Fakultas Farmasi UAD Adakan Seminar International SMCCR
Penyembuhan Terapi Perlu Kepatuhan Pasien
Sabtu, 25 Mei 2013 Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Adakan Seminar Internasional dengan tema The International Conference on Safety Management of Central Cytotoxic Reconstitution (SMCCR) in Pharmacy Practice. Acara yang belansung di The Grand Tjokro Hotel, Yogyakarta, Indonesia tersbut menghadirkan Pembicara dari Belanda yaitu Prof. Dr. A.A. Kaptein (Leiden University Medical center) “Drug Reconciliation”, Dra. L Endang Budiarti, M.Pharm., Apt (Bethesda Hospital Yogyakarta) “Pharmacist Role in Oncology Management” dan Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si., Apt (Lecture of Ahmad Dahlan University) “ Development of pharmacist’s skill in medical reconciliation”
Manajemen Keselamatan Rekonstitusi sitotoksik tengah dalam Praktek Farmasi sangatlah penting bagi kemjuan kefarmasian. Ida Selaku Humas Fakultas menyampaikan, keberhasilan terapi pengobatan tidak mutlak tergantung dari obat yang digunakan, tetapi juga tergantung dari kepatuhan pasien.
Selain itu lanjutnya, lingkungan sosial, kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi keberhasilan terapi. Untuk menciptakan kepatuhan pasien dalam pengobatan sangat diperlukan kerjasama antar tenaga kesehatan dan pasien itu sendiri serta lingkungan sekitarnya. Dengan demikian perlu dikembangkan ketrampilan tenaga kesehatan untuk dapat saling bekerjasama dalam keberhasilan terapi pada pasien.
Lebih lanjut Dosen Farmasi tersebut menjelaskan. Pasien pengguna obat-obat khemoterapi, untuk keberhasilan terapinya juga diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien, untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan. Pengelolaan obat-obat khemoterapi diketahui harus dikelola dengan baik karena dapat membahayakan baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan obat-obat khemoterapi tersebut.
“Instalasi Farmasi Rumah Sakit punya tanggung jawab yang besar untuk pengelolaan obat-obat khemoterapi, dan yang perlu diperhatikan adalah banyaknya potensi obat-obat khemoterapi yang membahayakan bagi tenaga kesehatan. Untuk itu diperlukan manajemen yang baik untuk pengelolaan obat-obat khemoterapi ini, sehingga aman bagi pasien, aman bagi tenaga kesehatan, dan aman bagi lingkungan.” tambahnya dalam emailnya. (Doc)