Perpustakaan UAD Adakan Literasi Informasi ke-2

Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membentuk tim literasi untuk menyukseskan program Literasi Informasi (LI) yang ke-2, sebagai kelanjutan dari program LI 1 yang telah dilaksanakan.

Materi yang akan diajarkan pada LI 2 terkait pengenalan reference manager dengan menggunakan software mendeley. Reference manager digunakan untuk mengelola file yang sudah dimiliki oleh user.

Menurut Drs. Tedy Setiadi, M.T. selaku Kepala Perpustakaan UAD, dengan adanya pelatihan LI 2 ini, diharapkan mahasiswa akan lebih dimudahkan dalam beberapa hal termasuk kemudahan dalam menyusun karya tulis ilmiah.

“LI 2 ini kelanjutan dari LI 1, yang pertama lebih ditekankan pada penambah wawasan bahwa banyak sumber informasi yang bisa diakses seperti jurnal, prosiding, ataupun e-book,” terang Tedy ketika ditemui di Laboratorium Literasi di kampus 3 UAD Sabtu (4/3/2017).

Berbeda dengan LI 1, Tedy menambahkan bahwa LI 2 ini lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan atau keterampilan menulis karya ilmiah mahasiswa. Misalnya dalam hal teknik penulisan karya ilmiah, me-manage jurnal supaya sumber informasi mudah dimasukkan ke google scholar, serta pengenalan dan pengoperasian software mendeley.

Program pelatihan LI ini disambut baik oleh mahasiswa. Terbukti ketika diadakan kuesioner oleh tim dari perpustakaan, mahasiswa yang mengikuti LI cenderung menilai bagus dari sisi layanan perpustakaan, dibanding yang tidak pernah mengikuti pelatihan.

Alhamdulillah kami mendapat kepercayaan dari mahasiswa dari sisi pelayanan. Kemudian, mereka jadi lebih akif ke perpustakaan. Kami, khususnya para pustakawan, akan berusaha secara maksimal untuk membantu proses studi mahasiswa agar mutu dan kualitas tulisannya lebih baik. Tidak menutup kemungkinan, kami juga akan mengadakan LI 3 dengan materi yang berbeda dari yang sebelumnya,” pungkas Tedy. (ard)

Semarak Milad IMM ke-53 di UAD

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) PC Djazman Al-Kindi mengadakan serangkaian kegiatan akademis dan non-akademis guna memeringati milad IMM yang ke-53. Acara ini diselenggarakan sejak Sabtu (4/3/2017) di kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Mengusung tema “Mewujudkan Bakti Nyata untuk Undonesia”, milad kali ini mengajak pemuda kader Muhammadiyah, khususnya di lingkup UAD, untuk turut berperan memajukan bangsa dan negara.

Menurut Umi Latifah, selaku ketua panitia, tema ini sesuai dengan trilogi ikatan IMM, yakni kemahasiswaan menjadi intelektualitas, keagamaan menjadi religiusitas (transendensi), dan kemasyarakatan menjadi humanitas.

“Sebagai kaum intelektual, sudah semestinya pemuda kader Muhammadiyah turut menyumbangkan pikiran dan tenaganya bagi kemajuan Indonesia,” terang perempuan yang aktif di IMM Komisariat BPP (BK, PGSD, PGPAUD) ini.

Beberapa acara yang diselenggarakan dalam milad ini seperti bazar buku, pelatihan dai, pelatihan media, tabligh akbar, meet up kader Djazman Al-Kindi, festival anak saleh, diskusi publik, pekan kepenulisan, dan closing ceremony yang akan dilangsungkan di halaman Balai Kota Yogyakarta (26/3/2017).

“Target utama kami pada milad ke-53 ini untuk mengenalkan IMM kepada mahasiswa UAD, bahwa IMM tidak hanya dekat dengan hal-hal yang bersifat religius, tetapi juga mengedepankan intelektualitas dan humanitas,” pungkas Umi ketika ditemui di acara pengajian dan buka bersama di Masjid Kampus 3 UAD Senin (6/3/2017). (ard)

Informasi kegiatan:

CP: 085709310201 (Umi Latifah)

IG: @miladimmdjazki

Nyepi Saka New Year 1939

Nyepi Saka New Year 1939

PMB Wave 1 Stage 2

PMB Wave 1 Stage 2

 

PMB Wave 1 Stage 2

PMB Wave 1 Stage 2

 

PGSD Selenggarakan Kuliah Umum Bertema Cinta

“Kalau mau sukses dalam cinta, cita-cita harus siap terganggu. Artinya, kalau sudah pacaran, kuliah pasti terganggu. Sebaliknya, jika mau sukses dalam cita-cita maka harus siap menyandang status ‘jomblo’.”

Begitulah salah satu pesan yang disampaikan oleh Dr. H. Iip Wijayanto, M.Si. dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Ahmad Dahlan (PGSD-UAD) Yogyakarta.

Acara yang diselenggarakan Minggu (5/3/2017) di auditorium kampus 1 UAD ini juga menghadirkan H. M. Joko Susilo, M.Pd. sebagai pembicara, serta diikuti oleh mahasiswa PGSD-UAD semester 2 dan 4.

Menurut penuturan Probosiwi, M.Sn. selaku seksi acara, kuliah umum dengan tema “Atasi Penderitaan dengan Manajemen Cinta” merupakan gagasan dari Firti Indriani, M.Pd.I.

“Kami ingin membekali mahasiswa terkait manajemen cinta, agar nantinya para calon pendidik ini memiliki moral yang baik, cerdas, kritis, dan islami,” ungkap Probosiwi.

Selain itu, tujuan utama dari penyelenggaraan acara ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa di luar jam kuliah resmi dan untuk mengingatkan mental mahasiswa agar pandai dalam menentukan sikap perihal karier dan cinta.

“Jatuh cinta itu diperbolehkan dan itu fitrah, setiap manusia pasti merasakan jatuh cinta. Yang penting sekarang tidak membangun komitmen dulu, karena komitmen itu punya kensekuensi yang berat,” pungkas Ustad Iip di akhir acara. (ard)

Periksa Gratis di Apotek UAD

Setelah Apotek UAD #2 diresmikan oleh Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Dr. Kasiyarno, M.Hum., pemeriksaan gratis pun langsung dilayani oleh para apoteker. Ilham selaku apoterker Farmasi menjelaskan, ada 2 dokter dan 6 apoterker yang melayani. Mereka memeriksa, gula darah, asam urat, dan kolesteror.

“Pemeriksaan akan dilayani sampai pasien habis,” terang Ilham saat ditemui pada acara peresmian Apotek UAD yang terletak di Jalan Jambon Kricak Tegalrejo Ruko  IBC Yogyakarta Minggu, (5/3/2017).

Kasiyarno menghimbau kepada apoker agar memberikan pelayanan yang baik. Apa lagi saat ada yang ingin konsultasi. “Meski kita jualan obat, jangan sampai menawarkan obat kepada pelanggan jika orang yang bersangkutan tidak butuh obat,” ucapnya saat memberi sambutan.

Selain menyediakan obat-obatan yang lengkap, Apotek UAD juga menyediakan dokter umum dan dokter jiwa.

“Mereka dijadwal tiga kali dalam seminggu. Tiga hari untuk dokter umum dan tiga hari untuk dokter jiwa. Dokter jiwa dijadwalkan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Sedangkan dokter umum dijadwalkan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu,” kata Drs. Safar Nasif, M.Si. selaku pendiri saat laporan.

 

Membuka Lapangan Kerja dari Kotoran

Barangkali tampak mustahir jika kita menggunakan kotoran sebagai bahan menciptakan lapangan kerja. Tapi tidak bagi tim Program Pengabdian Masyarakat (PPM) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM-UAD). Melalu Musfirah, M.Kes., Ahmad Faizal Rangkuti, M.Kes., dan Khoiriyah Isni, M.Kes serta Tim Mahasiswa dari Peminatan Kesehatan Lingkungan pemberdayaan limbah kotoran sapi disulap menjadi bahan lapangan kerja.

Melalui pelatiha dengan tema “Pemberdayaan Peternak Sapi Yang Dikemas Dari Perspektif Kesehatan Lingkungan” dosen FKM menjelaskan cara memperdayakan kotoran sapi.

Musfirah, Ketua Penyelenggara PPM mengatakan pelathan seperti ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Momen ini diharapakan bisa menstimulus peternak sapi dalam menangani limbah ternak agar terwujud kepedulian kesehatan lingkungan.

Menurut ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Desa Jambidan, Bapak Edy Utama, diharapkan dengan adanya program pemberdayaan ini  dapat memberi dampak dan kesan positif secara langsung bagi peternak sapi maupun warga sekitar sehingga terampil dalam menangani limbah ternak menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis tanpa mengabaikan aspek kesehatan lingkungan.

Hal senada pula di ungkapkan salah satu anggota PPM “Tujuan kami agar peternak sapi dapat memanfaatkan ketrampilan tersebut untuk bisnis, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru, selain itu juga agar dapat meminimalisir limbah ternak di lingkungan sekitar.” kata Ahmad Faizal saat memberikan pelatihan di di Desa Jambidan, Bantul.

 

Khoiriyah Isni menambahkan, penanganan limbah ternak perlu pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) utamanya dalam merawat ternak dan kandang.

 

”Selama ini limbah ternak di desa kami belum pernah diolah sedemikian rupa, hanya dibiarkan menumpuk begitu saja sehingga menimbulkan bau tidak sedap sehingga kami penasaran bagaimana bisa mengatasi masalah tersebut,” kata Pak Awet.

 

Pada kesempatan tersebut Tim PPM juga menyerukan gerakan pembagian masker dan sarung tangan lateks kepada peserta untuk membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka menghimbau agar mencuci tangan dengan bersih setelah melakukan aktivitas.

Acara yang berlangsung selama dua hari 23-24 Februari 2017 ini diikuti kelompok ternak Dukuh Kretek dan Pamotan. Rencananya sebagai tindak lanjut dari hasil olahan tersebut akan dipantau terus sambil melakukan pendampingan pada peternak.

 

 

 

 

Apotek UAD Sediakan Dokter Umum dan Jiwa

Selain menyediakan obat-obatan yang lengkap, Apotek Universitas Ahmad Dahlan (UAD) juga menyediakan dokter umum dan jiwa. "Mereka dijadwal, tiga kali dalam seminggu, untuk dokter umum tiga hari, dokter jiwa juga tiga hari." Kata Drs. Safar Nasif, M.Si dalam laporannya Minggu, (5/3/2017).

Safar selaku ketua pendiri Apotek UAD menambahkan, dokter jiwa dijadwalkan pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan dokter umum dijadwalkan pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Selain fasilitas dokter, apotek UAD yang ke dua ini juga didukung oleh Fakultas Farmasi UAD.

Ditemui Dekan Farmasi Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si, Ph.D., Apt. mengatakan Farmasi UAD akan mendukung pengelolaan manajerial, dan pengembangan apotek. "Selanjutnya Apotek UAD akan dikembangkan dan tersebar ke seluruh Indonesia. Dalam dekat ini Apotek ke tiga UAD akan dibangun di SPBU UAD." Terang Dyah.

Apotek UAD yang terletak di jalan Jambon Kricak Tegalrejo Ruko IBC, Yogyakarta ini diresmikan langsung oleh Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum dan dihadiri tokoh masyaralat setempat.

Rektor berharap masyarakat saling memberi informasi jika obatnya ada yang kurang atau yang dibutuhkan, "silahkan langsung berikan informasi kepada apotekernya." Pintanya kemudian.

Lebih lanjut Rektor menjelaskan, selain dokter umum dan dokter jiwa nanti akan ditambah dokter gigi.

 

Teduh: Sebuah Novel di Antara Tesis dan Pekerjaan

“Aku mulai menyumpah diri. Pantang berhenti sebelum keringat menetes, pantang pulang sebelum kebenaran hidup ada di genggaman.” (Teduh, hlm. 99)

Bagi Sigit Apriyanto, S. Pd., menulis karya fiksi merupakan suatu hal yang baru. Sebelumnya, mahasiswa Pascasarjana Pendidikian Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (PBI-UAD) Yogyakarta ini lebih sering menulis karya-karya ilmiah seperti modul pembelajaran daripada karya sastra. Berkat kegigihan dan keinginan yang kuat, pada awal tahun 2017 novel pertamanya yang berjudul Teduh akhirnya dapat terbit.

“Dari novel ini, saya punya cerita yang ingin saya bagikan kepada orang lain. Karena saya bukan orang yang gampang percaya dengan orang lain, maka saya melampiaskan apa yang ada di pikiran dan perasaan saya dalam tulisan. Saya juga bukan ‘pelupa yang baik’ atas masa lalu saya, novel Teduh yang saya tulis merupakan masa lalu saya yang sulit untuk dilupakan,” terang Sigit ketika ditemui di sela-sela kesibukannya.

Menurut penuturannya, petama kali dia mecoba untuk menulis terinspirasi dari sebuah buku berjudul Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer dan beberapa film yang diangkat dari tulisan Buya Hamka. Lelaki kelahiran Cilacap 29 tahun yang lalu ini sempat galau menentukan tema yang akan diangkat menjadi sebuah tulisan, sampai akhirnya mendapat pencerahan dari sebuah film berjudul The Great Gatsby. Ada diaolog antartokoh yang membuat Sigit kemudian memutuskan untuk menulis masa lalunya. “Tulislah apa yang pertama Anda pikirkan, dan tuliskan apa yang paling dekat dengan Anda.” (The Great Gatsby).

“Pada tahun 2014 saya mulai menulis dalam rentang waktu 2 sampai 3 bulan tanpa mengetahui teknik-teknik menulis novel. Saat itu saya benar-benar belum paham mengenai sastra, yang terpenting saat itu saya ingin menuliskan apa yang ingin saya tuliskan.” Ungkap Sigit sambil berkelakar.

“Di suatu waktu setelah menyelesaikan draf, saya sempat bertemu dengan seorang kawan di suatu organisasi, namanya Iqbal Saputra. Waktu itu saya memberanikan diri untuk memberikan draf itu kepadanya karena saya pikir dia paham tentang karya sastra. Baru beberapa paragraf dibaca dia nyeletuk ‘karyamu jelek aja belum’. Bagi saya ini sangat menyakitkan, dan saya berpikir apa maksud dari perkataannya.” Lanjut Sigit.

Setelah beberapa kali berdiskusi dengan Iqbal dan bertemu beberapa rekan di Kelompok Belajar Sastra Jejak Imaji, Sigit memahami bahwa tulisannya perlu diperbaiki lagi.

 

Perbaiki Tulisan dan Bekerja

Tidak mudah bagi Sigit untuk memperbaiki tulisan yang sudah jadi. Ia harus membagi waktu sebagai pengajar di LPK (Lembaga Pendidikan Kursus) di Yogyakarta, menyelesaikan tesis, dan merampungkan novelnya. Bagi lelaki yang kini berdomisili di Yogyakarta ini membagi waktu adalah sesuatu yang sangat sulit, dibutuhkan konsistensi dan semangat untuk menyelesaikan setiap pekerjaan.

“Saya memutuskan untuk menyelesaikan novel waktu dini hari. Dini hari adalah saat mood saya sedang baik. Kata kawan saya yang bernama Sule, mood itu harus diciptakan, bukan ditunggu.” Ungkapnya.

Selama proses penulisan novel Teduh, banyak hal yang dialami dan tidak terduga bagi ayah Nayla ini. Dia dipertemukan dengan orang-orang baru dan yang sangat tidak diduga adalah Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., mau memberikan kata pengantar bagi novelnya.

“Kebetulan Pak Kasiyarno adalah pembimbing tesis saya. Alhamdulillah juga beliau mau memberikan kata pengantar di dalam novel Teduh. Mungkin selanjutnya mau memberikan acc tesis saya,” kata Sigit diiringi tawa.

Bagi Sigit, novel yang ia tulis sebenarnya dipersembahkan pada putrinya yang bernama Nayla. Nayla selalu menjadi penyemangat ketika terpuruk. Lelaki berambut klimis ini memiliki keinginan agar kelak putrinya membaca Teduh ketika sudah tumbuh dewasa. Agar Nayla tahu bagaimana perjuangan hidup ayahnya.

“Plan ke depannya saya akan melanjutkan novel ini menjadi dwilogi atau trilogi, sebab beberapa pembaca menanyakan kelanjutan ceritanya ketika Januari kemarin Teduh di launching di salah satu SMK di Cilacap dan Februari di salah satu yayasan AIDS Indonesia di Yogyakarta.”

Rencananya, pada tanggal 8 Maret 2017 novel Teduh karya Sigit Apriyanto akan didiskudikan di Forum Apresiasi Sastra (FAS) yang diselenggarakan atas kerja sama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah dengan Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD di Hall Kampus 2, Jalan Pramuka. (ard)