Ayo Ikuti Workshop dan Pelatihan MC bersama Prabu Revolusi

Workshop dan Pelatihan MC bersama Prabu Revolusi (News Anchor Metro TV) beserta trainer dari Swaragama FM dan Puspadanta. Acara akan diselengarakan pada 9 Desember 2012 Pukul 08.00 Tempat di Audit Kampus 1 Jalan Kapas no. 9 Semaki, Yogyakarta

HTM:

Rp 40.000,- (Mahasiswa S1 UAD)
Rp 45.000,- (Mahasiswa non UAD/ Pelajar)
Rp 65.000,- (Umum)Fasilitas:

Peserta akan mendapatkan
– Snack
– Lunch
– Certificate
– Handout
– Seminar Kit

Yang ingin medaftar datang langsung ke EDSA’s Office (Gedung Belakang Lantai 2 Kampus 2 UAD, Jalan Pramuka no. 42 Yogyakarta)

More info:
081952110375 (Muthi’)
085664569068 (Shila)

Read more

Info Bea-Mahasiswa Tahun 2013

Info Bea-Mahasiswa 2013 bagi Mahasiswa Reguler UAD asal dari DIY semester 3 dan 5 yang kurang mampu. Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY akan memberikan Bantuan Biaya Pendidikan bagi Mahasiswa Tahun 2013.

Syarat- syarat:

1. IPK minimal 3,00

2. Fotokopi KTM,

3. Fotokopi KTP,

4. Fotokopi KHS dari Semester 1 sampai sekarang yang dilegalisir,

5. Surat keterangan kurang mampu (SKKM),

6. Fotokopi Kartu Keluarga

Masing-masing berkas rangkap 1 dan dimasukkan ke dalam map. SKKM dan Fotokopi KK dapat menyusul.

Persyaratan dikumpulkan paling lambat tanggal 30 November 2012 Jam 10.00 WIB di Ruang Biro Kemahasiswaan dan Alumni KAmpus 1 Lantai 1.

Read more

UAD Bersama UUM Selenggarakan Studium General “Beberapa Aplikasi untuk Menilai Informasi dalam Media Sosial”

Prodi Teknik Informatika UAD dan Prodi Sistem Informasi UAD Hadirkan Pakar dari Universitas Utara Malaysia

studium-general-uad-uum-mohd-sobhi-ishak

Jum’at, 30 November 2012, Prodi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Prodi Teknik Informatika UAD menyelenggarakan studium general bertemakan “Beberapa Aplikasi untuk Menilai Informasi dalam Media Sosial”. Acara yang berlangsung di ruang 306 Kampus 3 UAD Jl. Soepomo Yogyakarta menghadirkan Dr. Mohd. Sobhi Ishak dari Universitas Utara Malaysia.

Acara yang dihadiri oleh Ketua Program Studi Teknik Informatika UAD Sri Winiarti, S.T., M.Cs. dan Ketua Program Studi Sistem Informasi Imam Azhari, S.Si., M.Cs terbilang sukese. Terbukti peserta yang hadir membludak sampai di luar ruangan untuk mendengarkan ceramah dari pemateri.

Dr. Mohd. Sobhi Ishak, sebagai pembicara menjelaskan bahwa penggunaan media sosial sudah menyebar luas di masyarakat. Pemanfaatan dari yang sifatnya sekedar senang-senang hingga suatu urusan yang sangat besar. Seperi urusan kenegaraan. Tokoh dunia sebesar Obama saja masih tetap menggunakan media sosial (Twitter dan Facebook) untuk mendukung pencitraan dirinya.

Lebih jauh Dr. Mohd. Sobhi Ishak menuturkan bahwa efek penggunaan media sosial terhadap suatu organisasi bermanfaat untuk menciptakan image branding. Melihat realitas ini, maka perlu ditindaklanjuti dengan kerja akademik yaitu melakukan penelitian untuk mengukur efektifitas media sosial bagi kemajuan perusahaan. Contohnya melalui aplikasi ke dunia maya.

Untuk itu Dr. Mohd. Sobhi memberi kesempatan bekerja sama untuk para mahasiswa dan dosen yang ingin lebih mendalami riset bidang sosial media. (@)

studium-general-uad-uum-mohd-sobhi-ishak-pesertastudium-general-uad-uum-mohd-sobhi-ishak-tampak-dari-belakang

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
AR-SA

MicrosoftInternetExplorer4

Prodi Teknik Informatika UAD dan Prodi Sistem Informasi UAD Hadirkan Pakar dari Universitas Utara Malaysia

 

 

Jum’at, 30 November 2012, Prodi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Prodi Teknik Informatika UAD menyelenggarakan studium general bertemakan  “Beberapa Aplikasi untuk Menilai Informasi dalam Media Sosial”. Acara yang  berlangsung di ruang 306 Kampus 3 UAD Jl. Soepomo Yogyakarta menghadirkan Dr. Mohd. Sobhi Ishak dari Universitas Utara Malaysia.

 

Acara yang dihadiri oleh Ketua Program Studi Teknik Informatika UAD Sri Winiarti, S.T., M.Cs. dan Ketua Program Studi Sistem Informasi Imam Azhari, S.Si., M.Cs terbilang sukese. Terbukti peserta yang hadir membludak sampai di luar ruangan untuk mendengarkan ceramah dari pemateri.

 


Dr. Mohd. Sobhi Ishak, sebagai pembicara menjelaskan bahwa penggunaan media sosial sudah menyebar luas di masyarakat. Pemanfaatan dari yang sifatnya sekedar senang-senang hingga suatu urusan yang sangat besar. Seperi urusan kenegaraan. Tokoh dunia sebesar Obama saja masih tetap menggunakan  media sosial (Twitter dan Facebook) untuk mendukung pencitraan dirinya.

 

Lebih jauh Dr. Mohd. Sobhi Ishak menuturkan bahwa efek penggunaan media sosial terhadap suatu organisasi  bermanfaat untuk menciptakan  image branding. Melihat realitas ini, maka perlu ditindaklanjuti dengan kerja akademik yaitu melakukan penelitian untuk mengukur efektifitas media sosial bagi kemajuan perusahaan. Contohnya melalui aplikasi ke dunia maya.

 

Untuk itu  Dr. Mohd. Sobhi  memberi kesempatan bekerja sama untuk para mahasiswa dan dosen yang ingin lebih mendalami riset bidang sosial media. (@)

 

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Read more

Bahasa Indonesia, Wow Begitu?!

Saya tiba-tiba teringat pada beberapa sosok Indonesianis, seperti A. Teeuw, Harry Aveling, Keith Foulcher, Greg Barton, hingga George M. Kahin. Meski mereka bukan warga pribumi (baca: WNI), namun mereka mencintai negara ini. Buktinya, mereka bisa berbahasa Indonesia dan menggunakannya secara baik. Dalam batas tertentu, mereka jauh lebih “meng-Indonesia” ketimbang diri kita. Mengapa demikian?

Menyebut nama A. Teeuw, Harry Aveling, dan Keith Foulcher dalam satu tarikan napas, berarti pula menyebut jasa-jasanya terhadap sastra Indonesia. Mendiang A. Teeuw ialah guru besar bidang kesusasteraan Indonesia modern pada Universitas Leiden, Belanda. Sementara itu, Harry Aveling merupakan pakar sastra Indonesia di La Trobe University, Australia, dan Keith Foulcher di bidang yang sama di Sydney University, Australia.

Kepakaran ketiganya di bidang sastra Indonesia sudah tak diragukan lagi. Berbagai karya bukunya dijadikan rujukan oleh para dosen, peneliti, dan mahasiswa sastra Indonesia. Saat menyusun disertasi doktoral (S-3), mereka pun sungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia. Tak ayal jika mereka begitu mahir dalam menulis karya-karya tentang kesusasteraan Indonesia, termasuk pula membimbing penelitian para dosen kita.

Dua nama berikutnya, Greg Barton dan George M. Kahin, juga pakar di bidangnya masing-masing. Barton lebih dikenal sebagai pakar kajian Asia Tenggara di Monash University, Australia, sedangkan Kahin merupakan guru besar Cornell University, AS. Seperti ketiga nama di atas, baik Barton maupun Kahin juga menulis disertasi tentang Indonesia. Sebelum itu, mereka pun sungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber penelitiannya.

Bahkan, dalam wawancaranya di sebuah harian nasional baru-baru ini, Greg Barton mengaku lebih senang berbahasa Indonesia dengan istri dan anaknya. Kata Barton, untuk menyampaikan hal yang sifatnya rahasia di tengah orang-orang Australia kami menggunakan bahasa Indonesia. Apa yang dilakukan oleh Greg Barton, juga keempat Indonesianis di atas, menjadi bukti yang tak terbantahkan tentang pesona bahasa (dan sastra) Indonesia yang luar biasa.

Alih-alih pesona bahasa Indonesia itu luar biasa, justru kita menganggapnya biasa-biasa saja. Seolah tak ada yang istimewa, bahkan kita pun cenderung tidak bangga berbahasa Indonesia. Ketidakbanggaan kita tecermin pada ucapan-ucapan sehari-hari yang cenderung mencampuradukkan bahasa asing dan bahasa Indonesia. Gejala ini saya sebut dengan istilah “Indoenglish”. Entah lazim atau tidak, fenomena “Indoenglish” kian kental di lidah kita sekarang.

Pada gilirannya, saya menduga akan terjadi ketidakbanggaan berbahasa Indonesia pada diri kita di masa-masa mendatang. Padahal, orang-orang asing, termasuk kelima Indonesianis di atas, sangat mencintai bahasa Indonesia. Untuk itu, marilah kita giatkan dan tumbuhkan perasaan cinta terhadap bahasa Indonesia. Dengan cara begitu, kita akan “meng-Indonesia” seperti halnya kelima Indonesianis tadi.

Akhirnya, semoga kita dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, serta penuh kebanggaan. Tak ada artinya kebanggaan tanpa kepedulian; dan tak ada artinya kepedulian tanpa rasa cinta. Mencintai bahasa Indonesia itu berbanding lurus dengan mencintai tanah air, bangsa, dan negara ini. Jika tidak ada rasa cinta, lantas kita sendiri akan berujar dengan nada sarkastis, “Bahasa Indonesia wow begitu?!” Semoga tidak![]

Read more

84 Tahun Sumpah Pemuda

Sudaryanto

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen PBSI FKIP UAD Yogyakarta

Jakarta, 28 Oktober 1928. Para pemuda dari pelbagai daerah di Nusantara telah berkumpul. Ada Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes, dan sebagainya. Mereka berkumpul dalam Kongres Pemuda II, dan lantas mengikrarkan diri ke dalam satu simpul pengakuan: Sumpah Pemuda. Alangkah hafalnya kita akan isi sumpah tersebut; namun alangkah sulitnya untuk mengimplementasikan ke dalam perbuatan sehari-hari.

Kini, setelah 84 tahun berlalu, gema dari ketiga butir dalam Sumpah Pemuda itu terdengar lamat-lamat, bahkan nyaris sunyi. Pada butir pertama yang berbunyi asli “Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah Darah jang satoe, Tanah Indonesia”, segera terbayang betapa perjuangan para pemuda saat itu luar biasa. Mereka berani menanggalkan baju kedaerahan dan perbedaan yang ada, berganti dengan baju keindonesiaan yang utuh.

Pada butir kedua dan ketiga yang berbunyi asli, “Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa Jang satoe, bangsa Indonesia”, dan “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng Bahasa persatoean, bahasa Indonesia”, pun terbayang lagi perjuangan pemuda saat itu. Sebuah perjuangan yang saya kira betul-betul ikhlas, serta membawa pengaruh besar bagi gerak kemajuan bangsa ini di masa-masa berikutnya.

Tapi kini, apa mau dikata. Alih-alih gerak maju, justru bangsa ini mengalami gerak mundur pelan-pelan. Bangsa ini lambat laun, seperti disindir oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), menjadi gelandang di rumah sendiri. Betapa tidak! Kita dianugerahi sebuah negeri yang kaya raya, tapi kita malas untuk mengelolanya. Akhirnya, atas kemalasan itu kita tawarkan kepada pihak asing untuk mengelolanya.

Sayangnya, pihak asing itu tidak mengelolanya dengan amanah dan profesional sehingga kerugianlah yang kita derita saat ini. Lewat tulisan ini, kita perlu menyerukan agar para pemimpin kita tidak lagi menggelar karpet merah bagi pihak asing mana pun. Saya yakin, apabila pemimpin bangsa ini amanah dan profesional dalam mengelola sumber daya alam (SDA) yang ada, kelak kesejahteraan hidup tidak lagi menjadi mimpi di siang bolong bagi kita.

Di sisi lain, kita patut prihatin dengan makin maraknya aksi kekerasan, termasuk aksi tawuran pelajar yang terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu. Lebih ironis, ternyata pelaku kekerasan itu ialah para pelajar yang merupakan generasi muda bangsa. Bisa Anda bayangkan, betapa bangsa ini akan selalu terjerumus ke dalam tindak kekerasan massa ketika menghadapi dinding perbedaan. Entah itu pilihan politik, agama, status sosial, atau yang lainnya.

Apabila momentum Kongres Pemuda II itu kita tapak-tilasi kembali, seyogianya semua perbedaan yang ada dapat diterima dengan lapang. Pasalnya, sekali lagi mengutip Cak Nun, yang harus kita cari itu esensi, bukan eksistensi. Para pemuda yang hadir dalam Kongres Pemuda II saat itu, jelas-jelas berbeda suku, bahasa, dan agama; namun tekad mereka satu: ingin mencari esensi dalam wadah yang bernama Indonesia.

Akhirnya, melalui momentum Hari Sumpah Pemuda, semoga kita selaku warga bangsa tergerak hati untuk kembali merefleksikan seberapa besar komitmen kita untuk bangsa-negara tercinta ini. Paling tidak, hal itu kita mulai dari seberapa besar cinta kita dalam menggunakan bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari, juga mengikhlaskan diri demi kepentingan bangsa. Itulah esensi keindonesiaan yang perlu kita tumbuhkan mulai hari ini. Selamat Hari Sumpah Pemuda![]

Read more

Pembayaran SPP Online diseluruh cabang BRI

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Curabitur dolor mi, ultrices vel, convallis at, condimentum ultricies, leo. Duis sed orci id nulla tincidunt vestibulum. Nullam luctus auctor tortor. Nam sed lectus a sem ultricies ornare.

Nullam pharetra molestie sem. Integer vel nibh quis libero tempus aliquam. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Duis eget nunc quis nibh rhoncus mattis. Pellentesque dictum eros vel quam. Donec tempus.

Habitus dan Pengajaran Bahasa Inggris

Oleh: Hendra Darmawan, S.Pd*)

Bahasa inggris semakin hari menjadi media yang efektif untuk menjadikan dunia lebih datar (Flat).

hendra_darmawan

Milton L Friedman (2009) menyatakan bahwasanya hanya bangsa yang mampu menghadapi flatism (kedataran) yang akan memenangi kompetisi globalisasi, salah satunya dengan penguasaan bahasa asing. Penguasaan bahasa asing menjadikan banyak perangkat ilmu pengetahuan dan teknologi terbahasakan (readability) dan dapat diterjemahkan (transalatability) sehingga makin lebih banyak kalangan mengaksesnya. Tidak heran jika banyak kita dapati tulisan-tulisan baik dalam sekala kecil maupun dalam sekala besar berbahasa inggris. Contohnya adalah kata-kata seperti inbox, exit, enter, push, pull, ATM (authomatic teller machine), on sale, discount, laundry dan lain-lain. Ini menunjukkan ada habitus yang cukup mendukung guna terciptanya pembelajaran bahasa asing (inggris) yang lebih baik.

Perlu perangkat yang lebih sistematis agar pembelajar bahasa asing tidak serampangan menyerapnya. Salah satu upaya itu adalah pengajaran bahasa inggris sejak dini, sejak di sekolah dasar hari ini anak-anak sudah dikenalkan bahasa inggris. Pengenalan bahasa asing (inggris, arab, dll) sejak anak-anak merupakan periode yang paling baik dalam pemerolehan bahasa (children language acquisition). Selain bahasa ibu, bahasa Indonesia, mereka juga dapat belajar bahasa inggris lebih awal. Upaya ini menyiapakan mereka untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik sekaligus siap menjadi manusia modern (world citizenship).

Bahasa inggris dan Pemberdayaan Masayarakat

Balum lama ini, tepatnya tahun 8-11 desember 2011 di Yogyakarta diselenggarakan seminar internasional bertajuk “The 16th English in South East Asia Conference” dengan tema “English for people Empowerment”-Bahasa Inggris untuk pemberdayaan masyarakat. Inisiatif acara ini muncul dari asosiasi pengajaran bahasa inggris di asia tenggara melibatkan kampus-kampus ternama dari Indonesia, Malaysia, Philippine dll. Acara ini merupakan bukti bahwasanya banyak kalangan yang juga concern dengan upaya melawan dominasi bahasa satu terhadap bahasa yang lain (linguistic imperialism). Civitas akademika telah dengan sadar akan perlunya peran pemberdayaan dari bahasa inggris itu sendiri. Peran pemberdayaan ini sangan relevan dengan program UNESCO yang telah berjalan selama 20 tahun sejak 1992 apa yang dinamakan dengan Education for Sustainable Development (ESD). Setiap unsur pendidikan dan pengajaran harus menemukan relevansi dengan keberlanjutan tidak hanya jangka pendek tetapi jangka panjang.

Ruang aktualisasi berbahasa

Keberadaan sebuah bahasa sangat bergantung pada frekuensi penggunaannya. Terciptanya banyak forum, kesempatan dan ruang public untuk artikulasi bahasa baik berupa, dialog, pembacaan puisi, cerpen, public speaking, lomba pidato dan lain-lain merupakan faktor pendukung revivalisme bahasa. Di banyak sekolah dapat kita dapati agenda seperti bulan bahasa, apresiasi seni dan lain-lain. Forum-forum tersebut diatas tidak hanya dalam apresiasi bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa inggris. Bahkan ada beberapa sekolah yang telah memilii asrama (Boarding schools) mendisiplinkan anak didiknya dalam berbahasa Indonesia dan inggris (partial emersion) . Dengan banyaknya habitus yang tercipta, makin banyak frekuwensi anak-anak (learners) mempraktekkan keterampilan berbahasa mereka.

Keberadaan bahasa Indonesia dan inggris dalam kehidupan masyarakt Indonesia, hendaknya memiliki peran yang saling menguatkan (language revivalism) tidak sebaliknya saling memunahkan. Nasionalisme dalam berbahasa khususnya bahasa Indonesia perlu keteladanan para pendidik, tenaga kependidikan, peneliti, bahkan semua pihak salah satunya dengan banyak menggunakan bahasa baku yang telah disahkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Sangatlah berlebihan jika ada kalangan menilai dengan adanya upaya penghapusan bahasa inggris di sekolah dasar hanya semata karena alasan kohesi nasional kita sebagai bangsa. Pandangan ini harus melangkah lebih jauh kepada upaya bersama untuk memunculkan sinergi kepentingan dalam menciptakan habitus berbahasa sehingga kebangkitan bahasa (language revivalism) dapat menjadi kenyataan.

*) Dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Habitus dan Pengajaran Bahasa Inggris

Read more

Dalam Rangka Milad ke-52, UAD Selenggarakan Macapat

Macapat_Milad_UAD

Dalam rangka Milad ke-52 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar sastra lisan macapat di Kampus 2 Jl. Pramuka 42 Sidikan Yogyakarta. Acara yang terselenggara pada Kamis, 22-11-2012 bekerjasama dengan Balai Bahasa Yogyakarta.

Acara macapat dibuka oleh Ketua Milad UAD ke-52 Drs. Sukardi., M.M. Dekan Fakultas Ekonomi ini menjelaskan bahwa kegiatan macapat meneguhkan eksistensi jagat sastra di UAD.

“Dengan adanya macapatan menunjukkan UAD peduli terhadap dunia kesenian tradisi. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya UAD menyelenggarakan pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk dan ludruk, ” tambah Koordinator Seni Budaya Milad UAD ke-52 Drs. Hendro Setyono. S.E. M.sc saat ditemui Tim web UAD.

Peserta yang hadir dalam ajang macapat yang bertajuk “Bab Sifat Wajib Mungguhing Allah” tersebut adalah anggota komunitas macapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hadir juga Pembina macapat Balai Bahasa Yogyakarta Sri Haryatmo dan beberapa mahasiswa asing yang kuliah di UAD. (Sbwh)

Read more

Ayo Ikuti Lomba Futsal

Dalam rangka Milad UAD ke-52. UAD adakan beberapa kegiatan khususnya lomba. Salah satunya lomba futsal untuk karyawan dan dosen UAD. Mari yang berminat, langsung mendaftar. paling lambat pendaftarannya tanggal 1 Desember. Info lebih lanjut, baca pamflet di bawah ini.

Futsal__UAD

Read more

Ayo Ikuti, Lomba Bulutangkis

Ayo ikuti, lomba bulutangkis ganda/ plesetan. Khusus dosen dan karyawan UAD. Yang berminat silahkan mendaftar. Untuk info selanjutnya. Silahkan baca dan hubungi contec persen dalam pamplet di bawah ini.

Bulutangkis_Lomba

Read more