronomy Education di National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ).

Setelah acara tersebut, Yudhiakto resmi tergabung dalam salah satu working group di IAU di bidang Astronomy for Equity and Inclusion. Sehingga, kegiatan PKM-M dari mahasiswa bimbingannya tersebut harus dilaporkan ke working group untuk dicatat sebagai agenda kegiatan anggota. (ard)

FKM UAD Selenggarakan Kuliah Umum

 

Kalau saya tahu hidup saya akan lama, saya akan menjaga tubuh saya dengan lebih baik.

(Eubie Blake)

 

Bertempat di aula gedung kampus 2 unit B, Jl. Pramuka, Senin (9/5/2017), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM-UAD) menyelenggarakan kuliah umum. Pembicara acara ini adalah dosen dari Conventry University, United Kingdom (UK), Prof. Guy Daly BA (Hons), M.Soc.Sci., CertED., Ph.D.

Secara garis besar, Guy Daly menyampaikan sistem pengelolaan kesehatan yang ada di UK. Ia menjelaskan terkait totalitas pemerintah untuk meningkatkan sistem kesehatan nasional melalui program jaminan kesehatan nasional.

Kemudian, ia juga menerangkan tentang kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien yang harus dipertimbangkan secara matang.

“Mulai dari konsultasi, cek kesehatan, sampai tahap spesialisasi. Pertimbangan yang matang ini akan berdampak pada kepercayaan dan kesehatan pasien,” paparnya.

Guy Dilay menyoroti perilaku hidup di Indonesia. Menurutnya, masyarakat Indonesia harus mulai menyadari pentingnya hidup sehat dengan cara berolahraga, mengurangi konsumsi rokok, alkohol, dan makanan cepat saji. (ard)

 

Staf Kemendikbud Resmikan Kampung Sains

Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Kemendikbud, Prof. Emi Emilia, Ph.D., meresmikan Kampung Sains yang berlokasi di Kampung Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta.

Kehadiran Kampung Sains ini merupakan buah kerja sama antara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan (FMIPA-UAD) dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Selain meresmikan Kampung Sains, Emilia juga meresmikan Kampung Literasi. Peresmian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Sabtu (6/5/2017), dihadiri oleh Wali Kota, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Balai Bahasa, beberapa pejabat Kota Yogyakarta, Dekan Fakultas MIPA, dan Rektor UAD.

Peresmian ini merupakan salah satu dari serangkaian acara Ekspresi Gerakan Indonesia Membaca yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sejak Kamis (4/5/2017).

Dalam sambutannya, Emilia menegaskan bahwa peningkatan kompetensi literasi penting dan harus didukung oleh seluruh elemen masyarakat.

“Peningkatan kompetensi literasi merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Dengan mutu pendidikan yang tinggi, maka daya saing bangsa akan meningkat.”

Setelah acara peresmian, Emilia beserta rombongan langsung meninjau Kampung Sains di Karangkajen. Masyarakat begitu antusias menyambut kedatangan Staf Kemendikbud ini. Saat kunjungan, Emilia sempat mencoba meluncurkan roket buatan mahasiswa UAD dan meninjau pembelajaran sains di beberapa posko.

Dekan FMIPA, Drs. Aris Thobirin, M.Si. berharap dengan adanya Kampung Sains ini masyarakat dapat lebih dekat dengan sains.

“Harapannya, masyarakat dapat mempelajari serta meningkatkan kompetensi di bidang sains, terutama untuk anak-anak usia sekolah. Kampung Sains ini merupakan bukti nyata bahwa UAD, khususnya FMIPA, mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” jelas Aris. (ard)

Memperkaya Diri dengan Berbagi

”Katakanlah, ’Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.” (QS. Saba, 34: 39)

Memberi adalah hal yang sederhana, tetapi bisa berdampak sangat besar bagi pemberi maupun penerima. Betapa Rasulullah SAW. sangat menganjurkan umatnya untuk saling membantu, “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR. Abu Hurairah)

Panti Asuhan Anak Balita Yayasan Gotong Royong pada Minggu, 30 April 2017 lalu menyelenggarakan sebuah acara. Sahabat Dakwah (SD), sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Badan Ekskutif Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (Kemenag BEM UAD) mengadakan acara silaturahmi dengan panti asuhan yang berada di Tegal, Krapyak, Yogyakarta.

Rekan-rekan Sahabat Dakwah telah sampai di panti sekitar pukul 08.00 WIB, kemudian disambut dengan senyum ramah oleh Ibu Supri, selaku bidang pendidikan dan pendiri Panti Asuhan Gotong Royong, serta anak-anak panti.

Dunia anak merupakan dunia imajinatif yang penuh dengan keceriaan. Beberapa kegiatan seperti mendongeng, menggambar, bermain, dan makan bersama, dilakukan rekan-rekan Sahabat Dakwah untuk menjalin kedekatan dengan anak-anak.

Muhammad Fahmi Izuddin selaku ketua pelaksana kegiatan mengucapkan terima kasih kepada warga panti yang telah menerimanya dengan baik, hingga acara tersebut berjalan lancar dan bahagia. Di akhir acara, rekan-rekan Sahabat Dakwah membagikan sumbangan seperti pakaian, mainan, dan dana kepada sekitar 30 anak asuh Panti Gotong Royong.

“Adalah hal yang sangat disenangi oleh Rasulullah yaitu membahagiakan anak-anak, dan lebih-lebih anak yatim. Salam semangat dan salam bahagia untuk warga Panti Asuhan Gotong Royong,” ucap Fahmi.

Kampung Sains, Aktivasi MoU antara UAD dengan Wali Kota Yogyakarta

Gagasan Kampung Sains merupakan aktivasi MoU antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Wali Kota Yogyakarta di bidang pendidikan. Pihak UAD diwakili oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sebagai pelaksana bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd., Dinas Pendidikan mempunyai tugas untuk mengembangkan pendidikan formal, non-formal, dan informal.

“Ketika mencermati hal yang bisa dikembangkan dalam kerja sama, khususnya pendidikan, FMIPA dan Dinas Pendidikan berencana mengembangkan pendidikan sains. Dalam hal ini kemudian muncul wacana Kampung Sains,” terang Heri ketika ditemui di kantornya, Jum’at (5/5/2017).

Dari keterangan Heri, tujuan hadirnya Kampung Sains ini nantinya untuk mengenalkan Yogyakarta sebagai kota sains, bukan hanya kota pendidikan.

“Bidikan awalnya dari kampung-kampung. Ketika pola Kampung Sains ini kita wacanakan, banyak kampung yang menyatakan siap,” lanjut laki-laki yang juga mengajar salah satu matakuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD ini.

Banyaknya kampung yang ingin berpartisipasi, membuat Dinas Pendidikan dan FMIPA-UAD melakukan kajian lebih lanjut terkait dampak jangka panjangnya. Rencananya, Kampung Sains ini akan dikembangkan untuk menunjang kecakapan vokasi masyarakat. Lebih lanjut, bisa dikembangkan menjadi kampung wisata sains.

Selain Kampung Sains, Dinas Pendidikan juga mengadakan Kampung Literasi dan Ekspresi Gerakan Indonesia Membaca (GIM). Acara Ekspresi GIM sudah dilaksanakan sejak Kamis (4/5/2017) dan akan berakhir Minggu (7/5/2017).

Dalam rangkaian itu, akan ada peresmian Kampung Sains dan Literasi, serta pemberian penghargaan bagi tokoh-tokoh literasi Yogyakarta. (ard).

UAD FC Takluk di Kandang PERSIG Gunungkidul

Bertandang ke Stadion Handayani kandang PERSIG, Rabu (3/5/2017), Universitas Ahmad Dahlan Football Club (UAD FC) harus mengakui keunggulan tuan rumah lewat satu-satunya gol yang dicetak Kennoveryan dari titik putih di menit ke-11.

Sepanjang pertandingan, UAD FC banyak menguasai bola dan menciptakan peluang, namun tidak dapat mencetak gol sampai peluit akhir dibunyikan.

Pelatih UAD FC, Sudarmaji, sangat menyayangkan dengan kekalahan ini. Tetapi, ia memuji semangat juang anak asuhnya.

“Kami dihukum atas kesalahan sendiri di babak pertama sehingga lawan dapat penalti. Ada banyak peluang yang 99% harusnya terkonversi menjadi gol. Mungkin kami belum beruntung. Tetapi inilah permainan, harus diterima.”

Ia menambahkan, sangat salut terhadap anak asuhnya. Mereka telah berjuang keras untuk menyamakan kedudukan.

“Tim akan terus berbenah untuk meningkatkan kualitas. Kami menargetkan menang melawan Tunas Jogja.”

Pertandingan selanjutnya, UAD FC akan menjamu Tunas Jogja di Lapangan Potorono, Bantul, Rabu (10/5/2017).

UAD FC: Agung, Hanif, Suwandi, Pramono (C), Yuni, Hendro (Fendi, 83’), Munif, Faiz (Sumarno, 82), Rahmad, Indra, Jindar (Isma, 54’).

PERSIG: Afzian, Hamdani, Yoga, (Aldi, 52’), Bowo, Sulis, Afri, Agung, Sadewa (Fatahudin, 62’), Ahid, Kennoveryan (C), Setyo (Rekhan, 79’),

Para Jurnalis Harus Kompeten dan Independen

Pelatihan Jurnalistik dengan tema “Created Competent and Independent Journalist” diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan (BEM FEB UAD). Acara yang berlangsung pada Minggu (30/4/2017) di ruang auditorium Islamic Center kampus 4 UAD ini menghadirkan dua narasumber. Mereka adalah Jayadi Kasto Kastari selaku Redaktur Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dan Sule Subaweh yang merupakan Humas UAD.  

Jayadi menyampaikan mengenai defini jurnalistik, unsur kewartawanan, cara mengumpulkan fakta, pengolahan fakta, penyiaran/penyajian di media massa, bentuk penyiaran atau penyajian, dan cara menulis berita.

“Tidak semua peristiwa itu berita, satu hal yang perlu dicamkan. Tidak semua peristiwa layak diberitakan. Sesuatu peristiwa layak diberitakan apabila peristiwa tersebut mengandung sesuatu yang menarik,” terang Jayadi.

Lebih lanjut ia menjelaskan, “Menjadi jurnalis yang berkompeten dan independen disarankan sesuai disiplin ilmu, menguasai teori jurnalistik, dan mampu praktik dengan berbagai jenis tulisan. Jurnalis harus bisa memposisikan diri, sadar waktu, merespons berbagai situasi, serba cepat dan bisa bertanggung jawab, serta jujur.”

Pada kesempatan tersebut, 3 stand up comedy UAD juga hadir untuk menghibur peserta yang berjumlah 100 mahasiswa dari berbagai prodi.

Selain itu, Mazi Nurazmi selaku Gubernur  BEM FEB UAD menuturkan, “Pelatihan jurrnalistik sangat penting bagi mahasiswa. Semoga selepas acara ini akan lahir jurnalis yang berkompeten dan independen di era media sosial elektronik, khususnya bagi mahasiswa yang aktif membuat website.”

 

Nurul Arisanty: Sarjana Kesehatan Masyarakat Pendiri Rumah Baca Sukajadi

Mengilhami semangat Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia tidak harus dilakukan secara formal di sekolah dan oleh tenaga pendidik. Pandangan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional tersebut adalah pendidikan harus terlaksana di tiga lingkungan (tri-pusat pendidikan), yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pandangan tersebut kiranya yang mengilhami Nurul Arisanty Hrp., S.K.M. membuka Rumah Baca Sukajadi (RBS).

Lewat akun jejaring sosial Instagram @rumah.baca.sukajadi, terlihat seluruh kegiatan rumah belajar yang terletak di Bengkalis, Duri, Riau. Siapa yang menyangka jika pendiri rumah baca tersebut adalah seorang sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM UAD). Nurul telah membuktikan bahwa dia sangat peduli dengan pendidikan anak-anak generasi milenial di sekitar rumahnya. Gadis kelahiran 2 Februari 1994 tersebut mengaku prihatin dengan kondisi dunia anak-anak “takut kotor kena tanah”.

“Selain ingin menciptakan generasi yang tidak manja dan sepele dengan kehidupan orang lain dan dirinya sendiri, aku juga ingin menginspirasi pemuda/i negeri ini, kalau membuka rumah baca tidak perlu budget besar, cukup niat besar dan teman-teman berjiwa besar,” jelas Nunun, begitu ia kerap disapa.

Mendirikan rumah baca adalah cara Nunun untuk memenuhi keinginannya mengedukasi anak-anak agar memiliki kehidupan kanak-kanak yang semestinya, bukannya kehidupan milenial saat teknologi mendorong mereka dewasa terlalu cepat. Nunun menggunakan satu ruangan di rumah keluarganya sebagai basecamp rumah baca dan karena terletak di Jalan Sukajadi maka rumah baca tersebut diberi nama Rumah Baca Sukajadi (RBS). Ia berharap dengan penamaan yang demikian, dapat memicu munculnya rumah baca-rumah baca lainnya yang ikut bergerak mewadahi adik-adik yang ingin menjadi juara, khususnya dalam mengendalikan emosional dirinya sendiri.

Sebagai sarjana kesehatan masyarakat, Nunun tentu tidak serta merta mengabaikan apa yang ada di luar bidangnya. Gadis yang bekerja sebagai tenaga non-medis di RSU Mutia Sari Duri tersebut mengaku mulai memiliki keinginan untuk membuka rumah baca sejak 2012. Saat itu, ia tengah aktif menggeluti berbagai organisasi sekaligus berinteraksi dengan masyarakat, saat itulah ia tersadar bahwa dunia anak-anak di abad ini sangat memprihatinkan.

Alhamdulillah, masyarakat merespons positif. Anak-anak setiap hari minggu diberi izin seharian bergabung dengan RBS, bahkan meminta untuk diberikan kelas les untuk anak-anak mereka,” ujar alumnus yang sempat tergabung dalam BEM FKM, IMM FKM, Madapala dan Lensa Fotografi tersebut.

Saat ini, RBS digawangi oleh lima orang staf relawan dalam mendampingi 15 anak didik yang berasal dari pemukiman sekitar rumah baca. Di RBS, anak-anak dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti program belajar bahasa Inggris setiap Minggu pagi, membuat kerajinan tangan, mengikuti berbagai perlombaan, bahkan piknik sambil belajar.

Nunun mengaku permasalahan yang dihadapi adalah manajemen waktu dan stok buku yang dimiliki. Kelima relawan memiliki pekerjaan masing-masing, dan hal itu disiasati dengan pembuatan shift jaga rumah baca. Sedangkan perihal stok buku, Nunun menjelaskan bahwa karena stok buku yang belum memadai minat baca anak-anak menjadi berkurang karena buku yang tersedia sudah habis dibaca oleh mereka. Buku-buku bacaan untuk anak-anak didik RBS tersebut ia dapatkan melalui program donatur buku dari Ibook Kirana atau sumbangan langsung dari relawan. Maka, hingga saat ini RBS masih tetap menerima donasi buku untuk anak-anak di Bengkalis, Duri. Bantuan dapat disalurkan melalui Nurul Arisanty (081225170138) atau dapat langsung di kirimkan ke alamat RBS: Jalan Sukajadi 2 No. 74 Gg. Anggur, Kelurahan Tambusai Batang Dui, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Duri, Riau, Kode Pos: 28784.

Ada berbagai cara untuk meneruskan semangat juang Ki Hajar Dewantara, salah satunya seperti jalan yang ditempuh Nunun. Tidak peduli pendidik atau bukan, calon pendidik atau bukan, selalu ada cara untuk membantu menyukseskan pendidikan di Indonesia. (dev)

 

Pramuka UAD Peringati Hardiknas

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan upacara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Selasa (2/5/2017).

Upacara yang dilaksanakan di sekitar lahan parkir utara kampus 1 UAD, Jl. Kapas ini dihadiri oleh Wakil Retor III Dr. Abul Fadlil, M.T., sebagai pembina upacara dan perwakilan dari UKM maupun Ormawa yang ada di lingkup UAD.

Dalam sambutannya, Fadlil mengingatkan tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Orang yang ingin maju dan pandai harus belajar terus menerus. Bagi yang sudah merasa pandai dan tidak belajar lagi, sesungguhnya itu adalah kebodohan yang sebenarnya,” paparnya tegas.

Menurutnya, pada kesempatan peringatan Hardiknas ini setiap orang harus memiliki kesadaran untuk belajar secara berkelanjutan. Belajar yang dimaknai tidak hanya sekadar di bangku kuliah. Tetapi, belajar bisa dilakukan di manapun di alam raya dengan semua makhluk.

“Sebagai generasi muda, mahasiswa harus mampu mencari solusi dan memecahkan suatu permasalahan, bukan malah menjadi masalah,” lanjut Fadlil.

Di akhir sambutannya, ia kembali menegaskan betapa pentingnya belajar yang tiada henti.

“Peringatan 2 Mei menjadikan kita semakin menyadari akan pentingnya orang-orang yang berilmu. Untuk sukses di dunia maupun akhirat, kita harus memiliki ilmu. Ilmu yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan spiritual,” pungkasnya. (ard)

FMIPA UAD Segera Rilis Kampung Sains

Konsep dari Kampung Sains adalah kegiatan belajar dan mengajar matematika dan sains dalam suasana non-formal, menyenangkan namun mengedukasi.

Kampung Sains ini akan diresmikan sebagai bentuk kerja sama antara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan (FMIPA-UAD) dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Lokasi Kampung Sains ini ada di Kampung Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta.

Secara umum, tujuan Kampung Sains untuk mewujudkan Indonesia yang berkemajuan di bidang sains dan teknologi. Konsep pelaksanaannya menggunakan prinsip identifikasi (niteni), imitasi (niroake), dan inovasi (nambahi). Bentuk kegiatannya berupa workshop, pelatihan, serta bengkel kerja.

Sasaran utama dari Kampung Sains adalah masyarakat, sekolah, dan wisatawan umum maupun institusi. Rencananya, Kampung Sains ini akan diresmikan pada Sabtu (6/5/2017).

Jika dilihat dari kacamata Tri Dharma Perguruan Tinggi, Kampung Sains adalah wujud nyata implementasi UAD di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Hadirnya Kampung Sains di tengah masyarakat sebagai penerapan keilmuan berbasis sains yang menyenangkan dan mengedukasi merupakan salah satu alternatif untuk menyegarkan paradigma masyarakat di tengah gempuran dan maraknya hiburan yang tidak mendidik.

Kampung Sains adalah wadah untuk mengedukasi, meningkatkan literasi, dan meningkatkan minat belajar masyarakat. (ard)