Fenomena Gerhana Bulan, Sinergi Ilmu Pengetahuan dan Agama
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Pusat Studi Astronomi (Pastron) dan Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) bekerja sama dengan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (MTT PP) Muhammadiyah menyelenggarakan kajian ilmiah serta salat sunnah gerhana bulan. Gerhana bulan total yang terjadi (31/1/2018) dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, diawali dari gerhana bulan penumbra dan diakhiri gerhana bulan sebagian. Secara keseluruhan, gerhana bulan bisa berlangsung selama lebih dari 5 jam.
MTT PP Muhammadiyah menyatakan bahwa yang disunnahkan untuk salat sunnah gerhana adalah selama fase gerhana bulan parsial dan gerhana bulan total, tidak mencakup pada fase gerhana bulan penumbra.
Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., pada sambutannya menegaskan kajian ilmiah semacam ini akan terus dilangsungkan, terutama untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, menurutnya, fenomena gerhana bulan menjadi momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.
“Fenomena gerhana bulan yang terjadi saat ini bisa dijelaskan secara ilmiah, jangan mengaitkan dengan takhayul atau mitos. Di sisi lain, ada salat sunnah gerhana bulan. Ini menunjukkan antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama memiliki sinergi. Kegiatan yang dipelopori Pastron dan LPSI ini merupakan bentuk kepedulian UAD untuk mencerdaskan masyarakat,” tandasnya.
Sementara, meski gerhana bulan tidak terlihat di langit Yogyakarta, masyarakat, dosen, karyawan, dan mahasiswa UAD tetap antusias dan berbondong-bondong memenuhi Masjid UAD di Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul. Dari penjelasan pakar falak, Drs. H. Oman Fathurrahman SW., M.Ag., meskipun gerhana bulan tidak terlihat di langit, salat sunnah tetap dilakukan.
“Bukan masalah terlihat atau tidaknya, tetapi momentum atau kejadian gerhana bulan yang menjadi dasar kita tetap ingat kepada Allah Swt.,” paparnya saat mengisi kajian ilmiah setelah salat sunnah gerhana bulan.
Di sisi lain, Yudhiakto Pramudya, Ph.D., Kepala Pastron UAD mengungkapkan, sejumlah teleskop yang telah dipersiapkan Pastron tidak bisa difungsikan karena keadaan langit dipenuhi awan mendung. Namun, sebagai gantinya Pastron bergerak cepat dengan menayangkan streaming gerhana bulan di belahan benua Amerika.
Anggota Divisi Hisab dan IPTEK Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah 2015-2020 ini mengimbau untuk menumbuhkan kesadaran mencintai astronomi melalui pengurangan polusi cahaya. (ard/doc)