Dosen UAD Ungkap Pentingnya Kedaulatan Obat-Obatan di Indonesia
Pada suatu kesempatan saat berkunjung ke kantor redaksi salah satu media cetak di Yogyakarta, Dr. Kintoko, M.Sc.,Apt., dosen Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjelaskan mengenai obat-obatan di Indonesia.
Ketua Departemen Riset dan Pemberdayaan Ummat dari Healthcare Professionals for Sharia (Help-S) ini mengungkapkan, berdasar kajian dan penelitian, sekitar 60 persen pasar obat Indonesia dikuasai produk dari Tiongkok. Selebihnya menjadi rebutan antara India, Amerika, dan sejumlah negara lain. Menurutnya, kontribusi dari dalam negeri masih sangat kecil, meski Indonesia sebetulnya memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Berbekal potensi kekayaan sumber daya alam yang luar biasa besarnya, sudah semestinya Indonesia mampu memenuhi kebutuhan obat-obatan secara mandiri. Hal tersebut sangat penting dilakukan, mengingat sejauh ini sekitar 96 persen bahan aktif obat di Indonesia masih dipasok dari luar negeri.
“Sudah waktunya Indonesia memiliki kedaulatan dalam obat-obatan. Menurut data, dalam setahun Indonesia harus mengeluarkan anggaran 11 triliun rupiah hanya untuk impor bahan baku obat-obatan,” jelas Kintoko.
Ia menambahkan, menurut Kementerian Perindustrian, Indonesia surplus bahan baku aktif obat yang diperoleh dari industri migas. Indonesia juga memiliki 37.000 jenis tanaman obat dan 350.000 ramuan tradisional yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan obat.
Menyikapi hal tersebut, Kintoko menyoroti pembangunan industri obat-obatan nasional guna menuju kedaulatan obat.
“Indonesia belum memiliki kebijakan tegas dan pasti. Bahan baku dan obat dari luar negeri masih dapat dengan mudah masuk ke Indonesia. Sementara ketika ingin memproduksi obat-obatan sendiri yang sebenarnya memiliki kualitas lebih bagus, terkendala biaya produksi yang tinggi sehingga berpengaruh pada harga jual di masyarakat,” tandasnya.
Mengingat betapa pentingya obat, Kintoko akan menjadi salah satu narasumber pada seminar bertajuk “Indonesia Sehat dalam Rahmat dan Lindungan Allah, Kedaulatan Obat Indonesia”. Seminar ini akan dilangsungkan Sabtu (14/4/2018) di Rumah Sakit Pratama, Jln. Kolonel Sugiono No. 98, Karanganyar, Mergangsan, Yogyakarta.
“Seminar yang akan diadakan ini sebagai solusi. Minimal pemerintah mengetahui potensi yang dimiliki Indonesia di bidang obat-obatan, sehingga dapat menjadi pedoman mengambil kebijakan menyangkut kedaulatan obat nasional,” pungkasnya. (doc)