Temu Wali Mahasiswa Fakultas Ekonomi

 

“Memang, acara seperti ini harus diadakan untuk memperlancar proses perkuliahan, beasiswa, dan mendorong semangat belajar. Saya berharap setelah lulus nanti, anak saya dapat berguna. Sebagai orang tua, kita wajib mendorong anak untuk belajar karena setiap orang tua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anaknya,” kata Ninik selaku wali salah satu mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Sabtu, (14/3/2015), diadakan temu wali mahasiswa semester II FE yang terdiri atas Program Studi Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan. Acara tersebut diadakan di auditorium kampus I UAD Jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta, dari pukul 10.00 WIB-selesai.

Dalam acara ini, dipaparkan mengenai visi dan misi FE, sistem perkuliahan di UAD, sistem perkuliahan internasional, serta perkembangan mahasiswa dari tahun ke tahun.

“FE mendapatkan tambahan 700 mahasiswa di tahun 2014 kemarin sehingga jumlah saat ini menjadi 2.000 mahasiswa. Dari 2.000 mahasiswa tersebut, 90 di antaranya berasal dari Tiongkok yang menempuh sistem join degree,” ujar Dra. Salamatun Asakdiyah, M. Si. yang merupakan Dekan FE dalam sambutannya.

FE bekerja sama dengan beberapa universitas-universitas luar negeri guna meningkatkan kompetensi pembelajaran dan pengembangan sumber daya. Harapannya, para lulusan memiliki kualitas yang baik sehingga dapat bersaing dengan dunia luar.

Acara temu wali mahasiswa tersebut merupakan upaya peningkatan mutu pelayanan universitas terhadap stakeholder mahasiswa. Di sela-sela acara, para wali diberikan kuisioner mengenai pelayanan kampus terhadap mahasiswa selama ini.

Di akhir sambutan, Salamatun mengharapkan agar para wali segan untuk bekerja sama dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan putra-putri untuk terus meningkatkan belajar. (AKN)

 

Pemanfaatan Limbah Jerami Padi Menjadi Superkarbon

 

Selama ini, limbah padi berupa jerami dan sekam hanya sebatas digunakan sebagai pakan ternak. Olahan lainnya juga sering digunakan sebagai bahan untuk pembuatan kompos. Namun di tangan Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes., limbah tersebut bisa dijadikan superkarbon sebagai bahan bakar alternatif.

Saat musim panen tiba, di daerah Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, menghasilkan jerami dan sekam padi berlimpah. Sayangnya, masyarakat setempat belum bisa memanfaatkannya. Alhasil, hanya menjadi bahan limbah yang mencemari lingkungan sekitar. Padahal, hasil dari pembakaran tersebut, yaitu karbon, sangat membahayakan bagi lingkungan dan manusia.

“Fenomena tersebut tentu menunjukkan tidak adanya kesadaran lingkungan,” ungkap Surahma saat diwawancarai di kantornya, Rabu (11/03/2015). “Apabila diolah dengan teknologi yang tepat guna, jerami dan sekam padi memiliki banyak manfaat.” 

Fakta yang ditemui di lapangan, telah menggerakkan Surahma dan tim untuk mengolah jerami dan sekam padi tersebut menjadi superkarbon. Superkarbon dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak tanah dan gas dalam rumah tangga. Tentunya, hal ini akan menghemat pengeluaran biaya hidup dan dengan adanya keterampilan ini, dapat meningkatkan perekonomian.

Kegiatan tersebut diketuai oleh Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes. Sementara anggotanya Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si., Desta Risky Kususma S.E., M.Sc., serta 27 mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Program ini berlangsung bersama dengan adanya program KKN PPM yang akan diselenggarakan pada bulan Juli tahun ini. Bentuk kegiatan yang akan dilakukan berupa pelatihan dan pendampingan pembuatan superkarbon. Harapannya, sekam padi dan jerami sisa panen dapat bermanfaat dan bernilai ekonomi.

Lowongan Penerimaan Dosen Tetap UAD 2015

 

Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

Memberikan kesempatan berkarir dan bergabung menjadi dosen tetap. 

Persyaratan dan informasi lebih lanjut di psdm.uad.ac.id

Iklan lowongan dosen tetap uad

 

Katanya Islam, Kok Gitu?

“Paham Sipilis (sekularisme, pluralisme, liberalisme) sangat berbahaya bagi generasi muda Islam,” kata Dr. Okrizal Eka Putra, L.c., M. Ag. dalam Tabligh Akbar yang diadakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Selasa, (10/3/2015) di auditorium kampus I.

Sipilis merupakan salah satu serangan untuk menjatuhkan dasar-dasar Islam yang penyebarannya semakin tajam dengan menggunakan media-media yang terlihat. Sekularisme adalah paham yang memisahkan kehidupan dunia atau sosial dari nilai-nilai dan aturan agama. Sementara pluralisme adalah paham yang menyamakan semua agama dalam kebenaran. Terakhir, liberalisme adalah paham yang tidak mau tunduk kepada al-Qur’an, misalnya dengan menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal.

Terdapat tiga tipologi manusia menurut al-Qur’an, yaitu orang yang beriman (QS. al-Mu’minuun), orang-orang kafir (QS. al-Kaafiruun), dan orang-orang munafik (QS. al-Munaafiquun).

“Sebenarnya, Allah telah memelihara kemurnian al-Qur’an melalui banyak orang yang menghafalkannya. Dari situ, sudah tertera jelas sebuah kebenaran dan sekarang tinggal mencari cara untuk dapat mengamalkannya. Jika akidah manusia sudah kuat, maka serangan Sipilis dapat dihindari, bahkan dapat diberantas,” ujar Okrizal.

Lebih lanjut, ia memaparkan tentang hukum Islam, beberapa isu kesetaraan gender yang semakin menyebar ke seluruh dunia, ulil abshar abdalla, skop liberalisasi Islam, serta beberapa langkah menanggulangi serangan tersebut yang salah satunya dengan mengamalkan seluruh ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an. Sebab, Allah hanya melihat takwa, bukan orientasi seksual manusia.

Okriza sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan IMM, “Marilah kita tetap istiqamah berdakwah di jalan yang lurus, serta menjalankan ibadah mahdloh dan ghoiru mahdloh. Dengan perbandingan asas, pendekatan, sifat, makna realitas dan kebenaran, objek kajian, serta elemen-elemen, Islam sudah sangat jauh berbeda dengan budaya Barat. Dalam Islam, agama dijadikan asas seluruh elemen peradaban, sedangkan budaya Barat, agama dijadikan sebagai salah satu elemen dari seluruh elemen peradaban,” ucapnya dalam acara yang mengangkat tema ‘Katanya Islam, Kok Gitu?’ tersebut.

Di akhir kajian, Okriza menyimpulkan bahwa sebagai kader Muhammadiyah, mahasiswa harus menguatkan akidah, patuhi sunnah nabi, selalu sami’na wa atha’na, serta mematuhi ajaran Islam. Itulah pertarungan di dunia. (AKN)

IMM Psikologi adakan Tabligh Akbar

Tabligh Akbar merupakan serangkaian acara dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Psikologi. Acara tersebut menghadirkan pembicara Dr. Okrizal Eka Putra, L.c., M.Ag. yang merupakan salah satu Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Tema yang diusung kali ini adalah “Katanya Islam, Kok Gitu”. Acara yang diadakan di auditorium kampus I, Jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta, Selasa, (10/3/2015) itu mendapat respons bagus dari peserta yang datang dari berbagai fakultas di UAD. Mereka antusias mengikuti acara dari pukul 19.30−22.00 WIB.

Acara yang diprakarsai oleh UAD, Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI), IMM, dan IMM Bersinergi tersebut bertujuan untuk menyambut Milad IMM yang ke-91.

“Ini merupakan wujud kepedulian kepada anak muda yang sekarang cenderung memerlukan adanya edukasi tentang agama. Harapannya, pengetahuan agama dapat meningkat,” kata M. Zulfikar Nur selaku ketua panitia.

Selain itu, Sucipto, M. Pd., BI. selaku pembina IMM yang juga mewakili LPSI berujar, “Acara ini akan sangat bermanfaat karena merupakan salah satu fasilitas batinniyyah yang diberikan UAD sehingga mahasiswa akan terbentuk profil dan terlihat identitasnya untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.” (AKN)

Menyelamatkan Kepunahan Penyu

Saat ini, penyu di dunia hanya tersisa 7 jenis dan semuanya dikategorikan sebagai spesies yang rawan punah (endangered species). Jenisnya antara lain Penyu Belimbing, Penyu Tempayan, Penyu Hijau, Penyu Sisik, Penyu Abu, Penyu Pipih, dan Penyu Kempii.

Menurut Monitoring Evaluasi (Monev) Agung Budiantoro, S.Si., M.Si., ada 6 jenis penyu yang dapat ditemukan di perairan Indonesia. Penyu-penyu tersebut mendarat untuk bertelur. Salah satu kawasan yang dijadikan pendaratan adalah pesisir selatan Pulau Jawa, termasuk di kawasan kabupaten Bantul, DIY.

Pesisir Bantul yang menjadi habitat pendaratan penyu adalah Pantai Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo. Di semua area pendaratan penyu, sudah terdapat kelompok konservasi yang berdiri atas kesadaran masyarakat. Semua tempat ini mudah dijangkau sehingga menjadi kawasan wisata yang kerap dikunjungi warga. 

Menurut Agung, penyu yang mendarat di pantai selatan kabupaten Bantul ada beberapa jenis, yaitu Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Sisik, dan Penyu Belimbing.

“Penyu Lekang merupakan penyu yang paling sering dijumpai mendarat di pantai selatan kabupaten Bantul. Penyu ini mempunyai ciri khas berwarna abu-abu sehingga sering disebut juga Penyu Abu-abu. Ukuran tubuhnya relatif lebih kecil daripada jenis lain. Selain itu, penyu ini mempunyai 6 pasang atau lebih sisik kostal di bagian punggung dengan warna abu-abu yang menjadi karakteristik pembeda.”

Lebih lanjut ia menjelaskan, “Penyu Lekang secara periodik pada bulan Mei sampai Agustus mendarat di Pantai Bantul. Sebagai tempat pendaratan penyu setiap tahun, maka perlu adanya upaya konservasi. Upaya tersebut sudah didukung 4 kelompok konservasi yang berasal dari masyarakat, BKSDA, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP), serta perguruan tinggi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui program Kuliah Kerja Nyata Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) tematik konservasi penyu. Selain itu, tim hukum dan konservasi dari UAD mulai tahun 2011 sudah mengawal hingga terbitnya Peraturan Bupati Bantul No. 284 tahun 2014 tentang kawasan konservasi penyu di Bantul.”

Tercatat, sejak 2011 Agung yang merupakan Dosen Prodi Biologi UAD ini sudah menjadi ketua program KKN PPM tematik penyu. Ia aktif mendampingi upaya konservasi penyu di Bantul dan beberapa kali diundang Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Bantul untuk memberikan pelatihan. Selama ini, hal-hal yang telah dilakukan antara lain:

 

Tahun 2013

  1. Pembangunan sarana pendukung kawasan konservasi penyu, seperti pembangunan Gedung Pusdatin (pusat data dan informasi) agar pengunjung mengetahui data dan informasi mengenai konservasi penyu yang ada di kawasan tersebut.
  2. Pembangunan fasilitas umum seperti MCK untuk mendukung kawasan konservasi harus diperbanyak lagi.
  3. Pengadaan papan petunjuk informasi tempat-tempat pendaratan yang harus close area  di jam-jam tertentu untuk pendaratan penyu, papan penunjuk tempat-tempat wisata edukasi penyu, dan sebagainya.
  4. Publikasi tentang adanya kawasan konservasi penyu, baik melalui web, pamflet, atau media lain.
  5. Pelatihan-pelatihan bagi pemandu wisata yang tergabung dalam Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) untuk dapat memiliki SDM yang berkualitas dalam pemasaran pariwisata konservasi penyu.
  6. Pemberian Reader Tagging Microchip bagi kelompok konservasi penyu Mino Raharjo di Pantai Goa Cemara, Patihan.

 

Tahun 2014

  1. Pelatihan di bidang Excellent Service (Pelayanan Prima) bagi masyarakat Pokdarwis. Perlunya pelatihan dan pendampingan di bidang manajemen potensi wisata dari peningkatan SDM-nya agar dapat melayani wisatawan dengan baik dan dapat mengembangkan sendiri potensi kawasan menjadi objek wisata.
  2. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi di kawasan sekitar kecamatan Sanden sebagai upaya sosialisasi tentang kawasan konservasi dan merupakan upaya transfer keilmuan tentang konservasi binatang yang endangered atau terancam punah dari muka bumi.
  3. Pelatihan Training of Traner (TOT) berbasis Ekowisata Konservasi Penyu kepada Pokdarwis dan Kelompok Konservasi Penyu agar bisa menjadi pemandu wisata di daerah mereka sendiri.
  4. Pelatihan pembuatan miniatur terumbu karang sebagai habitat alami penyu.
  5. Pengumpulan data biologi dan ekologi pendaratan penyu di Pantai Bantul dan pembuatan basis data konservasi penyu sebagai pendukung tempat ekowisata di Pantai Goa Cemara.
  6. Sosialisasi zonasi kawasan konservasi penyu sebagai rencana aksi pasca diberlakukannya Peraturan Bupati Bantul tentang Kawasan Pencadangan Taman Pesisir.

 

Meskipun kegiatan terpusat di Pantai Goa Cemara, Agung selalu mengundang kelompok konservasi penyu dari daerah lain sehingga harapannya semua mendapat peningkatan pengetahuan tentang hal tersebut.

 

Pelantikan BEM FTDI

“Organisasi merupakan wadah untuk pelatihan, bergerak, dan menyeimbangkan hidup.”

Begitulah yang disampaikan Rika Astari, S.S., M.Hum. dalam sambutannya pada acara pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (BEM FTDI) Senin, (9/3/2014) lalu. “Hidup itu harus seimbang, selain belajar, berorganisasi juga dibutuhkan untuk melatih mental,” tambahnya.

Acara tersebut diadakan di ruang 305 A Universitas Ahmad Dahlan (UAD) jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta dari pukul 16.00−17.15 WIB, dan dihadiri oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), perwakilan Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) seluruh fakultas, serta perwakilan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Wates, Kulonprogo, yang merupakan satu naungan dengan Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI).

Pelantikan ini dilakukan untuk melaksanakan program kerja FTDI selama satu periode ke depan. Kabinet BEM FTDI terdiri atas 6 bidang atau departemen, yang beranggotakan 19 mahasiswa FTDI dari Program Studi Tafsir Hadits, juga Bahasa dan Sastra Arab.

Tercatat, Abdur Rauf terpilih sebagai Gubernur dan Achsanul Fikri Al Anshari sebagai wakilnya. Mereka akan bekerja bersama 6 departemen, yakni Departemen Perkaderan, Departemen Keagamaan, Departemen Keilmuan, Departemen Kominfo, Departemen Keorganisasian, dan Departemen Minat dan Bakat. (AKN)

Revitalisasi Sistem dan Gerakan untuk Wujudkan FTDI yang Berkemajuan

 

“Kepengurusan di sebuah organisasi merupakan sebuah amanah. Kami datang dengan membawa visi merevitalisasi sistem dan gerakan untuk mewujudkan FTDI yang berkemajuan.” ujar Abdur Rauf selaku Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (BEM FTDI), yang pada Senin (9/3/2015) dilantik untuk periode 2015.

Ia melanjutkan, “Alhamdulillah acara berjalan lancar dari awal sampai akhir tanpa ada suatu hambatan. Tamu undangan dan peserta pun banyak yang hadir. Saya harap semua anggota dapat mengemban sebuah amanah dengan menjalankan tugas-tugas secara baik, semangat, kerja keras, dan keikhlasan. Semua anggota harus berjuang bersama, membangun yang seharusnya dibangun, dan berjuang untuk sesuatu yang seharusnya diperjuangkan di FTDI.”

Abdur Rauf yang merupakan mahasiswa semester 6 Program Studi Tafsir Hadits ini mengungkapkan bahwa organisasi merupakan suatu alat untuk mempererat persaudaraan dan kekeluargaan mahasiswa. Selain itu juga menjadi wadah untuk menampung aspirasi dan memenuhi kebutuhan mahasiswa. Sebab, sebuah organisasi berbuat untuk fakultas dan universitas.

Di lain pihak, Sakinah selaku tamu undangan menuturkan, “Organisasi merupakan sesuatu yang luar biasa karena dapat menjadi tempat untuk bergerak. Kalau kita tidak bergerak, maka semuanya akan diam, tidak akan terjadi perubahan dalam hidup. Itulah gunanya organisasi. Saya berharap teman-teman dapat meningkatkan kerja sama dan tetap istiqamah dalam menjalankan program kerja.” (AKN)

IMM Bersinergi: Wujudkan Aksi Nyata Generasi Muda

Tercatat sejak Kamis, (26/2/2015), pendaftaran untuk seluruh acara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (IMM Fakultas Psikologi UAD) dibuka. Stan tersebut terdapat di hall kampus I. “Kegiatan IMM Bersinergi ini merupakan program kerja IMM Psikologi yang bertujuan untuk mengaktifkan mahasiswa agar tidak hanya memedulikan diri sendiri, tetapi harus selalu peduli lingkungan dan dapat memandang hal sepele menjadi benar-benar berarti bagi orang lain,” terang Maghfirah Widiastuti selaku panitia kegiatan tersebut.

Dalam acara ini, terdapat beberapa kegiatan, di antaranya lomba fotografi, tabligh akbar yang diadakan Selasa, (10/3/2015), diskusi tokoh, talk show, dan aksi sosial.

“Dalam diskusi tokoh yang  akan diadakan Minggu, (15/3/2015), tema yang diambil adalah ‘Pemuda, hidup segan, mati tak mau’. Kami akan menghadirkan tokoh-tokoh yang di usia muda sudah dapat memberi peran dan kebanggaan kepada negara. Mereka akan sharing cara-cara agar pemuda dapat berguna untuk Indonesia. Tema ‘Narsisme: save or delete?’ juga akan dibahas pada acara talk show tersebut,” tambahnya.

Sementara untuk aksi sosial, tema yang diangkat adalah ‘Kesederhanaan yang menyatukan kita’. Aksi ini merupakan kegiatan amal untuk membantu masyarakat Gunungkidul, DIY, yang membutuhkan. Rencananya, kegiatan diadakan pada Minggu, (29/3/2015).

“Harapan diadakannya acara IMM Bersinergi tidak lain agar teman-teman UAD berlaku lebih baik kepada negara. Sebab, saat ini sudah terjadi kekacauan di mana-mana. Mereka seharusnya dapat lebih peduli dengan lingkungan dan masyarakat,  serta tidak selalu menyalahkan orang-orang yang belum tentu melakukan kesalahan. Intinya, jangan hanya men-judge, tetapi harus dapat melakukan aksi,” tutup Maghfirah.

Serangkaian kegiatan tersebut diadakan di auditorium kampus I UAD, Jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta. Jadi tunggu apalagi? Ayo daftarkan diri kalian untuk berpartisipasi dalam acara keren ini! (AKN)

 

Melihat Perkembangan Sastra Cyber

            Pada masa ini, internet sudah menjadi gaya hidup, bahkan telah menjadi bagian yang tidak dapat lepas dari kebutuhan manusia. Sastra pun telah terkena dampak internet. Ini dapat dilihat dari munculnya istilah-istilah baru. Salah satunya sastra cyber, yang semakin populer seiring perkembangan teknologi.

Inilah topik yang dibahas di dalam Forum Apresiasi Sastra (FAS) ke-44 pada Rabu, (11/3/2015), di hall kampus II UAD. Acara yang diadakan berkat kerja sama UAD dengan LSBO Muhammadiyah tersebut menghadirkan pembicara Fitri Merawati, M.A. yang merupakan alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD, dan baru saja menuntaskan pendidikan S-2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

            FAS ke-44 ini mengangkat tema “Jelajah Sastra Cyber”. Dalam pembahasannya, Fitri mengatakan bahwa latar belakang berkembangnya sastra cyber adalah teknologi. Di Indonesia, hal ini dimulai pada 1990-an ditandai dengan terbitnya antologi puisi cyber berjudul Graffiti Gratitude. Namun, kemunculan buku ini menuai pro dan kontra.

            Dalam makalah yang ditulis, Fitri menjelaskan, Ahmadun Yosi Herfanda (Redaktur Koran Republika) pernah menulis sebuah artikel yang berjudul “Puisi Cyber, Genre atau Tong Sampah” pada 2001. Menurut Ahmadun, karya sastra cyber merupakan karya-karya yang tidak tertampung atau ditolak oleh media sastra cetak. Pendapat ini memicu pro dan kontra. Meski demikian, media cyber menjadi tempat bagi orang-orang yang memiliki semangat dan kebebasan kreatif seliar-liarnya yang selama ini tidak mendapatkan tempat selayaknya di media sastra cetak.

            Wacana yang berkembang dalam sastra cyber dapat melalui perspektif wacana yang ditawarkan oleh Michel Foucault. Selain itu, sastra cyber yang hadir seiriang dengan perkembangan komputer, muncul pada akhir tahun 1980-an, yaitu berbentuk fiksi hypertext dan hyperlink yang digunakan untuk menghubungkan cerita. Cerita yang dianggap sebagai fiksi hypertext pertama adalah Afternoon, a Story (1987) karya Michael Joyce, disusul oleh Victory Garden (1992) karya Stuart Moulthrop’s, dan Patchwork Girl (1995) karya Shelley Jacson.

            “Penulis dan pembaca cyber dengan penulis dan pembaca sastra cetak berbeda, yakni mengenai cara menghadirkan sebuah teks, atau yang menurut Hayles disebut ‘kode’. Kode inilah yang membuat keduanya berbeda, sastra cetak menggunakan kode literacy sedangkan cyber menggunakan kode electracy,” jelasnya.

            Terdapat 11 genre sastra cyber, yaitu fiksi hyperteks, fiksi interaktif, puisi hyperteks, puisi interaktif, puisi animasi, fiksi berbasis email atau blog, karya sastra instalasi komputer, computer generated fiction, computer generated poetry, karya sastra kolaboratif, dan karya sastra online.

            Sementara itu dalam menentukan kanon sastra cyber, yang dapat diamati adalah dari aspek produksi (innovativeness), aspek objek (kedalaman tematik), aspek bentuk (estetika overstructuring dan interaksi semiotik), dan aspek penerimaan (kritik, anthologigization/derajad kanonisasi danmotivasi/efek pada pembaca).

            “Sastra cyber, sastra lisan, sastra cetak, sastra tulis, dan sastra lainnya tidak jauh berbeda secara filosofis karena bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan budaya masyarakat Indonesia,” tutupnya. (Rh)