Pendekar Tapak Suci UAD Kalahklah UNS

Tapak Suci Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta berhasil mengalahkan tuan rumah Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam pertarungan paling bergengsi di kalangan Tapak Suci perguruan tinggi se-Indonesia.

Setelah melalui pertarungan sengit di final, akhirnya kompetisi ini dimenangkan oleh wakil dari UAD Yogyakarta yang memuncaki podium kejuaraan. Adalah Dadang Arif Dwi Saputra mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD, meraih medali emas setelah menaklukan Tri Yunanto, peraih medali perak mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret. Sedangkan Medali perunggu direbut Universitas Diponegoro Semarang, yang berhak pada podium ketiga pada kejuaraan tahun 2017 ini.

Dadang mengatakan, kompetisi ini sangat keras baginya, namun berkat latihan yang maksimal dan disertai doa, ia yakin apa yang dilakukan tidak akan mengkhianati hasil

“Kejuaraan Tapak Suci tahun ini memberikan pengalaman berharga bagi saya. Selain dapat mengharumkan almamater saya di kancah nasional, dengan meraih medali emas pada ajang kejuaraan nasional ini memberi motivasi saya untuk semakin rajin berlati,” kata Dadang yang juga merupakan Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci UAD.

 

Acara yang dimulai tanggal 29 Maret hingga 2 April 2017 dan berlangsung di GOR UNS Surakarta ini diikuti oleh 54 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kejuaraan nasional Tapak Suci Putera Muhammadiyah antar perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia tersebut merupakan momen bertemunya para mahasiswa pendekar Tapak Suci di seluruh nusantara. Pasalnya, ajang bertemunya para pendekar muda yang dihelat setiap dua tahun sekali ini selalu menyuguhkan pertarungan sengit dari berbagai karakter pendekar generasi Muhammadiyah.

 

Banyak Penelitan yang Belum Melakukan Kaji Etik

Ketua Komite Etika Penelitian Univesitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr. dr. Akrom, M.Kes. mengatakan, saat ini banyak penelitian dengan subjek manusia yang belum dilakukan kaji etik. Penelitian dengan subjek manusia baik dari bidang kesehatan, epidemiologi atau klinik, maupun dari bidang pendidikan  (termasuk pendidikan dini), serta bidang psikologi dan marketing, baru sekitar kurang dari 10% yang dilakukan kaji etik. Padahal, dalam sejarahnya telah terbukti bahwa banyak kegiatan penelitian yang belum memperhatikan prinsip-prinsip dasar hak asasi.

Dosen Farmasi tersebut menambahkan, salah satu aspek penting yang harus dilakukan oleh peneliti ketika menggunakan subjek manusia adalah memberikan dan meminta inform consent (pernyataan kesediaan setelah pemberian penjelasan, biasa disingkat dengan PSP).  

“Hal ini penting karena banyak subjek uji atau responden yang dilibatkan penelitian tetapi mereka tidak memahami apa tujuan, manfaat penelitian, dan apa konsekuensinya sebagai subjek uji, serta kurang memperhatikan otonomi subjek,“ terangnya saat ditemui di Hotel Neo Awana, Rabu (26/01/2017).

Akrom menjelaskan, banyak kasus penelitian yang mengabaikan aspek kerahasiaan subjek sehingga nama responden, institusi, atau individu, tersebar dengan mudah di masyarakat. Apalagi di era medsos saat ini, seperti kasus antrax yang menyebar viral di dunia maya.

Berbagai latar belakang tersebut mendorong Komite Etik Penelitian UAD menyelenggarakan “Basic and Advance Ethic Esearch Trining and Good Clinical Practice” bagi para anggota dan pengelola Komite Etik di daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Acara  tersebut berlangsung dari tanggal 26-28 Januari 2017. Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai pembicara dari FERCAP yakni Prof. Christina Tores & Tim yang berasal dari Filipina.

Rektor UAD Yogyakarta Dr. Kasiyarno., M.Hum menambahkan, saat ini etika penelitian di Indonesia masih sangat rendah. Padahal, etika penelitian itu sangat penting di tengah era transparansi dan keterbukaan seperti sekarang.

“Etika penelitian ini sangat penting karena menyangkut hak asasi manusia dan transparansi,” katanya dalam sambutan.

Kasiyarno menegaskan, masyarakat berhak tahu jika ada yang menjadikan dirinya sebagai objek penelitian. Peneliti juga harus transparan memaparkan penelitiannya kepada masyarakat yang dijadikan objek. Saat ini, banyak yang hal itu tidak dilakukan termasuk lembaga-lembaga survei. Tentu saja lembaga survei juga harus memiliki etika penelitian.

“Sangat disayangkan penelitian di Indonesia masih banyak yang belum memenuhi etika penelitian ini,” kata Kasyirano di hadapan 30 peserta dari berbagai perguruan tinggi di daerah Jawa Tengah dan DIY tersebut. (doc)

PBI UAD dan PBI UNIBBA Tanda Tangani Nota Kesepahaman

Selasa (4/4/2017), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (PBI-UAD) Yogyakarta mendapat kunjungan dari Universitas Bale Bandung (UNIBBA). Kunjungan ini dalam rangka studi banding UNIBBA untuk mempelajari manajemen pengelolaan program studi (prodi) dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).

Menurut penuturan Drs. Saeful Gunawan, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP-UNIBBA), pada kunjungan kali ini mereka ingin menimba ilmu dan informasi dari UAD, khususnya dengan Prodi PBI.

“Menurut kami, pengelolaan manajemen UAD sangat baik, di tingkat prodi, fakultas, maupun universitas. Jadi, kami ingin mempelajari bagaimana manajemen pengelolaan yang baik untuk meningkatkan akreditasi, mutu pendidikan, maupun pelayanan kepada mahasiswa,” jelas Saeful.

Pada acara tersebut, juga ada penandatanganan MoU dari PBI-UNIBBA dan PBI-UAD. Kerja sama yang akan dilakukan kedua belah pihak terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Raden Muhammad Ali, S.S.,M.Pd.,DEA., menjelaskan kerja sama dengan UNIBBA meliputi bidang pengajaran, kurikulum, pengembangan materi ajar, pengabdian masyarakat, penelitian, dan pengelolaan jurnal.

“Kebetulan PBI-UNIBBA sedang mempersiapkan akreditasi dan ingin belajar dari PBI-UAD. Alhamdulillah akreditasi kita sudah A, jadi tujuannya jelas, mereka fokus pada bagaimana pengelolaan prodi, kemahasiswaan, serta atmosfer akademis agar bisa meningkatkan akreditasi,” papar Ali selaku Kepala Prodi PBI. (ard)

Ormawa FAI UAD Selenggarakan Rapat Kordinasi

Sebagai upaya penyelarasan program kerja dan tujuan organisasi, mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) yang tergabung dalam Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) menyelenggarakan rapat koordinasi pada Minggu, (2/4/2017).

 

Rapat kordinasi ini dilaksanakan setelah seluruh kepengurusan Ormawa FAI dilantik beberapa pekan lalu. Agenda tahunan tersebut berlangsung di ruang kelas 301 gedung ITC UAD, dihadiri lebih dari 80 orang. Mereka merupakan seluruh pengurus Ormawa FAI 2017/2018.

 

Berdasarkan hasil keputusan Kongres Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) FAI yang diselenggarakan pada Januari lalu. Ormawa FAI terdiri atas Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bahasa dan Sastra Arab, HMPS Tafsir Hadis, dan HMPS Pendidikan Agama Islam.

 

Gubernur BEM FAI berpesan agar semua yang hadir benar-benar meluruskan niat dan memiliki kesamaan tujuan. Semua aktifitas Ormawa yang direncanakan tidak lepas demi memajukan kualitas FAI ke depan, baik fakultas maupun kegiatan pengembangan mahasiswanya.

 

“Kami berpesan agar setiap langkah kawan-kawan semua diniatkan mencari ridha Allah Ta’ala. Aktif di organisasi banyak menyita waktu, tenaga bahkan dana. Semua akan menjadi sia-sia jika yang ingin dicari adalah tujuan duniawi semata,” tutur Diyan, orang nomor satu di FAI yang juga aktif sebagai mahasiswa Tafsir Hadis semester 6.

 

Sementara itu, Anggota Komisi A DPM FAI, Ilham Lukmanul Hakim menyampaikan, besar kemungkinan pada kongres yang akan datang, HMPS di FAI akan bertambah. Pasalnya, tahun ajaran 2017, FAI telah membuka program studi Perbankan Syariah. (dok)

 

Bangga Menjadi Mahasiswa PGSD UAD : Ready to Become Professional Teacher

   Gugun, Maskot PGSD UAD

Kebanggaan menjadi mahasiswa UAD diwujudkan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (HMPS PGSD) UAD dan didukung civitas akadmika Prodi PGSD dengan menggelar acara “Kami Bangga Menjadi Mahasiswa PGSD FKIP UAD” pada Rabu malam (29/3/2107) di kampus 5 UAD. Acara ini bertujuan mendekatkan mahasiswa dengan Prodi PGSD serta mensosialisasikan program kerja yang ada di HMPS dan LSO (Lembaga Swadaya Organisasi). Selain itu, acara ini juga mensosialisasikan tagline “Ready to Become Professional Teacher” serta maskot PGSD.

M. Ragil Kurniawan, M.Pd. mewakili Kaprodi PGSD dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan seperti sangat positif, prodi sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan.

“Mari kita tingkatkan kekompakan dan keharmonisan dalam berorganisasi, ikuti wadah-wadah organisasi yang dapat mengembangkan minat dan bakat mahasiswa. Malam ini, kesempatan yang bagus sekali untuk mengetahui wadah organisasi yang ada di HMPS PGSD, sehingga bagi mahasiswa yang memiliki bakat tertentu dapat

bergabung untuk semakin meningkatkan potensi yang dimiliki. Bahkan, bisa menjadi prestasi baik tingkat universitas, regional, maupun nasional,” ucap Ragil.

Anggra Rendra Setiawan selaku Wagub BEM FKIP Periode 2016 mengapresiasi kegiatan ini.

“Sangat bagus sekali acara ini, sehingga mahasiswa yang masih semester 2 dapat mengetahui organisasi yang ada di Prodi PGSD. Mereka bisa memilih untuk aktif berkegiatan di organisasi yang ada dan sesuai dengan minat bakat masing-masing mahasiswa,” ujarnya.

Acara ini dikemas dengan presentasi dan penampilan HMPS, serta masing-masing LSO yang dinaungi HMPS. Di antaranya LSO Cagur Istimewa (CI) yang mewadahi minat dan bakat mahasiswa dalam bidang olahraga, LSO Muvodance (Musik, Vocal, dan Dance) yang mewadahi minat dan bakat mahasiswa dalam bidang seni, LSO Riset dan Penalaran Mahasiswa (RPM) yang mewadahi minat dan bakat mahasiswa dalam bidang penulisan karya ilmiah. Selain itu, muncul komunitas baru di mahasiswa, yaitu Nada Hati yang mewadahi minat dan bakat mahasiswa dalam bidang musikalisasi puisi.

Ibnu Aminudin selaku Wakil Ketua HMPS PGSD Periode 2017 menyampaikan bahwa sosialisasi tagline Ready to Become Professional Teacher sebagai ajakan kepada mahasiswa PGSD UAD agar mulai menyiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.(dok)

 

 

FKIP-UAD Luluskan 377 Calon Pendidik

Jum’at (31/3/2017), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengadakan pelepasan bagi 377 lulusannya. Pelepasan yang bertema “Menjadi Sarjana Pendidikan yang Kreatif, Mandiri, Berintegritas, dan Profesional” dilangsungkan di gedung Islamic Center kampus 4, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Dekan FKIP-UAD, Dr. Trikinasih Handayani, M.Si., menyampaikan kepada para calon pendidik ini agar mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan. Salah satu cara yang bisa ditempuh dengan mendarmabaktikan diri ke masyarakat.

“Mereka harus selalu belajar, bukan berati lulus terus tidak belajar. Harapan kami lulusan FKIP-UAD menjadi guru profesional yang memenuhi 4 kompetensi seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2015.”

Selain itu, Trikinasih mengungkapkan agar para intelektual muda ini dapat mengembangkan potensi diri secara maksimal. Menurutnya, salah satu kompetensi unggulan yang harus dikuasai perihal penguasaan bahasa.

“Penguasaan bahasa penting bagi guru, entah bahasa Indonesia, asing, maupun daerah. Dengan menguasai bahasa mereka akan menjadi lebih komunikatif, dan ini memungkinkan mereka untuk mengajar di mana saja,” jelasnya. (ard)

 

Daftar Mahasiswa dengan IPK tertinggi FKIP-UAD

  1. Kiki Rahmawati                      (PGSD)           IPK 3,93
  2. Alif Indah Nurgubitasari        (PGSD)           IPK 3,92
  3. Sri Lestari                                (PGSD            )           IPK 3,89

Anak Harus Lebih Baik daripada Orang Tua

Bangga dan terharu, itulah yang dirasakan oleh orang tua dari lulusan terbaik Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Fajar Mahmudi dan Citra Suci Wahyuningtyas. Kedua mahasiswa ini mengikuti wisuda periode April yang dilangsungkan Sabtu (1/4/2017).

Dari 785 wisudawan S1, Fajar Mahmudi dari Fakultas Agama Islam (FAI-UAD) dan Citra Suci Wahyuningtyas Fakultas Ekonomi (FE-UAD) memperoleh IPK tertinggi 3,97.

H. Sa’aduddin dan Hj. Mukarramah yang merupakan orang tua dari Fajar menjelaskan bahwa mereka hanya bisa memotivasi anaknya untuk terus belajar. Keduanya tidak memiliki ketentuan dan membebaskan anak laki-lakinya untuk menuntut ilmu di mana saja.

“Fajar anak yang penurut dan selalu mendengarkan nasihat orang tua. Kami tidak menyangka kalau dia menjadi salah lulusan terbaik,ungkap Sa’aduddin.

Sejalan dengan orang tua Fajar, Sumbudi dan Dari Murtiati yang merupakan orang tua Citra juga tidak menduga bahwa anak perempuannya menjadi salah satu lulusan terbaik UAD.

“Kami hanya bisa berharap supaya anak-anak bisa belajar lebih baik. Sebagai orang tua kami menginginkan yang terbaik untuk mereka. Kami ingin mereka lebih pandai dibanding orang tuanya,jelas Sumbudi.

Di akhir wawancara, orang tua Fajar dan Citra sama-sama menyampaikan rasa terima kasihnya kepada UAD. Mereka  mengaharapkan UAD yang maju dan lebih baik, serta UAD yang dekat dengan masyarakat. (ard)

 

Wacana Kerja Sama UAD dan UTeM

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi adalah dengan cara bekerja sama dengan perguruan tinggi lain. Begitulah yang disampaikan Wakil Rektor 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed.,Ph.D., saat ada kunjungan dari Univesiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM).

Siti Rohana, BA.,MA., salah satu dosen UTeM menyampaikan bahwa tujuan kunjungannya ke UAD beserta 5 dosen lainnya untuk silaturahmi dan membahas rencana program kerja sama. Fokus kerja sama antara UAD dan UTeM akan dikerucutkan pada bidang teknik dan ekonomi.

Pertemuan yang berlangsung di ruang rektorat, Kamis (30/3/2017) ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Teknik Industri (FTI-UAD) dan perwakilan Dekan dari Fakultas Farmasi.

“Kami rencanakan program kerja sama yang ringan-ringan dulu untuk menguatkan hubungan UAD dan UTeM. Misalnya seminar internasional atau pelatihan soft skill,” ujar Sarbiran.

Pada pertemuan ini belum ada penandatanganan MoU dari kedua pihak. Baik UAD maupun UTeM masih merencanakan program kerja sama dan wacana yang nantinya dapat menguntungkan bagi keduanya. (ard)

Citra Suci Wahyuningtyas: Nekat Kuliah!

“Pernah beberapa kali saat ada pesanan, saya ikut Bapak ngambil genting di tempat produsen. Dari pekerjaan Bapak jualan genting itu, saya jadi tahu kualitas dan jenis-jenisnya. Nantinya, mungkin saya bisa membantu Bapak dengan manajemen penjualan yang lebih baik.”

Citra Suci Wahyuningtyas atau yang akrab dipanggil Citra ini merupakan calon wisudawan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,97. Salah satu yang tertinggi dari ratusan mahasiswa yang akan diwisuda 1 April 2017 nanti. Dia menempuh pendidikan di Program Studi Manajemen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Setelah lulus dari SMA, perempuan kelahiran Kebumen ini sempat bimbang untuk melanjutkan studinya. Dia berpikir dari mana mendapat biaya untuk kuliah, sedangkan dia mempunyai dua adik yang masih harus sekolah. Di antara kebimbangan itu, orang tuanya memberikan dukungan agar anak perempuannya melanjutkan kuliah.

“Nekat, waktu itu saya benar-benar nekat. Saya tidak tahu dari mana orang tua saya dapat uang untuk membiayai kuliah. Tetapi, bagi saya mereka adalah orang-orang hebat yang ingin agar anaknya bisa mendapat pendidikan setinggi mungkin,” jelas Citra ketika ditemui di kampus 1 UAD, Selasa (21/3/2017).

Perempuan yang suka sayur jengkol ini sadar dengan keterbatasan orang tuanya. Maka, ketika kuliah, dia belajar dengan sungguh-sungguh. Dari penuturannya, ketika kuliah dia selalu ingat dengan bapak dan ibunya. Kedua orang tuanya adalah motivasi untuk giat belajar.

Citra selalu serius ketika mengikuti perkuliahan. Dia menyimak secara saksama materi yang disampaikan dosen, dan setelah pulang ke kos mempelajari lagi.

“Begitulah sistem belajar saya sehingga saya benar-benar memahami apa yang diterangkan dosen. Selain itu, saya membeli dan membaca buku yang menjadi rujukan di setiap mata kuliah,” terangnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa apa yang disampaikan oleh dosen selalu dicatat dengan bahasa sendiri agar mudah untuk mengingat dan mempelajarinya.

Selama kuliah di UAD, Citra yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara ini pernah membolos kuliah dua kali, itu pun mata kuliah pengganti.

“Dua kali saya bolos kuliah, dan itu terasa mengganjal bagi saya. Tetapi mau bagaimana lagi, saat itu sedang pulang ke Kebumen, terus ada kuliah pengganti yang mendadak.”

 

 

 

 

 

Periode Maret 2017, UAD Wisuda 852 Mahasiswa

 

Sabtu (1/4/2017), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mewisuda 852 mahasiswa di Hall A Gedung Jogja Expo Center. Wisuda periode Maret 2017 ini terdiri atas 30 prodi S1 dengan IPK rata-rata 3,30, dan 6 dari 10 prodi S2. Termasuk di dalamnya 27 wisudawan Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris, 7 wisudawan Program Pascasarjana Pendidikan Fisika, 4 wisudawan Program Pascasarjana Psikologi Profesi, 17 wisudawan Program Pascasarjana Psikologi Sains Sekolah, 10 wisudawan Program Pascasarjana Farmasi, dan 2 wisudawan Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan.

Dalam sambutannya Dr. Kasiyarno, M.Hum. menjelaskan, hingga saat ini Program Pasca Sarjana UAD telah mewisuda 1.000 lulusan. Dengan demikian, alumni UAD sampai saat ini berjumlah 39.680 orang.

“Wisudawan S1 dengan kelulusan tercepat dengan masa studi 3 tahun 5 bulan 1 hari kali ini diraih oleh wisudawan prodi S1 Tafsir Hadits, yaitu Sdr. Fadlilah Wakhikmatu Fidin dengan IPK 3,74. Sedangkan wisudawan termuda adalah Sdri. Dewi Rosmala dari prodi S1 Ekonomi Pembangunan dengan IPK 3,54 yang lulus pada usia 20 tahun 3 bulan 28 hari,” terang Kasiyarno.

Lebih lanjut, Kasiyarno atas nama seluruh warga UAD mengucapkan selamat kepada wisudawan atas keberhasilan mereka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar kesarjanaan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah ini.

“Semoga sukses selalu menyertai Saudara. Khusus kepada Bapak/Ibu orang tua/wali wisudawan, dengan berakhirnya pendidikan putra/putri Bapak/Ibu di UAD maka melalui majelis yang mulia ini, perkenankanlah saya atas nama UAD menyerahkan kembali putra/putri Bapak/Ibu, teriring ucapan terima kasih atas kepercayaannya kepada UAD untuk mendidik dan mengantarkan putra/putri tercinta menjadi sarjana muslim. Semoga kesarjanaan dan kemuslimannya dapat menambah kebahagiaan keluarga Bapak dan Ibu sekalian. Kami juga memohon kiranya silaturahmi yang telah terjalin selama ini, antara Bapak/Ibu dan UAD, terus tersambung dengan baik di masa-masa mendatang,” kata Kasiyarno kemudian.