Teater JAB Launching Rampak

“Penulis yang baik, bukan yang membuat pembaca cerdas, tetapi yang menganggap pembaca cerdas,” Kata Asef Saeful Anwar saat bedah buku Rampak karya anggota Teater Jaringan Anak  Bahasa (JAB) dan para alumninya di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Selasa, (25/08/2015).

Kata Asef, penulis harusnya lebih dekat dengan realitas. Jika seorang penulis atau penulis pemula tidak berbaur, maka karya yang dihasilkan tidak akan jauh dari kamarnya sendiri.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus diketahui dalam puisi, yaitu mereka yang menikmati puisi, mereka yang mencintai puisi, para pelaku atau penulis puisi.

Rampak yang berisi puisi, cerpen, dan syair atau teks musikalisasi puisi karya Teater JAB merupakan buku keempat. Teater JAB setiap tahun selalu melahirkan karya anggotanya. Karya sebelumnya berjudul Wajah.

Dalam Rampak, tidak hanya anggota JAB yang berkarya, tetapi juga memuat karya alumni yang aktif dalam menulis, seperti S Arimba, Sule Subaweh, Anes PS, Iqbal H Saputra, Latief S Nugraha, Gyta, Bandrun, dan lain-lain.

Menurut Ihsan, ketua divisi sastra yang juga menyusun karya, makna Rampak merupakan bentuk kebersamaan yang bertujuan untuk keselarasan hidup.

“Makna rampak tersebut mewakili semangat yang didasari keikhlasan, kesabaran, kekeluargaan, dan saling mendukung di setiap proses,” ucap Ihsan.

Acara yang dihadiri oleh para penulisnya itu juga dimeriahkan oleh penampilan Jab, Teater PeBei, Teater 42, dan beberapa komunitas di luar UAD.

 

Tiga Agenda Besar Korkom IMM UAD

 

 

Koordinator Komisariat (Korkom) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Ahmad Dahlan UAD periode 2015/2016 pada Senin, (24/08/2015) resmi dilantik oleh Pimpinan Cabang IMM Djazman al-Kindi Kota Yogyakarta di Aula Islamic Center UAD.

Pelantikan sekaligus talk show pergerakan yang mengusung tema “Meneguhkan Substansi, Ciptakan Manuver Ideologis” ini dihadiri oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UAD, BEM Universitas, Ortom, dan kader IMM se-UAD. Mereka bersatu padu untuk menunjukkan keharmonisan demi kelancaran IMM UAD dalam satu periode ke depan.

Unsur Pembantu Pimpinan selama satu periode akan membawahi 11 komisariat IMM. Immawan Showab, selaku Ketua Korkom menyampaikan bahwa perlu adanya sinergitas antarpemimpin yang akan membawa misi IMM sampai kepada jalur yang diinginkan. PC IMM, Korkom, Komisariat, Rektorat, dan pihak-pihak yang nantinya akan banyak terlibat di IMM UAD, akan banyak dilibatkan demi tercapainya progresif gerakan.

Ketua PC IMM Djazman al-Kindi, Lady Farhana, juga menyampaikan bahwa terdapat tiga agenda besar. Harapannya hal itu dapat di break down oleh Korkom dalam pelaksanaan fungsi, tugas, dan perannya. Tiga pokok itu adalah penguatan ideologi yang akan mulai dibangun di forum rutin pemimpin dengan selalu meng-upgrade pengetahuan kader IMM, pengejawantahan profil kader ikatan yang dilakukan dengan amal-amal nyata bagi masyarakat, dan dakwah media.

“Kita sudah sama-sama menyadari, dalam tataran global, media berperan besar menentukan nilai bahkan sudah sampai tataran doktrin. Hal yang sangat disayangkan. Ternyata, media kemungkaran telah berdiaspora dan menguasai. Oleh karenanya, menjadi kewajiban kita, sebagai kader IMM, untuk mulai menguasai media untuk ber-fastabiqul khoirot, menularkan benih-benih kebaikan dan melawan kemungkaran dengan mencoba mengeluarkan gagasan-gagasan yang diyakini IMM,” ujar Lady Farhana.

Sucipto, M.Pd., BI. selaku pembina IMM UAD menyampaikan bahwa Korkom perlu mengawal keteguhan ideologi bagi pemimpin dan kader yang pernah masuk IMM. Ke depan, Korkom juga mulai mengenalkan forum-forum kajian pemimpin dan akan banyak mengenalkan Muhammadiyah maupun IMM. Setelah memahami sebagai ide yang telah melangit, IMM tinggal membumikan gerakan.  “Korkom juga harus menyadari bahwa IMM bukanlah sekadar organisasi, tetapi sebagai gerakan.” tambahnya.

 

Sumber: Sangpencerah

 

Membaca Budaya Indonesia dalam Buku Kumpulan Puisi Oranye Mahasiswa UAD

Menyatukan budaya Indonesia dalam kumpulan puisi Oranye. Begitulah yang terlintas jika membaca buku tersebut. Buku yang di luncurkan pada Rabu, (19/08/2015) di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini menghadirkan Penyair terkemuka Iman Budhi Santosa dan Penyair muda Latief S. Nugraha, yang juga memberikan catatan penutup pada antologi tersebut.

“Lewat 76 puisi karya 17 penyair yang terhimpun dalam buku ini, proses simbolis di masyarakat yang saling berkait-kelindan ditunjukkan dengan khas sesuai latar belakang kebudayaan daerah masing-masing penyairnya,” terang Latief dalam catatan penutupnya.

Menurutnya, mereka berhasil menjadi penerus, penyambung kegelisahan-kegelisahan masyarakat yang tak sampai dan terputus. Semangat mengangkat dan mencatat nilai-nilai dari lekuk-liku tubuh gadis perawan bernama lokalitas di hampir keseluruhan puisi para penyair terasa begitu kuat. Melalui mereka, kita bisa bertualang dari dunia sosial ke dunia kultural, dari dunia satu ke dunia lain, yang ternyata begitu luas dan tak ada habis-habisnya ditulis sebagai puisi.

Acara rutin Forum Apresiasi Sastra (FAS) yang diadakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) bekerja sama dengan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PSBI) tersebut, juga dihadiri oleh 17 penyair yang karyanya ada di dalam Orange.

Semoga kata “oranye” judul buku ini bermakna semburat bang-bang wetan sebagai penanda terbitnya matahari pagi, bukan semburat senjakala sebagai penanda terbenamnya matahari.

Latief berharap, antologi ini dapat menjadi pemantik bagi karya-karya para penyair, khususnya di UAD, agar terus bersinar menyala menghiasi jalan sunyi bernama puisi dalam arena sastra di Indonesia. Tentunya, semua tidak mau jika hanya “sekali berarti, sudah itu mati”, bukan? 

Kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar bekerja sama dengan Masyarakat Puitika Indonesia (MPI) tersebut semoga dapat menjadi generasi sebagai saka guru tegaknya kebudayaan di Indonesia dan mampu menjadi agen kebudayaan bangsa.

“Buku Oranye ini sebuah harapan atas dunia yang amat luas yang bernama puisi,” kata Drs. Jabrohim, M.M. selaku kepala LSBO.

MPI merupakan komunitas yang didirikan pada dekade 80-an dan dikembangkan oleh Prof. Dr. Suminto A. Sayuti serta Jabrohim dkk.

Menurut Iman Budhi Santosa, munculnya komunitas Jejak Imaji (JI) yang turut membantu mendampingi mahasiswa UAD dalam proses menulis sastra tersebut perlu diacungi jempol. Komunitas yang digawangi oleh Sule Subaweh, Iqbal H Saputra, serta Angga T Sanjaya ini telah banyak menorehkan prestasi, baik menulis puisi, baca pusi, dan musikalisasi puisi.

Melihat Tantangan Muhammadiyah

“Ada 4 hal yang menjadi tantangan Muhammadiyah,” kata Rujito, S.Ag. saat memberikan ceramah di masjid Darussalam Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kampus I pada Sabtu, (22/08/2015).

Menurut pengelola panti asuhan di Kulon Progo ini, tantangan tersebut datang dari kaum adat yang cenderung menyekutukan Allah Swt. Selain itu juga datang dari kaum jumud. Mereka adalah orang yang hanya ikut-ikutan tetapi tidak paham yang dilakukan, kaum sekuler, dan kaum agama lain yang cenderung syirik.

Jika tidak berhati-hati, hal tersebut akan sangat berbahaya. Ia juga mengimbau agar lebih santun menghadapinya, jangan memakai amarah.

“Kita harus melakukan sesuatu dengan akal sehat. Kita perlu makan sebelum bekerja. Setelah itu bekerjalah. Jangan lupa olah pikir, olah dzikir, olah rasa. Kunci untuk menuju bermuhammadiyah adalah niat, pengorbanan, dan ikhlas.

Pengajian yang rutin diadakan oleh takmir masjid Darussalam tersebut menghadirkan semua civitas UAD kampus I. Selain pengajian, takmir juga mengadakan kajian pagi di masjid center  UAD di kampus IV.

Robot UAD Raih Juara di Korea

Setelah Juara 2 dalam Kontes Robot Sepak Bola Indonesia, Juara Inovasi Terbaik, dan Juara 3 dalam Kontes Robot Seni Indonesia pada acara Kontes Robot Indonesia yang diadakan DP2M DITJEN DIKTI di Universitas Semarang, 16 Mei 2015 lalu, tim robot mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kini kembali menyabet juara.

Tidak tanggung-tanggung. Jika sebelumnya tingkat nasional, sekarang mereka meraih prestasi pada tingkat internasional.  Adalah R-Squad, berhasil meraih juara 3 dalam ajang Kontes Robot Internasional di Korea.

Tim UAD meraih juara di dua kompetisi yang digelar Ferederation Of International Robot-Soccer Association (FIRA) di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAITS), Korea pada 4-9 Agustus lalu.

Wakil Rektor III Bidang Pengembangan Kemahasiswaan dan Pemberdayaan Alumni UAD, Dr. Abdul Fadlil, M.T. mengatakan, prestasi mahasiswa UAD di ajang internasional tersebut sangat membanggakan. Sebab, hanya dua perguruan tinggi di Indonesia yang ikut dalam ajang bergengsi itu, yaitu ITB dan UAD.

“Bagi kami, ini pengalaman pertama di ajang robot internasional dan ternyata bisa menang,” kata Fadlil, Sabtu (22/8/2015) di ruang sidang utama kampus I.

Nuryono Satya Widodo, S.T. dosen pendamping robot mengatakan, ada 50 tim robot yang berlaga dari 25 negara di dunia. Ada 6 kategori lomba yang digelar di ajang tersebut, dan tim UAD meraih juara 3 di dua kategori lomba. FIRA Robot World Cup tahun ini merupakan ajang ke-20 yang sudah digelar asosiasi robot internasional.

Tim R-Squad UAD yang dikirim ke ajang itu beranggotakan tiga mahasiswa, yaitu Teuku Makmur Tsani, Watra Arsadianto, dan M Faiq Hatta. “Dari sisi sumber daya, kita sangat terbatas karena hanya tiga mahasiswa dengan tiga robot saja,” kata Nuryono.

Dari 6 kategori lomba di ajang robot tersebut, tim UAD hanya mengikuti 4 kategori. Keempatnya adalah weight lifting, wall climbing, sprint, and marathon. “Pertimbangannya karena kurang personel saja,” ujarnya.

Dari 4 kategori lomba tersebut, tim UAD menyabet juara 3 di kategori weight lifting dan juara 3 di kategori wall climbing.

Koordinator tim R-Squad UAD, Teuku Makmur Tsany mengatakan, meski meraih juara 3, tetapi pihaknya merasa bangga karena UAD baru pertama mengirimkan timnya di ajang ini.

“Yang membanggakan lagi, robot kita merupakan rakitan sendiri hasil karya tim, sedangkan robot-robot tim lain banyak yang pabrikan.
Ke depan, kami akan terus berlatih untuk menghadapi event robot internasional lainnya,” ujar Tsany.

Wakil Rektor I UAD, Muchlas M.T. mengatakan, ke depan pihaknya akan terus melakukan pembinaan bidang penalaran di UAD. Sebab, bidang ini memberikan peluang besar bagi mahasiswa untuk terus berprestasi. Dari sana, tiap tahun mahasiswa dapat maju ke tingkat nasional, bahkan menang di ajang internasional.

Pada 2014, tim robot UAD meraih 5 penghargaan di berbagai bidang. Di antaranya Juara 1 KRSI Kontes Robot Indonesia Regional 3 dan Juara Robot dengan Desain Terbaik (Best Design) KRPAI BERODA; Juara Harapan KRSBI yang  diadakan oleh DITJEN DIKTI & UNISULA di GOR Jatidiri Semarang Mei 2014; Juara 1 Kategori Speed Racer, Juara 1, dan Juara 2 Kategori Mikrokontroler pada acara Line Tracer Design and Contest (LTDC) di Universitas Negeri Malang, September 2014; Juara 2 pada acara Line Follower Robot Competition Elektro Open Robotic V di Universitas Negeri Jakarta pada November 2014; Juara 1 dan Juara 3 pada acara Line Tracer Soedirman Lomba Robot Line Follower di Universitas Jenderal Soedirman pada November 2014; serta Juara 2, 3, 4 Robot Race pada acara Electronics and Informatics (ELINFO) Competition di Universitas Negeri Yogyakarta, Gedung KPLT FT UNY pada November 2014.

Dosen UAD Sulap Limbah Jadi Duit

Melalui workshop yang bertema “Pemanfaatan Limbah Pertanian Menjadi Superkarbon”, tim dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang diketuai oleh Surahma Asti Mulasari S.Si., M.Kes. dengan anggota Fatwa Tentama S.Psi., M.Si. dan Desta Risky Kusuma, SE., M.Sc., meyakinkan kelompok tani dari Karanganjir, Sejati Dukuh, serta Setran tentang limbah menjadi duit.

Dosen tersebut menggabungkan tiga disiplin keilmuan, yaitu kesehatan masyarakat, psikologi industri, dan ekonomi dalam mengelola limbah jerami menjadi briket bioarang yang bernilai tinggi.

“Melalui program-program dan seminar, kami menjelaskan dan pemberdayaan masyarakat setempat dalam berwirausaha superkarbon dari limbah pertanian. Hal ini sekaligus sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat petani,” terang Fatwa.

“Bisnis briket bioarang masih minim di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, sehingga kita masih mempunyai peluang yang cukup besar untuk berwirausaha briket bioarang,” kata Danang selaku pengusaha briket yang biasa memproduksi 1,5 sampai 3 ton briket setiap harinya. Dia biasa mengeksport briketnya ke Amerika, Eropa, dan Timur Tengah.

Selain bisa menghasilkan uang, pemanfaatan limbah jerami dan sekam padi di Sumberarum juga bisa mengatasi pencemaran lingkungan. Sebab limbah dapat bermanfaat untuk industri rumah tangga superkarbon dan menurunkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi BBM.

Agar dapat berkelanjutan, program ini akan bekerja sama dengan koperasi desa Sumberarum, Dinas Perindustrian, Dagang dan Koperasi Kabupaten Sleman, serta pengusaha briket yang nantinya akan dapat membantu dalam kelancaran proses pelaksanaan program selanjutnya. Program KKN-PPM ini adalah program KKN yang telah diusulkan ke Dirjen Dikti pada tahun 2014 dan mendapatkan pendanaan serta pelaksanaan pada tahun 2015.

 

Dari Sekam Jadi Duit

 

Rangkaian Program hibah Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Kemenristekdikti Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta selama satu bulan lebih, di akhiri dengan mengadakan Gelar Produk dan Seminar “Dari Sekam Jadi Duit” selama dua hari (15-16/08/2015) di Kantor Pemerintah Desa Sumberarum, Moyudan, Sleman. Seminar pemberdayaan masyarakat ini mendatangkan pembicara dari Dinas Perindustrian, Dagang, dan Koperasi Sleman, serta pengusaha sukses briket bioarang berkelas internasional.

Hadir juga dalam seminar dan gelar produk tersebut Wakil Rektor III UAD Dr. Abdul Fadhlil, M.T., Kepala Pusat KKN Dr. Rina Ratih, S.S. M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Rahmat Muhajir Nugroho, S.H., M.H., dan perangkat-perangkat desa Sumberarum.

Pada Seminar dan gelar produk ini, masyarakat kelompok tani menampilkan produk superkarbon hasil kreativitas masing-masing dusun dilengkapi dengan pameran produk-produk kearifan lokal setempat. Kearifan lokal yang ditampilkan berupa kerajinan-kerajinan tangan seperti kerajinan tas rajut dari dusun Karanganjir, kerajinan kalung unik dari dusun Sejati Dukuh, kerajinan patung dari dusun Setran, dan kain tenun stagen yang dibuat oleh mayoritas ibu-ibu di desa Sumberarum.

Sesi-sesi dalam workshop tersebut meliputi pelatihan motivasi berwirausaha, pelatihan pembuatan superkarbon dari limbah jerami dan sekam, pelatihan kewirausahaan, pelatihan teknik-teknik pemasaran dan pengemasan “Superkarbon”, pelatihan praktik pencatatan administrasi keuangan (pembukuan), serta penyuluhan mengenai perintisan unit usaha baru dan sumber permodalan usaha. Pelatihan lebih lanjut diberikan oleh mahasiswa-mahasiswa KKN-PPM dalam satu bulan ini kepada kelompok tani tersebut.

Sebelumnya, tim dosen UAD yang diketuai oleh Surahma Asti Mulasari S.Si., M.Kes. dengan anggota Fatwa Tentama S.Psi., M.Si. sekaligus sebagai DPL, dan Desta Risky Kusuma, SE., M.Sc., telah melakukan berbagai bentuk program dalam pemberdayaan masyarakat di wilayah Sumberarum Moyudan Sleman.

 

Melihat Tantangan Muhammadiyah

“Ada 4 hal yang menjadi tantangan Muhammadiyah,” kata Rujito, S.Ag. saat memberikan ceramah di masjid Darussalam Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kampus I pada Sabtu, (22/08/2015).

Menurut pengelola panti asuhan di Kulon Progo ini, tantangan tersebut datang dari kaum adat yang cenderung menyekutukan Allah Swt. Selain itu juga datang dari kaum jumud. Mereka adalah orang yang hanya ikut-ikutan tetapi tidak paham yang dilakukan, kaum sekuler, dan kaum agama lain yang cenderung syirik.

Jika tidak berhati-hati, hal tersebut akan sangat berbahaya. Ia juga mengimbau agar lebih santun menghadapinya, jangan memakai amarah.

“Kita harus melakukan sesuatu dengan akal sehat. Kita perlu makan sebelum bekerja. Setelah itu bekerjalah. Jangan lupa olah pikir, olah dzikir, olah rasa. Kunci untuk menuju bermuhammadiyah adalah niat, pengorbanan, dan ikhlas.

Pengajian yang rutin diadakan oleh takmir masjid Darussalam tersebut menghadirkan semua civitas UAD kampus I. Selain pengajian, takmir juga mengadakan kajian pagi di masjid center  UAD di kampus IV.

KKN UAD Beri 194 Barang kepada Masyarakat Tepus

Selasa (18/08/2015), secara simbolis Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang diwakili Wakil Rektor III memberikan 194 barang kepada warga di Tepus. Barang tersebut terdiri atas 43 alat pembuatan mocaf, 4 gondola, 4 etalase ukura, serta 143 alat pengolahan makanan berbahan mocaf.

Selain memberikan alat-alat tersebut, melalui mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM), UAD juga memberikan pelatihan pembuatan mocaf menjadi kue basah dan kue kering, pengemasan dan marketing, serta perizinan ke Dinas Kesehatan.

Pada kesempatan itu, masyarakat Tepus memamerkan mocaf hasil karyanya. Beraneka ragam perlombaan juga diselenggarakan, yakni lomba gerak lagu; mewarnai tingkat PAUD, TK, dan SD; penyerahan tropi pemenang lomba tenis ganda dan tunggal; serta pemenang lomba futsal. Bersamaan dengan itu, diserahkan izin P-IRT untuk KWT yang sudah divisit Dinas Kesehatan dan dikeluarkan izinnya.

Kepala Desa (Kades) Suharyana menjelaskan, hasil olahan kreasi  mocaf tersebut akan dipasarkan ke tempat wisata yang ada di daerah Tepus.

“Kami akan memproduksi dan memperkenalkan hasil karya masyarakat, yang selama ini sudah dibantu oleh dosen serta mahasiswa KKN UAD. Kami akan menggunakan olahan mocaf ini menjadi snack jika ada acara rapat dan acara besar.”

Pada kesempatan tersebut, hadir perwakilan dari LPM, Dinas TPH, Dinas Kesehatan, Dinas Deperindagkop, Dinas Pariwisata, BPP Tepus Kecamatan Tepus, 3 Kepala Dusun, 3 KWT, dan kelompok darma wisata pantai Pok Tunggal.

 

 

 

Kreasi Mocaf UAD Menjadi Makanan Khas Tepus Gunungkidul

“Ada empat belas produk kreasi mocaf yang akan menjadi makanan khas Tepus. Ada black forest cake, nunget, donat mocaf, bakpia mocaf, martabak telor, siomay mocaf, dan lain-lain. Semua bahan utamanya adalah singkong,” terang Azis Ikhsanudin, S.Si., Apt. dosen Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat pelatihan evaluasi olahan mocaf di balai desa Tepus, Selasa, (18/08/2015).

Kata Azis, dulu singkong hanya diolah menjadi gaplek, tiwul, atau gatot. Sekarang sudah bisa dikreasi menjadi banyak hal. Nantinya kreasi tersebut akan menjadi ikon Gunungkidul daerah Tepus, terutama bagian wisata.

“Izin sudah keluar. Kami dari UAD sudah melakukan pendampingan selama dua bulan. Pendampingan mulai dari pengolahan sampai menjadi produk, yang dibantu KKN PPM UAD,” lanjutnya.

“Kami akan memproduksi dan memperkenalkan hasil karya masyarakat yang dibantu oleh dosen dan mahasiswa KKN UAD. Kami akan menggunakan olahan mocaf ini menjadi snack jika ada acara rapat dan acara besar,” ungkap Kepala Desa (Kades) Suharyana saat memberikan sambutan.

Lebih lanjut Suharyana mengatakan, program KKN UAD ini sangat dirasakan betul oleh masyarakat, terutama di bidang ekonomi dan pariwasata.

“Dengan adanya produk mocaf ini akan memungkinkan Tepus tidak lagi dikenal sebagai tempat yang hanya dikenal kekeringan, tetapi akan dikenal sebagai pemproduksi mocaf. Hal tersebut, tidak lepas dari keterlibatan KKN dan dosen UAD yang memberikan pelatihan kepada warga tentang pengolahan singkong menjadi makan yang beraneka ragam,” kata Suyatna, Dukuh Dongsari saat memberikan sambutan.

Ia berharap KKN UAD selanjutnya, tidak hanya menonjolkan kreativitas dalam mengolah bahan mentah menjadi barang yang bernilai. Namun juga dapat memberikan siraman rohani bagi masyarakat agar menjalani usaha dengan ilmu agama.

Di sisi lain, Wakil Rektor III Dr. Abdul Fadlil, M.T. juga berharap masyarakat bisa membantu mahasiswa untuk belajar bermasyarakat dan membantu menjalankan program yang sudah direncanakan.

Selain memberikan pelatihan pembuatan mocaf menjadi kue basah dan kue kering, pengemasan dan marketing, serta perizinan ke dinas kesehatan, UAD juga memberikan 43 alat pembuatan mocaf, 143 alat pengolahan makanan berbahan mocaf, 4 etalase ukura, serta 4 gondola. Secara simbolis barang-barang diserahkan oleh Abdul Fadlil kepada Kepala Desa Tepus.