Piala Rektor UAD 2017

Senin (13/3/2017), Piala Rektor UAD 2017 resmi bergulir, ditandai dengan kick off  yang dilakukan oleh Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Sc., mewakili Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. Kompetisi ini merupakan gagasan dari mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepakbola Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Tim-tim yang akan berpartisipasi dalam kompetisi ini terbagi menjadi dua grup. Grup A terdiri atas UAD, UNSIL, UMY, UMS, sedangkan Grup B akan mempertemukan UNY, UGM, STTKD, UIN SUKA. Kedelapan tim akan bertanding di Lapangan Gamelan Sendangtirto, Sendangtirto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

“Rencananya, Piala Retkor akan berlangsung sekitar satu minggu, mulai dari Senin (13/3/2017) sampai Minggu (19/3/2017),” terang Rahmat Sri Mahsuri selaku ketua UKM Sepakbola UAD.

Afan Kurniawan, S.T., M.T., Ketua Umum (Ketum) UAD FC menjelaskan bahwa dengan terselenggaranya acara ini, ia berharap bisa menjaring bibit-bibit unggul yang ada di internal UAD.

“Kami sudah punya Orion UAD, candradimukanya UKM Sepakbola. Harapannya, ketika ada mahasiswa yang memiliki kualitas unggul, nantinya bisa naik ke UAD FC dan ikut berkompetisi di Liga Nusantara yang diselenggarakan oleh PSSI,” terangnya.

Pada pertandingan pembukaan di Grup A, UAD berhasil mengalahkan UNSIL dengan skor tipis 1-0. Satu-satunya gol itu diciptakan oleh Abdul Khalid Basri. Di pertandingan kedua dari Grup B, UGM berhasil mengalahkan UNY dengan skor 1-0.

Menurut Yudhiakto Pramudya, Ph.D., selaku pembina UKM Sepakbola, ia berharap mahasiswa yang tergabung di UKM Sepakbola nantinya dapat lebih berprestasi tidak hanya sebagai atlet, tetapi juga memiliki pengalaman dan prestasi dalam penyelenggaraan sebuah kompetisi serta pengelolaan manajemen sebuah klub.

“Saat ini sepakbola tidak hanya mengurus prestasi atlet saja, tetapi bagaimana pengelolaan sebuah kompetisi dan klub. Kami sangat menginginkan ke depannya lebih banyak lagi dukungan dari UAD,” jelas Yudhi ketika ditemui di Lapangan Gamelan, Senin (13/3/2017).

Ia menambahkan agar pihak unversitas dan pimpinan bisa memberikan izin dan mendukung tim dari UKM Sepakbola ketika ada undangan kompetisi dari universitas lain. “Mereka harus mencoba berlaga di tempat lain, karena kalau di sini setidaknya mereka tanding home, secara mental mereka sudah siap.”

Jadwal Pertandingan Piala Rektor UAD 2017

 

Senin, 13 Maret 2017

UAD vs UNSIL

UGM vs UNY

 

Selasa, 14 Maret 2017

STTKD vs UIN SUKA

UMY vs UMS

 

Rabu, 15 Maret 2017

UAD vs UMY

UGM vs STTKD

 

Kamis, 16 Maret 2017

UNY vs UIN SUKA

UNSIL vs UMS

 

Jumat, 17 Maret 2017

UMS vs UAD

UIN SUKA vs UGM

 

Sabtu, 18 Maret 2017

UNY vs STTKD

UNSIL vs UMY

 

Model Pembelajaran Abad 21: Pemanfaatan IT

“Model pembelajaran abad 21 sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional, baik dari sisi metode maupun sarana dan prasarana yang digunakan. Model pembelajaran abad ini sangat menekankan pada pemanfaatan IT,” kata Dr. Verhana di hadapan mahasiswa pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat kunjungan ke Fakultas Pendidikan Universitas Teknologi Malaysia (UTM).

Kunjungan yang berlangsung selama 6 hari, yakni 11-17 Maret 2017 ini dikonsep seperti kursus singkat (short course), yang mengulas tentang “Pembelajaran Abad 21”. Menurut Verhana, kursus ini sangat sesuai dengan visi program studi UAD yaitu implementasi pembejaran berbasis IT. Selain itu, banyak mahasiswa S2 UAD yang berasal dari para guru.

Selain kegiatan short course, 19 mahasiswa yang merupakan Prodi Studi Magister Pendidikan Fisika dan Magister Manajemen Pendidikan juga mengunjungi sekolah dasar yang telah menggunakan pola pembelajaran pemanfaatan IT.

“Pola ini juga dapat diterapkan di sekolah menengah, baik pertama maupun lanjutan,” terang Verhana.

Ia berharap para peserta dapat memahami dan selanjutnya dapat menjadikan topik ini sebagai bahan tesis. Lebih jauh, jika sudah lulus dan bekerja sebagai pendidik, mereka dapat mengawali penerapan model pembelajaran tersebut di sekolah.

Verhana mengungkapkan, mahasiswa UAD yang mengikuti program kunjungan ilmiah ke luar negeri kali ini tingkat percaya dirinya meningkat, wawasannya semakin luas, dan memiliki minat untuk berkunjung ke luar negeri pada program-program lainnya.

Mahasiswa UAD didampingi oleh dua dosen, yaitu Dr. Moh. Toifur dan Dr. Suyatno yang keduanya merupakan kaprodi dari program Magister Pendidikan Fisika dan Magister Manajemen Pendidikan. Selain diterima oleh Verhana, mahasiswa UAD juga diterima oleh dekan UTM Dr. Mohammad Syukri bin Saud dan Kaprodi Pendidikan Fisika Dr. Noraffandi bin Yahaya.

 

 

 

Tablig Akbar: Peran Kader IMM sebagai Angkatan Muda

Sabtu (11/3/2017) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) PC Djazman Al-Kindi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan Tablig Akbar dengan pembicara Imam Hanafi, S.S. Acara ini merupakan salah satu agenda dari rangkaian milad IMM ke-53.

Tablig ini mengangkat tema “Peran angkatan muda dalam menyongsong masa depan bangsa yang lebih bemartabat”. Menurut Afrilia, selaku seksi acara, tujuan diselenggarakannya tablig untuk mengumpulkan seluruh kader IMM Djazman Al-Kindi agar bisa berkumpul dalam satu forum yang sama.

“Sebenarnya kami juga mengundang Ortom, Ormawa, UKM dan seluruh mahasiswa UAD. Harapannnya semua bisa berpartisipasi dalam satu waktu untuk saling berdiskusi dan silaturahmi. Namun, yang hadir hanya sekitar 300 peserta, mungkin karena bertepatan dengan malam minggu,” terang Afril sambil berkelakar.

Pada acara inti, Imam Hanafi selaku pembicara, menekankan pentingnya para pemuda untuk berperan aktif dalam melakukan perubahan menuju bangsa dan negara yang lebih bermartabat. Sebab menurutnya, perubahan tidak akan terjadi jika “orang tua” saja yang bergerak. Harus ada partisipasi dari para generasi penerus bangsa.

“Saya mengharapkan kader-kader IMM ini bisa meningkatkan kualitas agamanya dan meningkatkan semangat kenabian. Selain itu, mereka harus memperluas pengetahuan dengan banyak mengonsumsi buku-buku dengan tetap berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan as-sunnah,” ujar laki-laki yang aktif di MPK Muhammadiyah ini.

Hanafi menambahkan, para pemuda Muhammadiyah ini harus lebih menguatkan gerakan sosial di masyarakat guna membawa risalah keislaman dan memperkuat dakwah Muhammadiyah. Tujuannya agar kehadiran IMM tidak hanya dirasakan di lingkup kampus, tetapi juga dapat dirasakan di dalam masyarakat. (ard)

Prodi Teknik Kimia Kembali Kirimkan Tim untuk Lomba Karya Ilmiah

Program Studi Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mengirimkan tim untuk mengikuti lomba karya ilmiah. Acara lomba yang bertemakan Increasing The Science and Technology Knowledge of Young Generation tersebut diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Sriwijaya, dan berlangsung dari tanggal 6-10 Maret 2017 di Palembang.

Tim UAD yang dikirimkan terdiri atas 3 mahasiswa. Mereka adalah Arfan Effendi, M. Solihin Akbar, dan Zalfa Imari Salsabila. Judul yang mereka ikut sertakan dalam lomba kali ini adalah “Pengolahan Sayur dan Kertas Menjadi Listrik (Pasundan Tasik) Melalui Microbial Fuel Cells sebagai Wujud Menjaga Ketahanan Energi Nasional”.

Ketika diwawancarai pada Rabu, (8/3/2017), Arfan Effendi mengatakan bahwa latar belakang mereka mengangkat judul tersebut berawal dari kegelisahan akibat banyaknya sampah sayur yang tidak dimanfaatkan, justru cenderung memberikan dampak negatif bagi lingkungan.

“Tujuannya ingin menjadikan pasar-pasar di Indonesia menggunakan listrik dari sampah yang dihasilkan dari pasar itu sendiri, sehingga pasar-pasar tersebut lebih mandiri energi,” kata Arfan.

Microbial Fuel Cell sendiri merupakan sistem pembangkit listrik yang memanfaatkan aktivitas bakteri dalam menguraikan bahan-bahan organik. Sistem ini memiliki dua bagian ruang yang dipisahkan oleh membran. Masing-masing ruang diberikan elektroda yang berbeda, satu ruang diberikan elektroda positif dan satu ruang lagi diberikan elektroda negatif. Dari hasil penguraian tersebut, nantinya dihasilkan ion negatif dan positif (elektron dan proton) yang menyebabkan perbedaan potensial sehingga dapat menghasilkan listrik.

“Ada 17 tim dari berbagai universitas di Indonesia yang ikut lomba ini. Alhamdulillah, karya kami sudah lolos dari mulai seleksi abstrak dan full paper. Tahap terakhir adalah presentasi,” tambah Arfan.

Ia dan anggota lainnya berharap, agar karyanya nanti dapat diaplikasikan di setiap pasar, sehingga pasar-pasar dapat lebih mandiri dalam hal energi.(MFA)

“DOKAR” Juarai Trofeo UAD 2017

Trofeo UAD 2017 yang diselenggarakan Minggu (12/3/2017) mempertemukan tiga tim dari Alumni UKM Sepakbola Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Dosen dan Karyawan (DOKAR) UAD, dan tim dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Yogyakarta.

Kick off pertandingan pertama mempertemukan Alumni UKM Sepakbola UAD dengan DOKAR yang berakhir dengan skor 1-1. Pada pertandingan kedua, jalannya pertandingan lebih menarik, UKM Sepakbola UAD mengalahkan PWI dengan skor tipis 1-0. Di pertandingan terakhir, DOKAR berhasil mengalahkan PWI dengan skor 3-1 dan memastikan diri menjuarai Trofeo UAD 2017 setelah unggul jumlah gol dari Alumni UKM Sepakbola UAD.

Menurut Ahmad Suwandi, selaku Wakil Ketua UKM Sepakbola UAD, penyelenggaraan acara ini merupakan pertandingan persahabatan sebelum bergulirnya Piala Rektor UAD 2017 yang akan diselenggarakan di Lapangan Gamelan Sendangtirto, Sendangtirto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Piala Rektor UAD 2017 akan mempertemukan 8 tim yang dibagi menjadi 2 grup. Grup A terdiri atas (UAD, UNSIL, UMY, UMS), sedangkan Grup B (UNY, UGM, STTKD, UIN SUKA). Pembukaan resmi acara ini akan dilangsungkan Senin (13/3/2017) di Lapangan Gamelan Sendangtirto, pukul 13.30 WIB. (ard)

MIM Wonosobo: Sekolah Laboratorium Penelitian UAD

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Wonosobo berdiri sejak 1980-an. Sekolah ini terletak di Dukuh Wonosobo, Banjarejo, Tanjungsari, Gunungkidul.

“Selama berpuluh tahun, keadaan sekolah ini sangat tidak layak dijadikan tempat pembelajaran,” terang Heri Mustofa, S.Pd. selaku Kepala Sekolah. Ia menambahkan bahwa MIM Wonosobo merupakan sekolah yayasan, jadi sangat susah mendapatkan bantuan.

“Pada 2012 sempat ada renovasi dari donatur, tetapi dari delapan ruang hanya satu saja yang direnovasi, padahal sekitar 80% keadaan gedungnya membahayakan jika digunakan untuk proses pembelajaran.”

Tahun 2014, ada empat ruang yang nyaris roboh. Menurut penuturan Heri, berbagai cara telah ditempuh untuk mencari donatur yang mau memberi bantuan untuk merenovasi sekolah. Namun, berkali-kali juga usaha yang dilakukan harus menemui jalan buntu. Sampai akhirnya setelah melalui proses yang panjang, pada 30 Agustus 2014 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berkenan membantu untuk merenovasi sekolah.

“Awalnya memang akan membantu merenovasi, tetapi karena ada permasalahan dengan tanah, akhirnya UAD membangun gedung sekolah baru di tanah yang baru, serta memenuhi fasilitas sekolah,” ujar Heri.

“Saya masih ingat betul apa yang disampaikan Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., saat diadakan pengajian dan prosesi peletakan batu pertama (30/8/2016), yakni UAD mengalokasikan dana sekitar 3 miliar untuk membantu sekolah ini,” imbuhnya.

Menurut Heri, masih ada puluhan orang tua siswa yang menggantungkan pendidikan anak-anaknya kepada MIM Wonosobo. Saat ini keseluruhan siswanya sekitar 70, dengan tenaga pendidik berjumlah 10 orang dan 1 penjaga.

“Kami memiliki tujuan agar madrasah ini unggul dalam bidang akademis maupun non-akademis, serta siswanya memiliki moral yang baik. Kami juga berharap nantinya ada satu atau dua guru yang berasal dari lulusan UAD. Saya percaya lulusan UAD memiliki kompetensi yang bagus sebagai tenaga pendidik,” ungkap Heri ketika ditemui di MIM Wonosobo (8/3/2017).

“Kami sangat berterima kasih kepada UAD, kepada Pak Kasiyarno dan seluruh stafnya. Semoga UAD semakin maju dan berkembang,” pungkas laki-laki yang merupakan alumnus MIM Wonosobo ini. (ard)

UAD Jalin Kerja Sama Interprofessional Education dengan UOP

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan University of the Philippines (UOP) terkait dengan kolaborasi antarmahasiswa yang merupakan calon tenaga medis maupun kesehatan. Pada tahap pertama ini dilakasankan di masing-masing negara, yakni di Indonesia dan Filipina selama kurun waktu 2014-2015. Kerja sama yang dilakukan kedua universitas tersebut fokus pada perbandingan hasil kolaborasi setelah mahasiswa diterjunkan di masyarakat.

Menurut Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi UAD, Interprofessional Education (IPE) sangat dibutuhkan di dunia kerja, khususnya untuk tenaga-tenaga kesehatan yang dalam hal ini titik tangkapnya adalah untuk pelayanan pasien.

“Pada saat pelayanan pasien, sebaiknya ada kerja sama yang baik antartenaga medis atau kesehatan supaya dapat memberikan pelayanan dan pengobatan yang optimal,” terangnya.

Di UAD, IPE dimulai dengan kolaborasi antarmahasiswa dari Fakultas Farmasi dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Beberapa mahasiswa yang telah diseleksi diterjunkan ke masyarakat untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang muncul, kemudian memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

Hal yang sama juga dilakukan di UOP, dari penuturan Dyah, kolaborasi antarmahasiswa di UOP lebih lengkap.

“Ada dari berbagai tenaga kesehatan seperti calon dokter, calon apoteker, calon perawat, calon dokter gigi, dan calon ahli kesehatan masyarakat,” sambungnya ketika ditemui di sela-sela kesibukannya (5/3/2017).

Dyah menjelaskan bahwa sebelum mahasiswa diterjunkan di lapangan, diadakan beberapa penyamaan persepsi untuk memahami apa yang dimaksud dengan IPE. Mahasiswa terlebih dahulu dibekali tentang hal-hal yang harus dilakukan di lapangan, tentang interaksi dengan masyarakat, dan bagian paling penting adalah cara memberikan solusi terhadap masalah-masalah kesehatan.

 

 

UAD Sediakan RFID dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah 2017

Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah 2017 yang dilaksanakan di Islamic Center Ambon, Maluku (24/2/2017), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kembali dipercaya oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk mengelola perlengkapan dan infrastruktur Information Technology (IT).

Menurut Tawar, S.Si., M.Kom., selaku koordinator Tim IT, sudah sejak 2010 UAD diberi kepercayaan untuk membantu perlengakapan dan infrastruktur terkait IT oleh PP Muhammadiyah dalam agenda besar seperti muktamar dan sidang tanwir.

“Sekitar 2-3 bulan sebelum Tanwir Muhammadiyah 2017, kami sudah mempersiapkan data yang diperlukan. Sistem IT ini sangat dibutuhkan untuk mendukung agenda seperti muktamar maupun tanwir. Teknologi yang kami gunakan untuk mendukung acara tersebut berupa aplikasi presensi online, Radio Frequence Identification (RFID),” jelas Tawar ketika ditemui di kampus 3 UAD.

Tawar menambahkan bahwa Tim IT dari UAD telah menyediakan id card bagi setiap peserta, yang dibaliknya sudah dipasangi chip. Chip tersebut sesuai dengan data diri peserta tanwir yang telah dikirimkan masing-masing Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM). Dengan chip itu, peserta yang datang tidak perlu presensi secara manual, cukup lewat pintu yang telah dipasang alat sensor presensi otomatis.

Selain itu, Tim IT UAD juga mendukung penyediaan Media Center yang dibutuhkan oleh para wartawan cetak dan pihak pertelevisian.

“Kami siapkan bandwith 200 mbps, bekerja sama dengan PT. Telkom. Untuk perlengkapan seperti komputer, panitia lokal yang menyediakan. Terkait koordinasi dan berbagai hal kita yang melakukan konsepnya dan mengendalikannya,” imbuh Tawar.

Tim IT yang terlibat dalam Sidang  Tanwir 2017 terdiri atas 4 orang yang merupakan dosen dan programmer, termasuk Arif Rahman, S.Kom.,M.T., selaku Kepala Bidang Sistem Informasi di Biskom.

“Kami sebagai salah satu bagian dari Muhammadiyah mempunyai kepentingan dalam mendukung kehidupan persyarikatan, salah satunya terkait IT. UAD akan terus mengembangkan sistem IT dan mendukung kegiatan Muhammdiyah. Kami juga berharap dari event ini ada timbal balik berupa unsur promotif, sehingga UAD bisa lebih dikenal di kalangan warga Muhammadiyah,” pungkas laki-laki berkacamata tersebut. (ard)

Ujian Sertifikasi Certified SolidWorks Associate

Pelatihan SolidWork telah dilaksanakan selama empat hari, yakni 9-12/1/2017 lalu. Tahap selanjutnya adalah melakukan ujian sertifikasi Certified SolidWorks Associate (CSWA). Sebanyak 7 peserta yang terdiri atas 3 dosen dan 4 mahasiswa mengikuti ujian sertifikasi CSWA ini, di laboratorium terpadu Teknik Industri pada Minggu (05/03/2017).

“Dalam pelatihan, kami diajari membuat akun di Solidworks Virtual Tastes. Proses pengerjaannya hampir sama. Namun saat ujian, hanya berdurasi satu jam,” terang Nora F. Elma, ketika diwawancarai di laboratorium Teknik Industri, Minggu (05/03/2017).

Ujian sertifikasi ini memiliki kode yang berbeda dari setiap voucher yang nantinya akan digunakan untuk mengaktifkan ujian, sehingga peserta wajib memiliki. Ujian sertifikasi bersifat online sehingga semua perlengkapan harus disediakan terlebih dahulu. Tujuannya untuk antisipasi jika internet mati sehingga dapat menggunakan hotspot handphone. Lebih aman lagi jika tidak menggunakan komputer, tetapi menggunakan laptop. Sebab, jika mati listrik mendadak, ujian sertifikasi tidak dapat dilanjutkan kembali.

Setelah selesai membuat akun, ujian selanjutnya berdurasi tiga jam dengan jenis soal teori, part, dan assembly. Apabila sudah selesai mengerjakan soal, hasil jawaban harus di-submit sehingga akan diketahui jumlah nomor berapa saja yang salah. Dari situlah didapatkan nilai masing-masing peserta. Pada ujian sertifikasi CSWA ini, untuk mendapatkan sertifikat lulus harus mencapai nilai minimal 165 dan nilai maksimal 240.

Menurut Okka Adiyanto selaku peserta ujian dari dosen, “Ujian sertifikasi CSWA ini 80% masuk dari teori yang disampaikan pada saat pelatihan. Kemampuan saya semakin terasah dengan adanya ujian semacam ini.”

Isana Arum P. selaku peserta dari dosen juga berkomentar, “Ujiannya susah, apalagi untuk pamula. Selain menegangkan, perlu ketelitian, kecermatan, ketenangan, dan jangan terburu-buru karena akan mempengaruhi perhatian soal ujian yang berupa gambar.” (Sch).

 

Pelaksanaan dan Hasil Interprofessional Education

Interprofessional Education (IPE) diselenggarakan sebagai kerja sama antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dengan University of the Philippines (UOP). IPE sangat dibutuhkan di dunia kerja, khususnya untuk tenaga-tenaga kesehatan yang dalam hal ini titik tangkapnya adalah untuk pelayanan pasien.

Pelaksanaan IPE di UAD diikuti oleh 18 mahasiswa yang terdiri atas mahasiswa Farmasi dan Kesehatan Masyarakat. Sedangkan di UOP diikuti oleh 15 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Kedokteran, Farmasi, Pekerja Sosial, dan Perawat.

Di Indonesia lokasi penelitiannya berada di Dusun Titang, Desa Sumberagung, Kabupaten Bantul, dengan kurun waktu 14 minggu. Sementara di Filipina lokasinya berada di daerah Cavite selama kurun waktu 6 minggu.

“Sebelum terjun ke lapangan, mereka diwajibkan mengisi form pre-test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai IPE,” terang Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi UAD.

Setelah proses penerjunan berlangsung, mahasiswa harus berkolaborasi dengan rekan satu tim, berinteraksi dengan masyarakat, mencari permasalahan, kemudian berdiskusi dengan dosen pembimbing untuk mencari dan memberikan solusi kepada masyarakat.

Tahap akhir dari pelaksanaan IPE adalah pengadaan post-test untuk mengetahui kompetensi kolaborasi mahasiswa dengan rekan dari tenaga medis dan tenaga kesehatan yang lain. Hasilnya, para mahasiswa di kedua universitas baik di Indonesia maupun di Filipina, setuju bahwa mereka harus meningkatkan kompetensi dan harus bisa bekerja sama dengan tenaga kesehatan yang lain, baik sebagai individual maupun sebagai profesional.

“Istilahnya, kerja sama individual dan kerja sama profesional harus bisa diintegrasikan. Harus bisa bekerja sama dengan pihak lain,” tambah perempuan kelahiran Semarang ini.

Ada perbedaan hasil antara pre-test dan post-test yang sudah dilakukan di UAD dan di UOP. Setelah melakukan IPE, kepercayaan diri mahasiswa UOP lebih besar (meningkat) sebagai tenaga profesional. Ada sikap saling menghargai antartenaga kesehatan yang lain.

Hal ini agaknya berbeda dengan yang terjadi di UAD, mahasiswa belum bisa berkolaborasi secara maksimal. Tingkat kepercayaan antarmahasiswa belum terbangun dengan baik. Menurut Dyah, terjadinya perbedaan ini harus dilacak, dicari permasalahannya, dan harus segera dicarikan solusi terbaik.

“Dengan waktu yang singkat yakni sekitar 6 minggu, dan lebih kompleks perbedaan profesinya, mereka bisa saling menghargai. Sedangkan di Indonesia dengan jangka waktu yang cukup panjang yakni sekitar 14 minggu dengan 2 jenis tenaga kesehatan, belum bisa menghargai dan bekerja sama dengan maksimal. Belum bisa berkolaborasi secara penuh. Kami harus segera mencari permasalahan dan menemukan solusinya,” tegas Dyah.

Memang, sebelum terjun ke lapangan, mahasiswa UOP mendapat perkuliahan jangka panjang terkait dengan IPE. Sedangkan di Indonesia perkuliahannya terlalu singkat dan minim persiapan, sehingga mahasiswa belum begitu memahami IPE.

Dyah merencanakan pelaksanaan IPE yang kedua dengan desain yang lain. Menurut penuturannya, belum ada diskusi lebih lanjut dengan pihak di Filipina. Ia berharap nantinya IPE di UAD bisa menambah dari mahasiswa kedokteran. (ard)