UADโ€™s Arabic Debating Team Secured National Champion

The Arabic debating team of Faculty of Islamic Education and Teacher Training University of Ahmad Dahlan (FTDI UAD) once again achieved its reputation as a national champion.

From Monday to Friday (26-30/4/2016), three teams of five students participated in Arabic debate and Arabic poetry reading held by University of Indonesia at Depok West Java in an annual event of Middle East Festival. Each year UAD sends its delegates for the event.

FTDI UAD sent two Arabic debating teams and a student for poetry reading championship. After securing two national champions in 2014, this year UAD secured 3 champions.

            The number of debating team this year is different from the previous event where now each team consists of two students while it consisted of three students before.

FTDI UAD team got the third champion in the competition followed by 20 teams from all over the country. The members of the team were Robit Wahyu Herlambang (Department of Hadits Interpretation) andMuqimuddin Husni Arsyad (Department of Arabic Letters).

Alhamudilillah’ or May Allah bless us all’ at last we succeeded. Frankly speaking we have not satisfied with the result. Considering the participants, who were experienced in various competitions, we are proud of it,’ Arsyad said.

He added that UAD through its faculty supports the activity. The faculty facilitated the teams by providing refresher courses in Arabic and inviting experienced trainers for Arabic debate. The materials included both Arabic language as well as giving reasons in Arabic.

‘In fact, the key success of the debate is much exercise. So that the effort to form different Arabic debating teams is very good. So far UAD has got its reputation at national level especially in Arabic language,’ Arsyad said.

Tim Debat Bahasa Arab UAD Kembali Menyabet Juara di Kancah Nasional

Tim lomba mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah Universitas Ahmad Dahlan (FTDI UAD) kembali berprestasi dalam kejuaraan debat Bahasa Arab Nasional.

Sejak Senin-Jum’at (26-30/4/2016), kelima mahasiswa FTDI mengikuti ajang kejuaraan Debat dan Baca Puisi Bahasa Arab di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Perlombaan Festival Timur Tengah (FTT) tersebut rutin diadakan setiap tahun. Kontingen dari UAD pun turut berpartisipasi pada setiap tahunnya.

FTDI UAD mengirimkan 2 tim debat dan 1 mahasiswa dalam lomba puisi Arab. Setelah pada tahun 2014 menyabet juara 2 di lomba debat, tahun ini pun kembali berjaya dengan meraih juara 3.

Sistem dalam perlombaan debat tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Di tahun ini, sistem yang digunakan adalah British dengan 2 orang dalam 1 tim. Sebelumnya, 1 tim terdiri atas 3 mahasiswa.

Dari 20 tim yang berasal dari universitas di seluruh Indonesia, FTDI UAD meraih juara 3 atas nama Robit Wahyu Herlambang (Tafsir Hadits) dan Muqimuddin Husni Arsyad (Bahasa dan Sastra Arab).

Alhamdulillah, akhirnya usaha kami selama ini membuahkan hasil. Memang, kami belum merasa puas dengan hasil ini. Tetapi, ketika melihat lawan-lawan yang kami hadapi, yang bisa dibilang sudah berpengalaman, kami merasa bangga,” kata Arsyad.

Ia menambahkan, fakultas dan universitas sangat mendukung kegiatan mahasiswa ini. Terbukti dengan pembelajaran dan pembekalan sebelum lomba, seperti mendatangkan pelatih yang ahli dan berpengalaman di bidang debat bahasa Arab, sehingga tim lomba terus berlatih. Karena bukan hanya kemampuan berbahasa yang harus dimiliki, tetapi cara memberikan argumen yang rasional tentang isu-isu terhangat.

“Sebenarnya, kunci sukses dalam berdebat adalah banyak latihan, seperti diadakan simulasi-simulasi untuk berdebat. Jadi, upaya pengadaan klub debat bahasa Arab oleh kampus sudah sangat baik. Karena, sebenarnya UAD sudah mendapat nama baik dikancah nasional maupun internasional berkat prestasinya dalam lomba-lomba terkait bahasa Arab,” ujar Arsyad. (AKN)

Pesta Demokrasi UAD Kembali Diselenggarakan

Seperti kampus-kampus pada umumnya, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) juga memiliki miniatur kepemerintahan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM), yang berasal dari tingkat universitas, fakultas, juga program studi. Di dalamnya, melibatkan semua mahasiswa. Hal ini tidak lain adalah untuk memberikan pengajaran terkait demokrasi agar mahasiswa dapat melek dengan kepemerintahan.

Kepemimpinan Ella Yussy Dwi Astuti dan M. Faiz sebagai Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presma periode 2015-2016 akan segera berkahir. Pada Pemilwa (Pemilihan Mahasiswa) Presma periode 2016-2017, terdapat 2 pasangan calon, yakni Naashiril Haq- Riantra Jaya (1) dan Isra’- Gilang (2).

Setelah diadakan berbagai rangkaian acara seperti 3 putaran debat dan kampanye, akhirnya diadakan pemilihan Persma dan DPM  pada Rabu (11/5/2016) yang bertempat di 5 lokasi. Yakni green hall masing-masing kampus I, II, III, V, dan VI UAD.

Prosesi pemilwa diadakan sejak pukul 08.00-16.00 WIB. Selanjutnya, diadakan quick count di auditorium kampus II UAD, Jalan Pramuka, Umbulharjo, Yogyakarta, malam harinya. Sebanyak lebih dari 200 mahasiswa mengikuti penghitungan cepat demi menunggu hasil dari pemilwa.

Alhamdulillah, semua civitas akademika UAD sangat apresiatif terkait pesta demokrasi ini. Mereka menyadari pentingnya hak suara yang mereka miliki untuk memilih wakil terbaik dalam meneruskan hak dan suara mahasiswa terhadap kampus.” terang salah seorang panitia pemungutan suara di kampus 1.

Akhirnya, setelah berakhirnya proses quick count, didapatlah hasil perolehan suara. Yakni pasangan nomor 1 mendapatkan 1883 suara dan nomor 2 sebanyak 778 suara. Dengan begitu, Naashir – Rian dinobatkan sebagai Presma dan Wakil Presma periode 2016-2017. (AKN)

Students of UAD Held A General Election for Its Representative

 

Like other campuses, Ahmad Dahlan University (UAD) has a miniature of government, such as Student Executive Board (BEM), Student Representative Council (DPM), and the Constitutional Court Students (MKM), in University, faculty, and study program level. All students get involved in all level of government. It is aimed to give experience and knowledge about democracy so they are literate about government.

The term of office of Yussy Dwi Astuti and M. Faiz as President of Students (Presma) and Vice Presma period of 2015-2016 would end soon.

In the students’ election (Pemilwa) of Presma period of 2016-2017, there were two pairs of candidates. They are  Naashiril Haq- Riantra Jaya (1) dan Isra’- Gilang (2). Having campaign and 3 rounds of debate, there were Presma and DPM election on Wednesday (11/5/2016) at 5 spots of Green hall in campus I, II, III, V UAD.

The process of Pemilwa lasted from 08.00-16.00 at local time. After that, there was quick count program in auditorium of campus II UAD, Pramuka street, Umbulharjo, Yogyakarta. There were more than 200 students attended the quick count program while waiting for the result from Pemilwa Committee.

Alhamdulillah, all UAD academic community was very appreciative participating in the program. They had realized the importance of their voting rights to elect the best representatives in continuing rights and voices of students to campus” said one of election committee at campus I.

Finally, after quick count, the committee announced the result of the election. The candidate with highest votes got 1883 votes, while the candidate with second position got 778 votes. Based on the votes, Naashir – Riau are appointed as Presma and Vice Presma period 2016-2017. (AKN)

Education and Fast Social Change towards Advanced Society

Nowadays, Indonesian education is challenged to prepare infrastructure or tools to access knowledge widely so that teachers are able to utilize them as media to improve their profession in order to counterbalance the rapid development of students.

"We cannot resist technology that is growing rapidly and forcing us to move forward," said Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. in a National Working Meeting or a National Workshop of Primary and Secondary Education Assembly.

Rapid transformation of technology need to be responded for gaining development. We must not ignore the role of global that was growing fast, but we should learn and control it. World of education remained transforming and we should be up to date.

“In this global era, students should be able to think critically and innovatively in answering all questions with their own ways,” he said.

The event with a theme of” Education and Fast, and Advanced Transformation of Society” was managed at Centre for Development and Empowerment of Teachers and Education Personnel (PPPPTK) of Mathematics on Thursday (12/5/2016).

In this event, Vice Rector of Resource Management (WR II), Drs. Safar Nasir, M.Si.said that the theme was relevant with the current era.

“Education of Indonesia particularly Muhammadiyah should go further through the boundary. Therefore, Muhammadiyah should concern with the transformation of the society,” he said, being a moderator in this event.  

 

Pendidikan dan Perubahan Masyarakat yang Cepat dan Maju

Pekerjaan rumah pendidikan Indonesia sekarang adalah, bagaimana menyiapkan sarana atau infrastruktur yang bisa mengakses seluas-luasnya ilmu. Dan guru bisa memanfaatkan itu sebagai media agar mereka tidak kalah dengan siswa karena perkembangan yang semakin pesat.

“Kita tidak bisa menyangkal teknologi yang semakin berkembang dan memaksa kita untuk terus maju,” kata Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. dalam acara, Rapat Kerja Nasional atau Rakernas Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah.

Perubahan teknologi yang sangat cepat perlu ditanggapi untuk menuju perkembangan. Kita tidak boleh mengabaikan peran global yang berkembang sekarang, tetapi harus mempelajari untuk menguasai. Pendidikan dunia terus berubah dan kita perlu mengikutinya.

“Di era global, siswa harus kritis. Ia harus bisa menjawab segala pertanyaan dengan caranya sendiri yang inovatif. Tidak hanya menerima tanpa disaring terlebih dulu,” paparnya.

Acara yang mengangkat tema “Pendidikan dan Perubahan Masyarakat yang Cepat dan Maju” tersebut berlangsung di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, pada Kamis (12/5/2016).

Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Pengelolaan Sumber Daya (WR II), Drs. Safar Nasir, M.Si., mengatakan bahwa tema itu cocok untuk disampaikan di zaman sekarang ini.

“Pendidikan Indonesia khususnya Muhammadiyah harus menembus batas. Untuk itu, mereka harus peduli terhadap perubahan masyarakat,” jelasnya saat menjadi moderator dalam acara tersebut.

 

Menulis Sastra Anak, Menulis Masa Kecil

“Kehidupan masa kecil sangat memengaruhi karya dan hidup saya saat tumbuh dewasa, sampai masa tua nanti. Tentu saja juga memengaruhi karya-karya dalam menulis atau di atas panggung pertunjukan,” kata Andy Sri Wahyudi di acara Forum Apresiasi Sastra (FAS) #58 Rabu, (11/5/2016) di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Di acara yang mengangkat tema “Sastra Anak” ini, Andy mengaku bahwa ia tumbuh dan berkembang dengan banyak imajinasi yang mengasyikkan, setidaknya untuk diri sendiri. 

“Saat muncul, apa yang membedakan antara imajinasi dan lamunan? Bagi saya melamun hanya diam, pikiran ke mana-mana tak tentu arah, dan berpotensi kerasukan. Sedangkan imajinasi adalah sebuah aktivitas yang di dalamnya memuat cita-cita dan kreativitas. Orang yang diam sambil menerawang jauh lantaran stres dirundung susah, kecewa, tekanan batin, berbeda dengan orang yang berdiam merancang sesuatu atau hendak membuat karya, atau sekadar membayangkan yang lucu-lucu. Di situlah letak perbedaannya.”

“Saya merasakan lahirnya sebuah karya dari pergolakan antara ingatan, imajinasi, pikiran, dan hati. Kemudian mengerucut menjadi karya yang berisi nilai-nilai yang bisa berupa prinsip, ideologi, harapan, cinta, kejahatan, dan lain-lain. Semuanya itu terwujud dan hidup karena peran penting dari energi yang ada dalam diri. Itulah yang saya pahami dalam lingkup kecil diri saya sendiri. Meskipun dalam sebuah sistem yang kerja kreatif yang sama tetapi berbeda-beda cara melakoninya. Saya tumbuh berkembang bukan sebagai penulis profesional yang menekuni satu bentuk tulisan seperti spesialis novel atau puisi. Tulisan saya lahir karena sesuatu yang mengendap dan mengganggu dalam diri saya. Kadang karya hadir bersifat spontan, kadang membuat gelisah yang menahun,” lanjutnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan, setinggi tingginya imajinasi seseorang, basisnya tetap pada kenyataan. Maka dari itu, sejatinya karya saya selalu berbasis kenyataan.

“Saya menciptakan karya dengan membaca, berpikir dan merasakan kenyataan yang saya temui. Sebab begitulah hidup sebagai manusia, membuat karya itu adalah sebuah naluri. Lihatlah di Museum Sangiran, manusia prasejarah yang belum mengenal tulisan pun tetap membuat karya berupa kapak dari batu, gambar di gua, atau alat berburu dan meramu. Saya meyakini karya mereka lahir juga karena berhadapan dengan kenyataan apa yang dicerna dengan indranya.”

 

Writing Childrenโ€™s Literature, Writing about childhood

 

“The life of my childhood has strongly influenced my work and life as I get older. Moreover, it also gives inspiration toward my works in writing and stage performance”, said Andy Wahyudi in the Literary Appreciation Forum (FAS) at Campus II Ahmad Dahlan University (UAD) on Wednesday (11/5/2016).

 In an event with the theme "Children's Literature", Andi declared that he grew through a lot of exciting imagination, at least for himself. 

“What is the difference between imagination and reverie? In my opinion, reverie is inactive activity, aimlessly mind, and getting tranced, while imagination is an activity of creativity and aspiration. Reverie is mainly caused by stress, sadness, disappointment, and mental pressure. While imagination is mainly about people activities of planning, creating, or thinking of humor” those are the differences”, he said.

“I feel that the process of a work emergence originates from the interface between memory, imagination, mind, and heart. Then they pursed into a work containing principles, ideology, hope, love, crime, etc. Those things are materialized and lived because of a critical role of energy within oneself. That is my thoughtful in a small scope of myself. Although in a system, the same creative works have different ways to do. I do not grow up as a professional writer who pursue a form of writing as a writer of novels and poetry. My work comes from something that has settled and disturbed inside of me. Sometimes it comes spontaneous, and from the protracted anxiety.” he said.

In addition, he also said, no matter how high a person's imagination, it was merely based on reality. Therefore, my work is always based on the real phenomena.

“I create a work by reading, thinking and feeling the reality that I have encountered. Those are the ways people live. Therefore, making a work is an instinct. Look at Sangiran Museum, prehistoric humans who did not know writing, were able to create works in the form of stone axes, pictures in a cave, or hunting and gathering tools. I believe that their works were also born from the reality that they face and digested by senses. "

Cooperation Began Between UBP Karawang and UAD

A number of six persons attended at the signing of Memorandum of Understanding between University of Ahmad Dahlan (UAD) and University of Buana Perjuangan (UBP) Karawang on Tuesday (10/05/2016). The rector of UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum and deputy rectors attended the event at Campus I.

Rector UBP, Dedi Mulyadi, in his speech said, ‘UAD is an extra ordinary university. Because of that we consider the lecturers as our seniors to teach us. Besides it has many campuses, UAD educates students with high achievements,’ Dedy added in front of the audience including the deans.

He hoped UAD could guide the lecturers in research. ‘We hope UAD  rector as well as UAD lecturers can speak of their fields in our campus,’

Kasiyarno welcomed the offer and added that UAD always gains high achievement at national university level. ‘In practice, we disseminate soft skill. Somebody’s success depends on the mastery of soft skill, behavior, and positive thinking,’ Kaiyarno ended the interview.

UBP Karawang Jalin Kerja Sama dengan UAD

Ada enam orang yang hadir pada Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Universitas Buana Perjuangan (UBP), Karawang, pada Selasa (10/5/2016). Acara ini disambut langsung oleh Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. dan Wakil Rektor UAD di ruang sidang kampus I.

Rektor UBP, Dedi Mulyadi, dalam sambutannya menyampaikan, “UAD bukan universitas sembarangan. Karena itu, kami memilihnya sebagai guru bagi kami yang masih perlu banyak belajar.”

“Selain banyak kampusnya, UAD juga banyak mencetak prestasi mahasiswa,” lanjut Dedi di hadapan para dekan yang hadir pada kesempatan tersebut.

Dedi berharap dapat diberi arahan bagi dosen di bidang penelitian.

“Rektor juga dimohon memberi masukan dan menjadi pembicara di kampus kami. Juga bagi dosen UAD, bolehlah memberikan materi sesuai bidangnya.

Kasiyarno menyambut hal itu dengan baik. Memang, setiap tahun UAD selalu mewakili mahasiswa berprestasi di tingkat Dikti.

“Dalam praktiknya, UAD tidak hanya mengajarkan kepada mahasiswa tetapi selalu menanamkan nilai-nilai soft skill. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh soft skill, perilaku, dan pola berpikir yang positif,” tutup Kasiyarno.