Juara II Memotivasi Javid Lebih Baik Lagi

f

Foto Javid dilihat dari kiri

“Kadang yang seperti ini memicu untuk lebih baik lagi. Saya sedih karena juara II, tidak juara I. Tujuannya itu untuk menang bukan jadi juara, karena juara III itu kalah dengan juara II dan juara II kalah dengan juara I. Tetapi apa pun hasilnya harus disyukuri,” ungkap Javid saat ditemui Senin (05/06/2017).

Javid Novean Noorcha, mahasiswa Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan (TI-UAD) angkatan 2015 berhasil meraih juara II di ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Tapak Suci Antar Perti ke-II di Universitas Sebelas Maret (UNS) Jumat-Minggu, 29 Maret-02 April 2017. Pada kejuaraan yang diikuti oleh berbagai atlet dari 58 perguruan tinggi se-Indonesia tersebut, tidak membuat Javid lega meski meraih juara II.

Ia mengaku sudah melakukan persiapan untuk Kejurnas yang digelar di Gedung Olahraga UNS, selama 4 hari tersebut. Bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci UAD, ia rutin melakukan latihan untuk persiapan kejuaraan.

“Latihan dilaksanakan 2 bulan sebelum kejuaraan. Latihan 3 kali dalam seminggu dan sebulan sebelum Kejurnas latihan ditingkatkan menjadi 5 kali dalam seminggu,” ungkapnya.

            Tapak Suci UAD memang ada latihan rutin untuk setiap minggunya, guna menciptakan atlet yang berkompeten. Semua anggota akan mengikuti seleksi untuk bergabung mengikuti Kejurnas, tetapi hanya beberapa saja yang terpilih untuk mengikuti Kejurnas tersebut.        

“Semangat saat latihan salah satu kriteria dalam proses seleksi dalam even Kejurnas,” tutup Javid. (Sch).

 

Amalia, Peneliti Muda Psikologi Terbaik Indonesia

Hidup harus cerdas dan punya banyak pengalaman.”

Amalia Rizkyarini mahasiswa program studi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta terpilih menjadi peneliti muda psikologi terbaik Indonesia 2017. Penganugerahan tersebut diberikan pada acara Konferensi Nasional ke-2 Peneliti Muda Psikologi Indonesia yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta Selatan pada 20-22 April 2017.

Konferensi nasional ini diikuti oleh 120 peserta dengan 86 Judul paper dari berbagai universitas di Indonesia. Tema yang diangkat Cyberpsychology dan Literasi Informasi. Acara ini didukung oleh Asosiasi Psikologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APSI PTM) serta Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara (KPIN).

“Ajaib”, begitulah yang disampaikan Amalia ketika ia terpilih sebagai peneliti psikologi muda terbaik Indonesia 2017.

“Waktu itu seperti mimpi, ajaib! Alhamdulillah, Allah selalu punya rencana yang tidak bisa kita duga,” ungkapnya.

Perempuan kelahiran Surabaya ini memiliki ketertarikan di bidang penulisan sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Waktu itu, ia tergabung dalam jurnalis majalah sekolah. Beberapa tulisannya pernah dimuat di media cetak lokal Mojokerto.

Setelah masuk perguruan tinggi, Amalia mulai mengasah bakatnya di bidang debat, penulisan karya tulis ilmiah (KTI), dan esai. Beberapa lomba debat tingkat regional maupun nasional pernah dimenangkannya. Begitu pula dengan lomba KTI dan esai.

“Menulis KTI dan esai membuat saya banyak belajar, terutama membaca buku-buku teori. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya lebih suka baca buku bergenre anak-anak karena memiliki muatan psikologis. Buku anak-anak lebih ringan untuk dibaca dan mengasyikkan.”

Untuk terus mengasah bakat menulis dan membaca, Amalia sering mengikuti berbagai ajang perlombaan dan aktif di organsisasi. Baginya, mengikuti lomba adalah salah satu cara untuk menekan diri sendiri agar terus berkembang dan untuk membanggakan orang tua.

Kedua orang tua yang permisif memberi dampak signifikan pada perkembangan intelektual Amalia. Ayahnya, seorang TNI, mengajarkannya untuk bersikap tegas.

“Ayah dan Ibu memberikan kebebasan kepada saya. Saya diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan. Ayah tidak suka kalau anaknya ragu, jadi harus memantapkan diri,” terang anak pertama Artiyo dan Sudarini ini.

Saat ini, Amalia aktif di Indonesian Youth Team Regional Yogyakarta dan beberapa organisasi serta lembaga lainnya yang bergerak di bidang sosial dan psikologi. Di kampus, ia aktif sebagai reporter Fakultas Psikologi UAD.

Momen paling berkesan ketika mengikuti lomba adalah saat KTI-nya terpilih sebagai juara 1 pada lomba KTI tingkat nasional yang diselenggarakan FKM Universitas Indonesia (UI). Ia menyisihkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta.

“Paling berkesan ketika lomba KTI di UI. Waktu itu, saya menyempatkan untuk menulis ketika sedang sibuk-sibuknya mengurus Program Pengenalan Kampus (P2K) UAD. Alhamdulillah, saya dapat juara 1 dan itu saya anggap sebagai kado ulang tahun dari Allah. Kebetulan pengumuman lomba tanggal 7 September, tanggal 8 saya ulang tahun,” jelasnya sembari menahan tawa kecil.

Kemenangan di UI baginya merupakan kemenangan besar. Ia membuktikan diri bahwa mahasiswa perguruan tinggi swasta (PTS) tidak kalah bersaing dengan mahasiswa perguruan tinggi negeri (PTN).

“Pertama kali masuk UAD, saya merasa menyesal. Tetapi setelah melewati satu tahun perkuliahan, saya merasakan iklim yang membuat saya nyaman. Mungkin Allah punya maksud kenapa saya di sini. Di UAD, saya bisa mengeksplor diri untuk terus berkembang dan berprestasi.” (ard)