Fertigasi Kendi sebagai Alternatif Budi Daya Cabai Lahan Kering
Cabai merupakan kebutuhan pangan yang mempunyai permintaan tinggi di pasaran, terutama cabai rawit. Keberadaannya tidak hanya dibutuhkan oleh skala rumah tangga, tetapi juga sektor perdagangan dan industri. Permintaan tinggi sedangkan suplai pasar yang tidak stabil, membuat harganya berfluktuasi. Tercatat pada awal tahun 2017, harga cabai rawit melambung di atas Rp100.000,00 per kg.
Kabupaten Gunungkidul terkenal dengan lahan kering dengan sifat pertanian berupa tadah hujan. Pada musim kemarau, lahan-lahan di lokasi tersebut acap kali tidak termanfaatkan karena sulitnya sumber air.
Berdasar pada beberapa alasan tersebut, dengan dukungan dana dari Kemenristek Dikti melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (Ipteks bagi Masyarakat/IbM), tim dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yaitu Tri Wahyuni Sukesi, M.P.H.; Sulistyawati, M.P.H., dan Dr. Surahma Asti Mulasari, M.Kes., mengusung program Pemberdayaan Masyarakat dalam Budi Daya Cabai Lahan Kering dengan Teknik Fertigasi Kendi.
Kegiatan IbM tersebut bermitra dengan dusun Soka dan Sepat, Ngoro-oro, Patuk, Gunungkidul. Rangkaian kegiatan sosialisasi dan pelatihan dibuka oleh Perwakilan Pemerintah Desa Ngoro-oro, yaitu Dalyuni pada Selasa (18/7/2017) di Balai Desa Ngoro-oro.
Dalyudi menyambut baik program yang diusung oleh tim, dan berharap dapat berjalan secara berkesinambungan. Pada kesempatan itu pula, diserahkan hibah alat-alat kegiatan dari tim pengusung dan LMP UAD ke mitra, yakni berupa seperangkat bak komposter lindi, kendi, dan bor piorori.
Gambar 1. Serah terima alat secara simbolis dari tim pengusung, LPM UAD ke Mitra |
Gambar 2. Panen pupuk cair (lindi) yang selanjutnya digunakan pada fertigasi kendi |
Kegiatan yang berlangsung hingga Agustus ini menggunakan metode training dan praktik. Training yang diberikan antara lain tentang teknik bercocok tanam dengan fertigasi kendi, pembuatan pupuk kompos padat maupun cair (lindi), dan pembuatan lubang resapan biopori. Lindi yang dihasilkan dari kegiatan tersebut dimanfaatkan untuk pupuk dalam fertigasi kendi. Monitoring dilakukan dari rumah ke rumah peserta training untuk melihat kemajuan aplikasi program.
Gambar 3. Media tanam cabai dengan teknik fertigasi kendi
Harapannya, program ini dapat menjadi alternatif bertani bagi warga masyarakat setempat dan secara luas memberi wacana bagi daerah atau wilayah yang memiliki karakteristik yang sama. Sementara itu, cabai yang dipanen dapat dijual sebagai komoditi maupun memenuhi kebutuhan rumah tangga.