Climbing Clove Tree to Get Prized Balloons

"One day when I was looking for grass, I heard an explosion. There's a bunch of balloons stuck in the clove tree in the front yard. Out of curiosity, I climbed up and grabbed a balloon along with the banner which read the 57th UAD Milad."

This is what was explained by Midomo, the discoverer of the prized balloons flown from Ahmad Dahlan University (UAD) on Sunday (14/1/2018). The balloons were released during a family gathering event on Campus 4 of UAD on Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul.

Midomo is one of the people living in the area of ​​Mount Wilis, Madiun, East Java. This mountain has a height of 2563 meters above sea level. Every day, he works as a farmer and seeks grass for his livestock. Occasionally, he takes care of clove, chocolate, mangosteen, and durian trees that he planted 4 years ago.

"Alhamdulillah, I got this balloon and banner. At first, I doubted whether this was genuine or a fraud. Then, I asked my relatives and family to convince myself. After that, I contacted the number listed on behalf of Saryanto," explained Midomo, a man who has been blessed with two children.

On Sunday night at nine o'clock, with borrowed money from a brother, Midomo who is the husband of Nur Hidayah, headed to Yogyakarta. Along the way, he was still not 100 percent sure about the prized balloon. From his explanation, the last time he went to Yogyakarta was when he was still in junior high in the early 2000s.

After a 5-hour drive from Madiun, Midomo waited at a garage shop located between Jln. Kapas and Jln. Kusumanegara.

"I arrived at UAD at 2 am and the gate was still closed, still feeling anxious and unsure."

His effort by coming from Dukuh Totokan, Bolo, Madiun, which is located around Mount Wilis was paid off. He was welcomed by UAD's Rector, Kasiyarno, M.Hum., Vice Rector I, Dr. Muchlas, M.T., and representatives of Milad UAD committee from Faculty of Public Health (FKM). At the meeting, Kasiyarno officially represented UAD to hand over 2 million worth of money as a reward, and replaced the transport money that Midomo had spent which was worth 250 thousand rupiah, along with some souvenirs.

"Happy 57th Milad, UAD. Thank you very much. Hopefully, UAD will keep improving and be known to the public. I plan to use this money for my children’s school fees and to buy cellphone for my first child, Mirwa Sofiana." (Ard)

The Three-Decade Waiting

The Literature Appreciation Forum (FAS) in collaboration with the Indonesian Poetics Society and the Indonesian Language and Literature Education (PBSI) study program of Ahmad Dahlan University (UAD) held a book launching and review of Bedak dalam Pasir by Sule Subaweh. This collection of short stories is Sule's first work during his creative process.

Present as the reviewer was Joni Ariadinata, the President of Cerpenis Indonesia. He is also an alumnus of UAD when it was still called IKIP Muhammadiyah.

"For almost 3 decades I keep waiting for the birth of UAD short story authors. Although, I have already graduated from UAD, I continue to observe its literary development. Nowadays, it seems like there are more newly-found poets rather than short story authors," said Joni when interviewed in the hall of Campus 2 UAD on Jln. Pramuka 42, Sidik, Yogyakarta.

Speaking of Bedak dalam Pasir, he expressed his appreciation for Sule who dared to return to the concept of a realist and simple story like, the style of short story writing from the past.

"Most authors (young ones) usually avoid writing stories with simple and realistic styles, unlike Sule, who is not carried away with the current style which tends to be elusive. Every writer has a responsibility for his/her choice. "

Furthermore, Joni explained that Sule was good at noticing the reality in society. The closest and most familiar things were written into stories. Some of the examples were short stories with the title of "Shaf yang Hilang", "Wajah Lain Supriana", and several other stories.

On this occasion, Joni who is also the editor of short stories in one of online media welcomed the emergence of new short story authors, like Sule at UAD.  It is because it has been 3 decades since Joni started being active in the literature world of Indonesia. There was not any nationally recognized short story author after him.

In the final session of the discussion, Joni provided tips for students who wanted to become a writer. He said that the main requirement was to be accustomed to reading books and writing.

"Smart people on campus are different from smart people as writers. Being a writer should not depend on campus. Instead, a writer must communicate with the communities outside. If you want to be a writer must have a creative opponent, the more the better. And the most important thing is to diligently go to the library, even if you have to skip classes," he joked. (ard)

Gerhana Bulan Total yang Dirindukan

Gerhana bulan total yang akan terjadi (31/1/2018) dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, diawali dari gerhana bulan penumbra dan diakhiri gerhana bulan sebagian. Gerhana bulan penumbra mulai terjadi pukul 17.51 WIB. Pada saat tersebut, tidak tampak banyak perubahan pada warna bulan yang terlihat. Bulan akan mulai tampak ada perubahan warna pada saat memasuki fase gerhana bulan sebagian pada pukul 18.48 WIB.

 

Perlahan, warna merah akan mendominasi piringan bulan sampai pukul 19.52 WIB. Pada saat tersebut, bulan memasuki fase gerhana bulan total. Keadaan ini berlangsung sekitar 1 jam dan berakhir pada pukul 21.08 WIB. Setelah fase gerhana bulan total berakhir, warna kemerahan berangsur hilang. Fase ini adalah gerhana bulan sebagian. Bulan akan kembali memasuki fase gerhana bulan penumbra pada pukul 22.11 WIB. Dan fase gerhana berakhir pada pukul 23.08 WIB. Sehingga secara keseluruhan, gerhana bulan bisa dinikmati selama lebih dari 5 jam.

 

Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan bahwa yang disunnahkan untuk salat sunah gerhana adalah selama fase gerhana bulan parsial dan gerhana bulan total, tidak mencakup pada fase gerhana bulan penumbra. Salat sunah gerhana dapat dilakukan pada rentang pukul 18.48-22.11 WIB.

 

MTT PP Muhammadiyah bekerja sama dengan Takmir Masjid Islamic Center dan Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan salat sunah gerhana mulai pukul 19.40-20.15 WIB. Salat gerhana diimami oleh H. Nur Kholis, S.Ag.,M.Ag., dan ceramah oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA. Sebelum salat gerhana dimulai, Rektor UAD, Dr. H. Kasiyarno, M.Hum., memberikan sambuatan sebagai bentuk dukungan UAD dalam kegiatan keilmuan dan keagamaan ini.

 

Selain itu, dilangsungkan juga kajian ilmiah tentang gerhana. Kajian yang dilaksanakan sebelum salat gerhana dan salat Isya ini akan disampaikan oleh pakar falak Drs. H. Oman Fathurrahman SW., M.Ag. Setelahnya peserta dapat mengobservasi gerhana bulan total di sekitar masjid.

 

Observasi dapat dilakukan baik dengan mata maupun bantuan teleskop. Sejumlah teleskop telah dipersiapkan oleh Pusat Studi Astronomi. Teleskop-teleskop tersebut dioperasikan oleh mahasiswa-mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Fisika UAD. Selain itu, disiapkan juga teleskop untuk keperluan pengambilan data dan streaming.

 

Warna kemerahan pada permukaan bulan saat gerhana bisa berubah-ubah, hal ini dipengaruhi kualitas atmosfer. Salah satu penyebab perubahan kondisi atmosfer adalah letusan gunung berapi. Sehingga, menarik untuk diamati seberapa merah penampakan gerhana bulan total di akhir Januari 2018.

 

Selain itu, gerhana bulan total terjadi tidak lama setelah posisi bulan berada pada paling dekat dengan bumi atau disebut dengan perigee. Mengacu pada perhitungan oleh fourmilab, perigee terjadi pada (30/1/2018) pukul 16.55 WIB. Posisi atau jarak bulan dengan bumi tidak tetap, karena orbitnya berbentuk elips atau lonjong.

 

Pada saat perigee, piringan bulan akan nampak lebih besar daripada rata-ratanya. Namun, perubahannya hanya sekitar 14% sehingga tidak akan nampak jauh lebih besar. Peristiwa terkahir yang menarik adalah pada gerhana bulan total kali ini adalah terjadi pada fase bulan purnama kedua pada bulan Januari. Hal ini karena siklus hitungan kalender masehi dan siklus bulan berbeda. Memang dimungkinkan terjadinya peristiwa 2 kali purnama dalam 1 bulan kalender contohnya bulan Januari ini.

 

Yudhiakto Pramudya, Ph.D., Kepala Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan mengungkapkan, dengan rangkaian fenomena yang terjadi tadi, pantaslah bila gerhana bulan total dirindukan. Anggota Divisi Hisab dan IPTEK Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah 2015-2020 ini mengimbau untuk selalu mensyukuri keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu wujudnya dengan menumbuhkan kesadaran mencintai astronomi melalui pengurangan polusi cahaya. (doc)

Leadership Training Sasar UAD

Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyelenggarakan Leadership Training yang diikuti  para pimpinan dari 44 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia. Kegiatan yang berlangsung sejak Senin (22/1/2018), salah satunya menyasar Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Sesi yang berlangsung di UAD merupakan best practice yang diisi dengan diskusi dan berbagi pengalaman mengenai pengelolaan PTM agar menjadi perguruan tinggi berkelas.

 

UAD sebagai salah satu PTM yang baru saja memperoleh akreditasi A dari BAN-PT menjadi salah satu tujuan utama peserta Leaderhship Training. Pemateri dari UAD adalah Wakil Rektor I Dr. Muchlas, M.T., dan Prof. Sutrisno yang merupakan anggota Badan Pembina Harian (BPH). Selain itu juga didampingi Kepala Badan Penjaminan Mutu, Kepala BISKOM, dan beberapa perwakilan dari biro dan lembaga lainnya.

 

Pada sambutannya, Muchlas menjelaskan, Leadership Training sangat dibutuhkan oleh para pimpinan PTM. “Perlu pelatihan untuk meningkatkan kemampuan para pimpinan dalam mengelola perguruan tinggi agar menjadi lebih baik. Beberapa tahun yang lalu, pimpinan UAD juga pernah mengikuti training ini,” ungkapnya.

 

Hal yang cukup banyak disinggung dan didiskusikan pada sesi best practice ini terkait sinergi antara pimpinan (rektorat) dan BPH. Keharmonisan antarkedua elemen ini sangat penting dalam mengembangkan PTM menjadi perguruan tinggi yang mampu bersaing dengan kampus negeri. Selain itu, yang menjadi pokok perhatian adalah pengembangan usaha perguruan tinggi dan pengelolaan SDM.

 

Pada sesi akhir acara yang berlangsung di ruang sidang utama kampus 1 UAD, Jln Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, Jumat (26/1/2017), Sutrisno menerangkan, dengan adanya pelatihan semacam ini akan terjalin kerja sama yang baik antar PTM. Ia menambahkan, untuk menjadikan PTM sebagai perguruan tinggi yang unggul, harus ada sinergi antara pimpinan, BPH, dosen dan karyawan, serta mahasiswa. (ard)

Menanggapi Tantangan Teknologi

Program Studi Ilmu Komunikasi (Ilkom) Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama dengan Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi (APIK) Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) menyelenggarakan workshop di Grand Orchid, Selasa (23-24/1/2018).

 

Kegiatan ini mengusung tema “Workshop Penulisan Artikel Internasional Bereputasi, Pengelolaan Jurnal Terakreditasi, dan Rapat Kerja APIK PTM 2018”. Hadir sebagai pembicara Prof. Dr. Widodo Muktiyo dari UNS, Munawar A. Riyadi, S.T., M.T.,Ph.D. dari UNDIP, dan Andri Pranolo, S.Kom.,M.Cs. dari UAD.

 

Pada sambutan sekaligus membuka acara, Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum., sangat mengapresiasi kegiatan ini. Pasalnya, UAD merupakan perguruan tinggi yang memiliki respons cepat terhadap perkembangan teknologi dan fokus pada peningkatan sumber daya manusia.

“Saat ini, Program Studi Ilkom di PTM sekitar 25. Kerja sama antar PTM, khususnya bidang Ilkom, kami rasa harus digiatkan dan penting di era yang sangat kompetitif. Ke depan, ilmu komunikasi memiliki tantangan yang luar biasa. Teknologi semakin maju, dan manusia harus segera menyesuaikan diri,” papar Kasiyarno.

 

Selain itu, ia menggarisbawahi bahwa dosen dan mahasiswa harus meningkatkan produktivitas agar tidak terjajah oleh teknologi, misalnya penggunaan gawai yang berlebihan. Produktivitas  tersebut dapat dilakukan dengan melahirkan gagasan-gagasan yang kreatif, inovatif, dan berkualitas. Untuk dosen, Kasiyarno mengarapkan ada peningkatan pemuatan artikel pada jurnal yang terindeks secara nasional maupun internasional. (ard)

Mubes BEM Kritisi Kekinian Indonesia

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dipercaya menjadi host dalam acara Seminar Nasional dan Musyawarah Besar Forum Badan Eksekutif Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tajuk “Pancasila, UU Ormas, dan Demokrasi Kita”. Acara berlangsung di auditorium kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta, Sabtu (20/1/2018).

 

Hadir sebagai pembicara Direktur Intelijen Keamanan Polda DIY Kombes Pol Nanang Juni Wawanto, S.IK., Letkol Jaelan, Kasiter Korem 072 Yogyakarta, Dr. Prabawa dari Kementerian Dalam Negeri RI, Yoeke Indra Agung L.,S.E., Ketua DPRD DIY, dan Laksamana Pertama Jaya Darmawan dari Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan RI.

 

Agenda ini adalah pembukaan dari rangkaian Musyawarah Besar dan merupakan forum ke-6 yang dilaksanakan Forum BEM DIY sejak berdiri 16 Juli 2012. Pengangkatan tema tidak terlepas dari isu-isu yang sedang melanda Indonesia terkait dengan Pancasila, UU Ormas, dan Demokrasi. Forum BEM DIY diikuti sekitar 55 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Yogyakarta.

 

Presiden BEM UAD, Heru Astar, menyampaikan forum ini sebagai pemberi motivasi dan semangat kepada mahasiswa untuk melawan radikalisme. Menurutnya, mahasiswa harus memiliki sikap kritis dan menjalankan peran sebagai salah satu elemen pengontrol negara.

 

Sementara, Dr. Abdul Fadlil, M.T., Wakil Rektor III, mengapresiasi kinerja BEM UAD dan dari perguruan tinggi lain berkat terselenggaranya Forum Musyawarah Bersama di tahun 2018 ini.

 

“Kami sangat mengapresiasi kinerja BEM, meskipun demo tidak dilarang, saat ini mahasiswa lebih mengedepankan audiensi. Hasilnya lebih banyak diskusi dan masukan-masukan yang bersifat membangun,” terangnya.

 

Lebih lanjut, Fadlil menilai seminar yang diselenggarakan relevan dengan kondisi Indonesia pada saat ini. Seminar ini menjadi ajang dialog antargenerasi, antara pemimpin dan calon pemimpin. Forum BEM yang berkelanjutan dapat menjadi salah satu jaminan kemajuan keberlangsungan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (ard)

Upaya Merawat Perdamaian melalui Buku

Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama dengan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY menyelenggarakan bedah buku Merawat Perdamaian: Metode Sistem Peringatan Dini Konflik. Buku ini merupakan karya keempat Dr. Hadi Suyono, S.Psi.,M.Si., dosen Program Studi Psikologi UAD.

 

Acara yang diselenggarakan Kamis (18/1/2018) di aula Islamic Center kampus 4 UAD, Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, menghadirkan tiga pembedah sekaligus. Di antaranya Wakil Direktur Intelkam Polda DIY AKBP Suswanto, SIK., M.Si., Agung Supriyanto Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik DIY, dan Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U.,M.A., dosen FIB UGM.

 

Kepala BPAD yang diwakili Drs. Bambang Budi Sulistyo, M.M., dalam sambutan dan pembukaan acara menekankan pentingnya meningkatkan minat baca agar menjadi suatu kebiasaan atau budaya. Tidak hanya itu, buku-buku yang dibaca pun harus memiliki kualitas yang baik, seperti yang ditulis Hadi Suyono.

 

“Dari membaca bisa menjadi karya. Bedah buku ini merupakan yang pertama diselenggarakan BPAD di 2018. Semoga buku ini tidak hanya di bedah di kampus saja, tetapi bisa di perpus desa yang rawan konflik atau daerah konflik,” terangnya.

 

Sementara Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan UAD, Dr. Widodo, M.Si., yang mewakili rektor mengharapkan dosen di lingkungan UAD lebih aktif menulis buku berkualitas. Buku tersebut bisa berasal dari tesis maupun disertasi.

 

“Kami sangat mengapresiasi atas terbitnya buku ini. Semoga buku Merawat Perdamaian bermanfaat dan dapat menjadi early warning system bagi permasalahan yang ada di Indonesia.”

 

Sementara dari ketiga pembedah, sejalan menyampaikan pentingnya tindakan preventif agar sebuah konflik tidak menjadi semakin besar dan menjadi kekerasan. Manajemen konflik sangat dibutuhkan di Indonesia yang sarat akan perbedaan. (ard)

 

UAD Explores Religion-Based Technology

"We learn new things in the world of education in order to look for and find innovation to improve the quality of human life in accordance with religious values. In this seminar, we present experts in the fields of religion, education, and technology," explained Prof. Dr. Ahmad Mursyidi, M.Sc., Apt., UAD Post Graduate Director, when he gave a speech at a national seminar organized by Islam Education study program, Postgraduate Program of Ahmad Dahlan University (UAD).

The event which was entitled "Islamic Education Robotics, An Innovation for Islam Learning Aid" was held on Saturday (13/1/2018) in the auditorium of Campus 2B, UAD. Ir. Dwi Sulisworo, M.T., Dr. Suyadi, M.Pd.I., and Robotics Education Center team presented as the speakers. Participants who attended the event were students from various universities and educators especially the field of Islam Education (PAI) in Yogyakarta and surrounding areas.

According to Ahmad Mursyidi, as one of Islamic universities, UAD should participate in developing education and technology in accordance with Islamic values. It aims to increase the capacity of UAD to be more widely known, both in Indonesia and abroad.

"Innovation will bring out strength, and it can be a source of positive activities to help develop the nation, for example the contribution of new science that can attract the attention of foreign students to study at UAD. So, it is not always us who study abroad, but they also have to seek knowledge and study in Indonesia," he said as he opened the event. (ard)

Kenang Karya Pena Book Review

Containing 94 poems, the anthology of Kenang Karya Pena was released on December 18th, 2017. This anthology was written by Class C Indonesian Language and Literature Education Study Program (Prodi PBSI) students of Faculty of Teacher Training and Education (FKIP), Ahmad Dahlan University (UAD) of the academic year of 2016/2017. Published by Jejak Pustaka Publisher, the poems contained in this anthology are dominated by poems with themes of love, longing, and friendship. However, there are also poems with themes of locality, culture, and politics.

Anang Dwi Cahyono, through his poem entitled "Timur Menanti Keadilan" criticized Indonesia's uneven development. He uses the word "internet" as a symbol of luxury, convenience, and prosperity that cannot be found in some parts in Indonesia. The depiction of poverty is seen in the following verses: Kurangkul bahunya (I embrace his shoulder)/Yang berisi tulang-tulang (which is only bones)/Diselimuti kulit (covered in skin)/Sedikit daging (with a bit of flesh)/.

In addition, Leni Gezi also refused to follow the common themes of romance and longing that are chosen by his friends. Through his poem, which is entitled "Dari Titik Nol", he criticized the changing face of the city of Yogyakarta which is now filled with tall buildings and is jammed with vehicles. With the following lines / Ini kota sekarang punya siapa? (Belong to whom does this city now?) / Di tanah yang seharusnya penuh budaya (In a land that should be cultural)/, he criticized the change of the city of Yogyakarta.

Kenang Karya Pena was created as the final task of the subject of Poetry Appreciation with Rina Ratih S., M.A. as the lecturer. (dev)

Penantian 3 Dekade

 

Forum Apresiasi Sastra (FAS) bekerja sama dengan Masyarakat Poetika Indonesia dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Univeristas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar launching dan bedah buku Bedak dalam Pasir karya Sule Subaweh. Buku kumpulan cerpen ini merupakan karya pertama Sule selama proses kreatifnya.

 

Hadir sebagai pembedah Joni Ariadinata, Presiden Cerpenis Indonesia. Ia juga merupakan alumnus UAD ketika masih bernama IKIP Muhammadiyah.

 

“Selama hampir 3 dekade saya terus menanti lahirnya cerpenis UAD. Meskipun sudah lepas dari UAD, saya terus mengamati perkembangan kesusastraannya. Saat ini sepertinya lebih banyak lahir penulis puisi (penyair) daripada cerpenis,” ungkap Joni mengawali pembicaraan di hall kampus 2 UAD, Jln. Pramuka 42, Sidikan, Yogyakarta.

 

Berbicara Bedak dalam Pasir, ia menyampakan apresiasinya terhadap Sule yang berani kembali pada konsep cerita realis dan sederhana seperti cerpen terdahulu.

“Penulis sekarang (muda) banyak menghindari penulisan cerita yang sederhana dan realis. Berbeda dengan Sule, ia tidak terbawa kekinian seperti cerpen-cerpen sekarang yang sukar dipahami. Setiap penulis memiliki tanggung jawab terhadap pilihannya.”

 

Lebih lanjut, Joni menjelaskan bahwa Sule pandai membaca realita di masyarakat. Hal-hal paling dekat ditulis menjadi sebuah cerita. Sebut saja cerpen dengan judul “Shaf yang Hilang”, “Wajah Lain Supriana”, dan beberapa lainnya.

 

Pada kesempatan ini, redaktur cerita pendek di salah satu media online ini juga menyambut gembira kemunculan cerpenis seperti Sule di UAD. Pasalnya, sudah 3 dekade sejak kiprah Joni di dunia kesusastraan Indonesa, tidak muncul lagi cerpenis yang diakui secara nasional.

 

Di sesi akhir diskusi, Joni memberikan tips bagi mahasiswa yang ingin menjadi seorang penulis. Syarat utamanya adalah harus terbiasa membaca buku dan menulis.

“Orang pintar di kampus berbeda dengan orang yang pintar sebagai penulis. Menjadi penulis jangan bergantung kepada kampus. Harus banyak berkomunikasi dengan komunitas di luar. Jika ingin menjadi penulis harus memiliki lawan kreatif, semakin banyak semakin baik. Dan yang paling penting adalah rajin ke perpustakaan meninggalkan perkuliahan,” ujarnya berkelakar. (ard)